Drainase Ekologis

Mengelola Banjir secara Cerdas: Resensi Kritis terhadap Integrasi Sistem Konvensional & Ecodrainage di DAS Barabai

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Mei 2025


Pendahuluan — Mengapa Banjir Kita Tak Pernah Usai?

Setiap musim hujan, kota–kota di Kalimantan Selatan berubah menjadi “laut dadakan”. Puncaknya terjadi pada Januari 2021, banjir terbesar dalam separuh abad yang menenggelamkan Banjarmasin, Barabai, Amuntai, hingga Batulicin dan menimbulkan kerugian multi‑miliar rupiah. Penelitian Mardiah (2022) menelusuri akar persoalan dengan kacamata teknis–sosial, lalu menawarkan resep: mengawinkan saluran banjir konvensional (aliran horizontal) dengan kolam regulasi/retensi (penyimpanan vertikal). Pendekatan ini diklaim mampu menahan debit puncak, memperlambat aliran, sekaligus menambah cadangan air tanah. Apakah benar solusi “dua dunia” ini jawaban jitu?

H2: Metodologi Kajian — “Autopsi” Dokumen dan Lapangan

Studi bertipe kajian pustaka deskriptif :

  • Inventarisasi data DAS Barabai–Martapura melalui survei lapangan, arsip desain sungai, dan laporan pemerintah.
  • Telaah literatur internasional tentang pemanenan air, kolam penampungan, perbaikan sungai.
  • Sintesis konsep untuk memadukan saluran banjir 2004‑2016 di Barabai dengan kolam retensi bertipe memanjang, side‑pond, dan in‑stream.

Pendekatan ini membuat makalah bersifat konseptual namun berpijak pada data historis debit, curah hujan, serta pengalaman kegagalan infrastruktur yang “hanya memindahkan udara secepatnya ke hilir”

H2: Temuan Kunci

H3: Paradoks Drainase Konvensional

Sejak tahun 1970‑an, skema drainase kota di Indonesia menekankan azas “buang cepat ke sungai”. Akibatnya:

  1. Resapan minimpengeritingan udara — lahan rawa dan kanal ditransformasi menjadi organisasi; permukaan udara tak sempat merembes ke tanah.
  2. Muka air tanah turun  — mendorong penurunan tanah (land subsidence) dan memperbesar risiko rob.
  3. Beban hilir melonjak  — saluran Barabai yang dibangun 2004‑2016 belum cukup meredam limpasan karena sungai hilir sudah jenuh.

H3: Potensi Kolam Retensi

  • Pola detensi : menampung udara sementara, lalu melepas perlahan.
  • Pola retensi : memperbesar infiltrasi melalui sumur resapan, bidang resapan, parit konservasi.
  • Tiga varian bentuk (memanjang, side‑kolam, in‑stream) memudahkan adaptasi lahan terbatas hingga bantaran sungai.

Studi menyatakan kolam retensi mampu “memotong” debit puncak (puncak pencukuran) asalkan volume tampungan mencukupi, saluran keluar dapat diatur dinamis, dan tata guna lahan hulu terlindungi.

H2: Analisis Tambahan & Studi Kasus Global

H3: “Ruang untuk Sungai” ala Belanda

Belanda mengevakuasi tanggul sungai ke belakang, menciptakan ruang parkir udara saat puncak banjir. Prinsipnya identik: menahan dan memberi ruang, bukan hanya memaksakan penyaluran cepat.

H3: “Kota Spons” Tiongkok

Kota Shenzhen dan Wuhan memanfaatkan taman cekung, rooftop garden, serta trotoar berpori untuk menyerap 70 % limpasan hujan lokal. Hasilnya, kejadian terakumulasi menurun hingga 30 % dalam lima tahun (MOHURD, 2020).

Pembelajaran bagi Barabai: integrasi harus lintas‑skala—mulai sumur resapan rumah tangga sampai retarding pool 100 ha.

H2: Kritik terhadap Makalah

  1. Belum ada kuantifikasi numerik  — Penelitian menyebut “mengurangi puncak banjir” tetapi tidak menyajikan simulasi hidrograf sebelum–sesudah. Model SWMM/HEC‑RAS dapat memprediksi efisiensi setiap varian kolam.
  2. Aspek ekonomi belum detail  — Estimasi biaya konstruksi, O&M, dan nilai konservasi lahan perlu dibuka agar pemda dapat menghitung biaya–manfaat secara nyata.
  3. Keterlibatan masyarakat minim  — Tanpa insentif, sulit berharap warga menjaga kolam bebas sampah. Program “adopsi kolam” atau pembayaran jasa ekosistem layak dicoba.
  4. Perubahan iklim  — Proyeksi curah hujan ekstrem 2050 (BMKG) belum terintegerasi; kapasitas retensi bisa cepat usang.

H2: Implikasi Praktis

  • Penataan Tata Ruang : Penyimpanan eks‑long Rawa yang sudah menjadi organisasi perlunya zonasi ulang sebagai danau perkotaanperkotaan atauatau taman retensi.
  • Regulasi Debit : Pintu otomatis berbasis IoT memungkinkan kolam melepas udara mengikuti perkiraan waktu nyata, menghindari “efek rebound” di hilir.
  • Multi‑fungsi : Regulasi kolam dapat dikombinasikan dengan wisata air, budidaya ikan, hingga taman kota—menambah penerimaan masyarakat .
  • Skema Pembiayaan Blendedtanggap : Danaan bisa digabung APBD, obligasi ketahanan bencana , dan tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan tambang yang beroperasi di Pegunungan Meratus.

H2: Kesimpulan

Makalah Mardiah menegaskan perlunya “pergeseran pola pikirmenu: dari drain‑as‑fast‑as‑mungkin menuju hold‑reuse‑release. Integrasi saluran dengan retensi kolam konvensional adalah langkah rasional, selaras dengan praktik global dan lebih ramah lingkungan. Namun efektivitasnya bertumpu pada data hidrologi, pengelolaan hulu, partisipasi masyarakat, serta adaptasi iklim jangka panjang. Tanpa empat pilar tersebut, retensi kolam rawan berubah menjadi “dana sampah” alih-alih game changer .

Daftar Pustaka

Mardiah. (2022). Peningkatan Efektivitas Pengendalian Banjir dengan Integrasi Sistem Konvensional dan Ecodrainage . Jurnal Badan Pengembangan SDM Kementerian PUPR.

Maryono, A. (2007). Restorasi Sungai . Pers Universitas Gadjah Mada.

Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan . Andi.

Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan-Pedesaan (MOHURD). (2020). Laporan Kemajuan Percontohan Kota Spons . Beijing: MOHURD.

Bank Dunia. (2019). Mengintegrasikan Infrastruktur Hijau dan Abu-abu untuk Pengelolaan Banjir . Washington, DC.

Selengkapnya
Mengelola Banjir secara Cerdas: Resensi Kritis terhadap Integrasi Sistem Konvensional & Ecodrainage di DAS Barabai

Analisis Ekonomi

Menakar Keadilan Biaya Irigasi: Analisis Mendalam BJPSDA di Riam Kanan dan Implikasinya bagi Petani Kecil

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Air dan Ujung Tanduk Keadilan Ekonomi Petani

Di tengah gempuran tantangan pertanian Indonesia, satu persoalan mendasar namun kerap terjadi adalah biaya irigasi . Tesis karya Fauzianggi Rahmi Fitri dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyuguhkan sebuah telaah mendalam mengenai penetapan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) di Daerah Irigasi (DI) Riam Kanan, Kalimantan Selatan. Sederhananya, studi ini membuka tabir ketimpangan antara harga layanan dan kemampuan riil petani kecil membayar.

 

H2: Metodologi Ganda: Menimbang Dua Pendekatan Penetapan Biaya

Penelitian ini menggunakan dua metode untuk mengatur BJPSDA:

  1. Metode Regulasi Pemerintah – Mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No.18/PRT/M/2015. Ini adalah pendekatan administratif berdasarkan standar biaya dan luasan layanan.
  2. Metode Model Biaya Jasa Dasar – Lebih progresif, memperhitungkan kualitas layanan dan manfaat ekonomi yang diterima petani.

Perbandingan kedua pendekatan menghasilkan nilai signifikan:

  • Metode regulasi: Rp 88,84/m³ atau Rp 269.883,78/Ha
  • Model manfaat ekonomi: Rp 136,12/m³ atau Rp 413.499,89/Ha

Perbedaan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis manfaat cenderung lebih realistis namun juga lebih memuaskan petani.

 

H2: Kenyataan di Lapangan: ATP dan WTP yang Terjun Bebas

Penelitian ini juga menjelaskan aspek sosial-ekonomi petani dengan mengukur:

  • Kemampuan Membayar (ATP) : Rp 39,00/m³
  • Kesediaan Membayar (WTP) : Rp 40,00/m³

Jika dibandingkan dengan dua nilai tarif di atas, terlihat ketimpangan mencolok. Petani hanya mampu membayar sekitar 28–45% dari tarif yang ditetapkan. Ini adalah indikator kuat bahwa skema penetapan biaya tidak sebanding dengan daya dukung ekonomi petani.

 

H2: Studi Kasus: Petani Kecil dan Perang Biaya Hidup

Penelitian menegaskan bahwa petani dengan luas lahan antara 0,25 Ha hingga 1 Ha tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya dari hasil pertanian, bahkan sebelum dikenakan biaya irigasi penuh.

Sebagai contoh:

“Keuntungan pertanian yang diperoleh petani dalam satu tahun tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup...” – Fauzianggi RF

Hal ini mencerminkan kenyataan pahit: tanpa intervensi, biaya yang disalurkan justru menggerus kemiskinan sektor pertanian itu sendiri.

 

H2: Solusi yang Ditawarkan: Subsidi Sebagai Jalan Tengah

Tesis ini secara lugas direkomendasikan:

  • Jika tarif penuh Rp 136,12/m³ terlalu berat, maka pemerintah sebaiknya mensubsidi penuh .
  • Jika tetap ingin memungut biaya untuk meningkatkan kesadaran udara sebagai sumber daya bernilai, maka cukup memungut sesuai ATP (Rp 39,00/m³) , dan sisanya (Rp 97,12/m³) ditanggung negara.

Solusi ini bersifat kompromistis dan berbasis empati terhadap kondisi petani.

 

H2: Perspektif Tambahan: Membaca Tren Industri dan Kebijakan

Penelitian ini sangat relevan dalam konteks Investasi Infrastruktur Berkualitas yang digaungkan oleh banyak lembaga internasional. Keadilan dalam pembiayaan infrastruktur, khususnya di sektor pertanian, menjadi bagian penting dalam menjamin inklusivitas pembangunan.

Pembelajaran dari negara lain:

  • Di Filipina, model subsidi irigasi 100% untuk petani kecil mulai diberlakukan sejak tahun 2017 dengan hasil yang cukup positif.
  • Di India, biayanya bervariasi tergantung musim dan jenis tanaman, namun subsidi tetap berperan dominan untuk mendukung petani marjinal.

 

H2: Kritik dan Catatan

  1. Aspek Partisipatif Kurang Ditegaskan: Kajian ini belum banyak menggali bagaimana partisipasi petani dilibatkan dalam pengambilan keputusan tarif.
  2. Simulasi Ekonomi Lebih Lanjut Diperlukan: Misalnya, dampak jangka panjang terhadap peningkatan produktivitas bila tarif ditanggung pemerintah.
  3. Konteks Ekologi Absen: Isu konservasi udara dan efisiensi penggunaan tidak terlalu dibahas, padahal penting untuk keinginan jangka panjang.

 

H2: Penutup: Antara Kebutuhan dan Keadilan Sosial

Tesis ini bukan sekedar menyoal angka, namun menyuarakan keadilan distribusi dalam pengelolaan air irigasi. Di tengah ketimpangan pendapatan dan tekanan ekonomi petani, subsidi bukan sekadar bantuan fiskal—melainkan instrumen moral untuk menjaga roda pertanian tetap berputar.

 

Sumber:

Fauzianggi Rahmi Fitri. (2016). Analisa Penetapan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air Irigasi di Daerah Irigasi Riam KananMagister Program[Tesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember]. Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
 

 

Selengkapnya
Menakar Keadilan Biaya Irigasi: Analisis Mendalam BJPSDA di Riam Kanan dan Implikasinya bagi Petani Kecil

Keandalan

Fault Tree Analysis Modern: Dari Metode Manual ke Otomatisasi Keandalan Sistem Kritis

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Di Balik Pentingnya Analisis Keandalan Sistem

Dalam industri seperti penerbangan, otomotif, energi, dan kedokteran, kegagalan sistem bukan sekadar kerugian finansial—ia berpotensi menjadi bencana yang mengancam nyawa. Di sinilah pentingnya dependability analysis atau analisis keandalan sistem. Salah satu metode yang telah terbukti kuat selama lebih dari enam dekade adalah Fault Tree Analysis (FTA). Namun, seiring meningkatnya kompleksitas sistem modern, FTA klasik menghadapi keterbatasan signifikan.

Artikel oleh Sohag Kabir ini menyajikan evolusi FTA dari pendekatan manual menjadi bagian dari Model-Based Dependability Analysis (MBDA) yang lebih adaptif dan otomatis. Penelitian ini penting untuk dipahami karena ia menjembatani metode klasik dengan tren otomasi dan kecerdasan buatan di masa depan.

Mengupas FTA: Dasar yang Solid Tapi Perlu Perkembangan

Apa Itu Fault Tree Analysis (FTA)?

FTA merupakan metode deduktif yang bekerja dari kejadian puncak (top event), misalnya kegagalan sistem, kemudian menganalisis penyebab yang mungkin di tingkat komponen. Ia menggunakan simbol logika seperti:

  • AND Gate: kegagalan hanya terjadi jika semua komponen gagal.
  • OR Gate: cukup satu komponen gagal untuk menyebabkan kegagalan.
  • Basic Event: kejadian dasar seperti rusaknya sensor atau software error.

Kekuatan FTA Klasik

  • Visual dan Sistematis: cocok untuk mengomunikasikan penyebab kegagalan.
  • Kuantitatif dan Kualitatif: mampu menghitung probabilitas dan mengidentifikasi komponen kritis.
  • Bisa Dikombinasikan dengan FMECA: seperti yang dilakukan dalam sistem militer AS (MIL-STD-1629A).

Namun, seperti yang ditunjukkan dalam paper ini, metode klasik belum cukup untuk menangani sistem dinamis dengan banyak kondisi dan dependensi antar komponen.

Keterbatasan FTA Klasik: Saat Logika Boolean Tidak Lagi Cukup

Penulis menunjukkan bahwa FTA klasik memiliki beberapa kelemahan serius:

  1. Tidak bisa menangani sistem dinamis
    Misalnya, dalam sistem redundan tiga modul (A, B, C dengan sensor S1 dan S2), urutan kegagalan memengaruhi apakah sistem benar-benar gagal. FTA klasik mengabaikan urutan waktu—yang bisa menyebabkan analisis terlalu pesimistis atau optimistis.
  2. Mengandalkan Data Kegagalan yang Presisi
    Dalam tahap desain awal, data sering belum tersedia. Ini menyebabkan analisis berbasis FTA tidak bisa dijalankan atau hasilnya menyesatkan.
  3. Proses Manual & Rentan Human Error
    Seiring bertambahnya kompleksitas sistem, pembuatan dan pemeliharaan FTA menjadi terlalu membebani analis.

Evolusi FTA: Dari Diagram ke Dinamika

1. Dynamic Fault Trees (DFT)

Menggunakan gerbang seperti:

  • Functional Dependency (FDEP): merepresentasikan komponen yang tergantung pada yang lain (misalnya kegagalan catu daya memengaruhi semua perangkat).
  • SPARE Gate: menangani sistem dengan komponen cadangan (cold, warm, hot spare).

Studi Kasus: Dalam sistem avionik pesawat, ketika sistem utama gagal, cadangan diaktifkan dalam urutan tertentu. DFT memungkinkan analisis sekuensial seperti ini.

2. Component Fault Trees (CFT)

  • Modular: setiap komponen punya fault tree sendiri.
  • Dapat digabungkan: cocok untuk sistem besar seperti kendaraan listrik atau pesawat.

3. State/Event Fault Trees (SEFT)

  • Menambahkan dimensi state machine ke dalam FTA.
  • Menggunakan Petri Net atau Markov Chain untuk analisis kuantitatif.

4. Fuzzy Fault Trees (FFTA)

  • Mengatasi ketidakpastian data dengan teori fuzzy.
  • Misalnya: "sensor ini mungkin gagal 20–40% dalam 5 tahun" bisa dimodelkan dengan nilai linguistik seperti “tinggi”, “rendah”, “sedang”.

FTA dalam Kerangka MBDA: Menjawab Tantangan Masa Depan

Model-Based Dependability Analysis (MBDA) menawarkan pendekatan baru:

  • Mengintegrasikan FTA langsung ke dalam model sistem.
  • Meningkatkan otomasi dan reusabilitas model, khususnya jika desain berubah.

Contoh Teknik MBDA yang Terkemuka

HiP-HOPS

  • Memanfaatkan tools seperti MATLAB Simulink.
  • Otomatis membuat FTA dan FMEA.
  • Digunakan dalam industri otomotif untuk sertifikasi ISO 26262 (ASIL level).

AltaRica

  • Bahasa formal berbasis finite state machines.
  • Kompatibel dengan fault tree, Markov chain, hingga model checking.

FPTN (Failure Propagation and Transformation Notation)

  • Representasi modular berbasis arsitektur.
  • Bisa melakukan transformasi kegagalan dari satu bentuk ke bentuk lain.

Insight Tambahan: Ketika FTA digunakan dalam kerangka MBDA, perubahan kecil dalam desain bisa langsung diperbarui pada analisis keandalan—tanpa membuat ulang dari nol.

Kritik & Opini: Menimbang Praktikalitas di Industri

Kelebihan Paper Ini

  • Komprehensif: Lebih dari 200 publikasi ditinjau.
  • Kaya Studi Kasus: Termasuk sistem boiler dan triple-module redundancy.
  • Terstruktur Baik: Disajikan dalam urutan evolusi FTA.

Kritik Konstruktif

  • Sebagian besar studi masih fokus pada sistem teknik tinggi (aerospace, nuklir); belum banyak aplikasi pada cyber-physical systems atau software-heavy systems seperti smart cities dan autonomous vehicles.
  • Integrasi AI, khususnya dalam konteks prediksi kegagalan, masih belum dijabarkan dalam paper ini.

Relevansi terhadap Industri 4.0 dan Masa Depan FTA

Di tengah arus Industri 4.0, IoT, dan sistem otonom, analisis keandalan harus adaptif, cepat, dan berbasis data real-time. Dalam konteks ini:

  • FTA klasik = peta jalan
  • FTA berbasis model = GPS dengan navigasi real-time

Dukungan terhadap MBDA akan menentukan seberapa cepat organisasi mampu melakukan validasi sistem secara iteratif. Bahkan, kombinasi MBDA dengan machine learning bisa membuka jalan untuk predictive dependability, di mana sistem bisa memperkirakan dan mencegah kegagalan sebelum terjadi.

Kesimpulan: Transformasi FTA untuk Era Sistem Kompleks

Paper ini memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan bagaimana FTA berevolusi dari alat manual menjadi bagian integral dari model sistem cerdas. Perjalanan dari simbol lingkaran dan garis dalam diagram menjadi analisis berbasis probabilitas, simulasi, dan fuzzy logic mencerminkan kebutuhan industri terhadap pendekatan analisis keandalan yang:

  • Fleksibel terhadap perubahan desain
  • Kaya konteks dinamis
  • Dapat diotomatisasi dan digabungkan ke dalam siklus desain

Penutup: Jika organisasi Anda masih mengandalkan metode analisis keandalan statis, sekaranglah saatnya beralih ke MBDA dan memperbarui pendekatan FTA Anda. Masa depan keandalan sistem adalah dinamis, otomatis, dan berbasis model.

Sumber Referensi

Kabir, S. (2016). An overview of Fault Tree Analysis and its application in model based dependability analysis. University of Hull. Diakses melalui: https://core.ac.uk/display/266979913

Selengkapnya
Fault Tree Analysis Modern: Dari Metode Manual ke Otomatisasi Keandalan Sistem Kritis

Strategi

Panduan Lengkap Evaluasi Enterprise Architecture: Metode, Tren, dan Tantangan Terkini

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Mengapa Evaluasi Enterprise Architecture Itu Krusial

Di era digital yang serba cepat, organisasi tidak hanya dituntut untuk gesit beradaptasi, tapi juga harus mampu menyelaraskan sistem informasi mereka dengan tujuan strategis. Enterprise Architecture (EA) hadir sebagai pendekatan holistik dalam mengelola struktur sistem informasi organisasi. Namun, bagaimana kita menilai apakah EA tersebut efektif? Itulah pertanyaan besar yang diangkat oleh Norbert Rudolf Busch dan Andrzej Zalewski dalam studi sistematis mereka yang dipublikasikan oleh ACM Computing Surveys pada tahun 2025.

Melalui Systematic Literature Review (SLR) terhadap 109 artikel dari 3.644 publikasi sejak 2005, paper ini membongkar metode evaluasi EA secara komprehensif—mulai dari kerangka kerja, notasi model, hingga alat dan indikator metrik yang digunakan.

Metodologi yang Solid dan Relevan

Penelitian ini menonjol karena proses SLR-nya yang teliti, mengacu pada protokol dari bidang rekayasa perangkat lunak. Mereka hanya menyertakan studi yang:

  • Fokus pada evaluasi kualitas EA (bukan hanya desain atau implementasi),
  • Menggunakan pendekatan empiris atau menawarkan potensi penerapan nyata,
  • Berada dalam konteks teknologi informasi.

Proses seleksi ini menghasilkan 109 studi utama yang menjadi dasar analisis mereka.

Komponen EA yang Dievaluasi: Dominasi TOGAF

Framework yang Paling Banyak Dievaluasi

  • TOGAF mendominasi dengan 46% studi (50 dari 109), mencerminkan posisinya sebagai standar industri EA.
  • 39% studi bersifat framework-agnostic—menarik untuk organisasi yang ingin fleksibel.

Model dan Notasi: ArchiMate Memimpin

  • 61% studi menggunakan model arsitektur yang sudah ada, dengan ArchiMate muncul di 75% di antaranya.
  • Notasi lain seperti UML, BPMN, hingga model probabilistik juga digunakan, menandakan keanekaragaman pendekatan.

Insight Tambahan: Keunggulan ArchiMate terletak pada cakupan enterprise-nya yang luas, dibandingkan UML yang lebih fokus pada perangkat lunak.

Kriteria Evaluasi: Selaras tapi Masih Kurang Lengkap

Penelitian ini mengidentifikasi 36 kriteria evaluasi, yang terbagi menjadi:

  • 22 kriteria teknis: seperti availability, modifiability, performance, hingga security.
  • 14 kriteria bisnis: seperti business-IT alignment, risk, dan benefit realization.

Kesesuaian dengan ISO

  • Hampir semua (35 dari 36) kriteria sejalan dengan ISO/IEC 25010 (kualitas perangkat lunak) dan ISO/IEC 25012 (kualitas data).
  • Namun, hanya 1 dari 15 atribut kualitas data dari ISO/IEC 25012 yang dievaluasi (yakni data accuracy).

Opini Penulis: Ketimpangan ini ironis, mengingat pentingnya kualitas data dalam pengambilan keputusan berbasis data. Ini celah besar bagi penelitian dan inovasi.

Metode Evaluasi: Beragam tapi Belum Terstandar

Tiga Tipe Pendekatan Evaluasi

  • Single-criterion: fokus pada satu aspek, cocok untuk evaluasi mendalam.
  • Multi-criteria: lebih holistik, menyeimbangkan berbagai trade-off.
  • General applicability: fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan kontekstual.

Jenis Metode Paling Umum

  • Bayesian Network (22 studi): cocok untuk menangani ketidakpastian.
  • Survei dan Pembobotan (12 studi): praktis tapi subjektif.
  • AHP dan Fuzzy AHP (8 studi): kuat dalam pengambilan keputusan multi-kriteria.
  • Formula metrik (7 studi): memberikan objektivitas tinggi.

Pemanfaatan Metode Software Architecture

Hanya 6% studi yang mengadopsi metode mapan seperti ATAM atau SAAM. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi EA berkembang dengan jalurnya sendiri—menyesuaikan kompleksitas dan cakupan EA.

Penerapan di Dunia Nyata: Setengah Lebih Sudah Teruji

Lebih dari 51% metode evaluasi telah diaplikasikan secara nyata. Ini penting karena menunjukkan bahwa:

  • Evaluasi EA bukan hanya “latihan akademis”.
  • Banyak metode sudah terbukti relevan dan efektif untuk bisnis nyata.

Studi Kasus Nyata (Ilustratif)

Sebuah perusahaan telekomunikasi di Eropa menggunakan pendekatan Bayesian Network untuk mengevaluasi kerapuhan arsitektur TI mereka terhadap ancaman siber. Hasilnya: mereka mengidentifikasi titik lemah pada integrasi antar sistem, yang kemudian diperkuat dengan segmentasi jaringan.

Tantangan dan Riset Masa Depan: Tiga Pilar Utama

Penelitian ini mengidentifikasi 35 open research problems yang dikelompokkan menjadi:

  1. Peningkatan Metodologi
    • Misal: bagaimana mengukur efektivitas EA lintas industri?
    • Peluang: integrasi Machine Learning untuk evaluasi prediktif.
  2. Automasi Evaluasi
    • Contoh: kebutuhan akan alat otomatis untuk pengumpulan dan analisis data arsitektur.
    • Dampak praktis: efisiensi dan konsistensi dalam penilaian.
  3. Pengembangan Model Referensi EA
    • Tujuan: menyediakan pola atau template arsitektur standar.
    • Tantangan: bagaimana menciptakan model referensi yang tetap fleksibel?

Kaitkan dengan Industri: Tren otomasi dan arsitektur berbasis data membuat evaluasi EA menjadi lebih dinamis dan real-time—ini mensyaratkan model evaluasi yang scalable dan adaptif.

Kritik Konstruktif dan Saran Praktis

Kelebihan Paper

  • Analisis sangat mendalam dengan cakupan luas.
  • Menggunakan standar internasional sebagai tolok ukur.

Catatan Kritis

  • Kurangnya fokus pada kualitas data mengurangi relevansi di era data-driven enterprise.
  • Minimnya adopsi metode evaluasi software architecture yang sudah mapan bisa menghambat interdisiplinaritas.

Saran Praktis bagi Profesional TI

  • Gunakan metode multi-kriteria jika organisasi Anda menghadapi dilema trade-off (misalnya antara keamanan dan kinerja).
  • Pilih notasi seperti ArchiMate jika Anda membutuhkan visualisasi arsitektur menyeluruh.

Kesimpulan: Saatnya Evaluasi EA Jadi Lebih Terstruktur dan Adaptif

Studi ini bukan hanya katalog metode evaluasi, tapi juga blueprint untuk masa depan evaluasi EA. Dengan tantangan digital yang makin kompleks, organisasi memerlukan metode evaluasi yang:

  • Holistik (mencakup semua layer arsitektur),
  • Adaptif (sesuai konteks dan kebutuhan),
  • Dan otomatis (untuk efisiensi dan real-time insights).

Penutup: Evaluasi EA yang kuat adalah fondasi transformasi digital yang berkelanjutan. Paper ini mengingatkan kita bahwa tanpa evaluasi yang tepat, arsitektur terbaik pun bisa menjadi beban, bukan keunggulan.

Sumber Referensi

Busch, N. R., & Zalewski, A. (2025). A Systematic Literature Review of Enterprise Architecture Evaluation Methods. ACM Computing Surveys, 57(5), Article 113. https://doi.org/10.1145/3706582

Selengkapnya
Panduan Lengkap Evaluasi Enterprise Architecture: Metode, Tren, dan Tantangan Terkini

Keselamatan Industri

Alat Penilaian Keandalan untuk Sistem Distribusi Tenaga Listrik Masa Depan

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Meningkatnya Kompleksitas dan Kebutuhan akan Keselamatan Dinamis di Sektor Minyak dan Gas

Industri minyak dan gas adalah sektor yang sangat berisiko, dengan potensi kecelakaan signifikan yang dapat berdampak pada manusia, instalasi, dan lingkungan. Manajemen risiko yang efektif, yang melibatkan proses sistematis seperti identifikasi, analisis, dan penilaian risiko, sangat penting untuk mengurangi bahaya ini. Penelitian ekstensif telah menghasilkan kemajuan dalam analisis keselamatan untuk mencegah insiden besar di lingkungan industri.  

Artikel ilmiah ini, "Dynamic industrial risks assessment for enhanced safety in the oil and gas industry: a methodological innovations and applications," memperkenalkan Metodologi Penilaian Risiko Industri Dinamis (DIRAM), yang dibangun di atas kerangka kerja yang ada dan menekankan pembaruan berkelanjutan dalam proses manajemen risiko. DIRAM mengintegrasikan teknik-teknik seperti Failure Modes, Effects, and Criticality Analysis (FMECA), Fault Tree Analysis (FTA), Events Tree Analysis (ETA), dan Bow-Tie untuk penilaian risiko yang komprehensif.  

Keterbatasan Metode Statis dan Munculnya Kebutuhan akan Pendekatan Dinamis

Metodologi tradisional seringkali bersifat statis, kurang mampu memperhitungkan sifat dinamis risiko yang berkembang seiring waktu dan ruang. Risiko dalam skenario dunia nyata ada dalam lingkungan yang berubah dengan cepat selama insiden. Upaya baru-baru ini telah difokuskan pada pengembangan metodologi yang membahas evolusi dinamis parameter risiko, baik internal maupun eksternal terhadap sistem. Hal ini menyoroti perlunya pendekatan inovatif yang dapat beradaptasi dengan skenario risiko yang berubah.  

DIRAM: Sebuah Metodologi Komprehensif untuk Penilaian Risiko Dinamis

DIRAM mengintegrasikan teknik-teknik seperti Failure Modes, Effects, and Criticality Analysis (FMECA), Fault Tree Analysis (FTA), Events Tree Analysis (ETA), dan Bow-Tie untuk penilaian risiko yang komprehensif. Perangkat lunak canggih seperti ALOHA dan FLUENT memungkinkan evaluasi dinamis efek toksik, termal, dan tekanan berlebih, khususnya dalam skenario BLEVE yang melibatkan penyimpanan bola LPG. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas praktik manajemen risiko di industri minyak dan gas dengan mempromosikan pendekatan keselamatan proaktif.  

Inovasi Teoretis dan Kontribusi Praktis DIRAM

Kontribusi teoretis utama dari penelitian ini terletak pada pengembangan metodologi penilaian risiko dalam industri minyak dan gas. Metode tradisional terbatas dalam kemampuan mereka untuk memperhitungkan sifat risiko industri yang terus berkembang. DIRAM mengatasi kesenjangan ini dengan mengintegrasikan parameter risiko dinamis dan teknik analisis tingkat lanjut, menawarkan pendekatan baru untuk teori manajemen risiko. Pendekatan dinamis ini tidak hanya meningkatkan ketepatan penilaian risiko tetapi juga memberikan kerangka kerja yang lebih realistis dan responsif untuk mengelola bahaya di lingkungan berisiko tinggi.  

Secara praktis, DIRAM menawarkan alat yang kuat untuk praktisi keselamatan di industri minyak dan gas, menyediakan sarana yang lebih efektif untuk menilai dan mengelola risiko yang berubah seiring waktu karena kondisi operasi atau faktor eksternal yang bervariasi. Studi kasus yang melibatkan skenario BLEVE dalam penyimpanan bola LPG menunjukkan kemampuan metodologi untuk memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti secara real-time ke dalam potensi bahaya. Strategi proaktif ini dapat secara signifikan meningkatkan praktik keselamatan, mencegah kecelakaan besar, dan meminimalkan dampak lingkungan.  

Komponen Utama Metodologi DIRAM

Metodologi DIRAM yang diusulkan didasarkan pada kombinasi tujuh metode untuk menganalisis dan menilai risiko industri dan dua perangkat lunak, yang diatur dalam dua fase utama:

  • Persiapan Metodologi: Fase ini melibatkan pendefinisian sistem yang akan dipelajari, metodologi yang akan diterapkan, lokasi geografis dan data atmosfer, serta data fisiko-kimia produk.  
  • Implementasi Metodologi: Fase ini mencakup identifikasi risiko menggunakan FMECA, pemilihan skenario kecelakaan utama, penentuan probabilitas dan penyebab skenario menggunakan FTA dan perangkat lunak GRIF, estimasi frekuensi skenario menggunakan ETA, pemodelan efek skenario risiko tinggi menggunakan perangkat lunak ALOHA dan FLUENT, pemetaan area ancaman skenario menggunakan Google Earth, penilaian risiko, penerimaan risiko, dan pengurangan risiko (dengan tindakan pada penghalang keselamatan).  

Studi Kasus: Aplikasi DIRAM pada Pusat Pengemasan LPG

Untuk menunjukkan penerapan DIRAM, para penulis menyajikannya dalam studi kasus yang melibatkan pusat pengemasan LPG NAFTAL. Studi kasus ini berfokus pada analisis risiko yang terkait dengan penyimpanan bola LPG dan potensi skenario kecelakaan seperti BLEVE (Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion).  

Para penulis melakukan analisis FMECA untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya pada sub-sistem penyimpanan bola LPG. Mereka juga menggunakan FTA untuk menghitung probabilitas kejadian berbahaya seperti BLEVE dan ETA untuk memperkirakan frekuensi konsekuensi yang berbeda dari kecelakaan. Selain itu, perangkat lunak ALOHA dan FLUENT digunakan untuk memodelkan efek dari skenario kecelakaan yang berbeda, termasuk dispersi awan beracun, radiasi termal, dan gelombang kejut.  

Analisis Mendalam: Wawasan dan Implikasi

Studi kasus ini menyoroti kemampuan DIRAM untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika kejadian berbahaya di industri minyak dan gas. Dengan mengintegrasikan berbagai teknik penilaian risiko dan alat simulasi, DIRAM memungkinkan evaluasi yang lebih akurat dan dinamis dari potensi konsekuensi kecelakaan.  

Temuan dari studi kasus ini menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor seperti kegagalan komponen, kesalahan manusia, dan pengaruh lingkungan dalam penilaian risiko. Studi ini juga menyoroti nilai alat simulasi seperti ALOHA dan FLUENT dalam memvisualisasikan dan menganalisis efek kompleks dari skenario kecelakaan, seperti dispersi awan beracun dan radiasi termal.  

Kesimpulan: Meningkatkan Keselamatan dan Manajemen Risiko di Industri Minyak dan Gas

Artikel ini menyimpulkan bahwa DIRAM adalah metodologi yang berharga untuk meningkatkan penilaian dan manajemen risiko di industri minyak dan gas. Dengan menggabungkan teknik penilaian risiko yang komprehensif dengan alat simulasi dinamis, DIRAM memungkinkan para praktisi untuk lebih memahami dan mengurangi potensi bahaya. Penerapan DIRAM dapat berkontribusi pada peningkatan praktik keselamatan, pencegahan kecelakaan, dan perlindungan lingkungan di sektor minyak dan gas.  

Sumber Artikel:

Imane, A., Samia, C., & Djamel, H. (2024). Dynamic industrial risks assessment for enhanced safety in the oil and gas industry: a methodological innovations and applications. Studies in Engineering and Exact Sciences, 5(2), 01-34.  

Selengkapnya
Alat Penilaian Keandalan untuk Sistem Distribusi Tenaga Listrik Masa Depan

Desain

Pemodelan Interaksi untuk Manajemen Inoperabilitas: dari Analisis Pohon Kegagalan (FTA) ke Jaringan Bayesian Dinamis (DBN)

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025


Pendahuluan: Mendorong Batas Desain Pesawat dengan Hidrogen

Industri penerbangan menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara peningkatan efisiensi bahan bakar konvensional mencapai batasnya, konsep pesawat inovatif yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Namun, mengintegrasikan hidrogen ke dalam desain pesawat menghadirkan kompleksitas dan ketidakpastian baru, terutama terkait dengan keselamatan dan sertifikasi.  

Artikel ilmiah ini, "Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting," menawarkan solusi inovatif untuk tantangan ini. Para penulis mengusulkan kerangka kerja generik dan adaptif yang mengintegrasikan Model-Based Systems Engineering (MBSE) dengan Model-Based Safety Assessment (MBSA) untuk desain konseptual sistem pesawat berbasis hidrogen.  

Tantangan dan Kebutuhan akan Pendekatan Baru

Penggunaan hidrogen dalam pesawat terbang, khususnya hidrogen cair (LH2), masih dalam tahap awal pengembangan. Tidak ada pesawat komersial yang saat ini beroperasi dengan LH2, yang berarti kurangnya pengetahuan dan banyaknya ketidakpastian dalam merancang sistem LH2 yang memenuhi peraturan keselamatan dan sertifikasi.  

Selain itu, integrasi teknologi baru seperti sistem bahan bakar LH2 dapat berdampak signifikan pada sistem pesawat lain, menciptakan interdependensi yang kompleks. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk mengelola kompleksitas ini dan memastikan keselamatan desain pesawat berbasis hidrogen.  

Kerangka Kerja MBSE-MBSA yang Diusulkan

Untuk mengatasi tantangan ini, para penulis mengusulkan kerangka kerja yang mengintegrasikan MBSE dan MBSA. MBSE adalah pendekatan yang menggunakan model untuk mendukung semua tahap pengembangan sistem, sementara MBSA menggunakan model arsitektur untuk melakukan penilaian keselamatan.  

Kerangka kerja yang diusulkan memiliki beberapa fitur utama:

  • Pendekatan Multi-Granularitas: Kerangka kerja ini menggunakan model dengan tingkat detail yang berbeda, memungkinkan analisis sistem dari perspektif yang berbeda.  
  • Model-Centric: Arsitektur sistem digunakan sebagai "single source of truth" (SSoT), memastikan konsistensi dan keterlacakan informasi.  
  • Penilaian Keselamatan Bertahap: Kerangka kerja ini menggabungkan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kualitatif menggunakan aturan desain dan keselamatan yang diformalkan, sedangkan penilaian kuantitatif menggunakan fault tree otomatis.  

Studi Kasus: Arsitektur Sistem Bahan Bakar LH2

Untuk mendemonstrasikan penerapan kerangka kerja mereka, para penulis menggunakannya dalam studi kasus desain sistem bahan bakar LH2 untuk pesawat jet bisnis berukuran sedang. Studi kasus ini melibatkan analisis berbagai varian arsitektur sistem bahan bakar LH2 dan evaluasi keselamatan mereka.  

Para penulis memodelkan 18 varian arsitektur yang berbeda, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah tangki LH2, jumlah pompa, dan konfigurasi saluran distribusi bahan bakar. Mereka kemudian menerapkan kerangka kerja MBSE-MBSA untuk mengevaluasi varian-varian ini dari sudut pandang keselamatan.  

Analisis Mendalam: Implikasi dan Kontribusi

Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang desain sistem pesawat dan penilaian keselamatan. Kerangka kerja MBSE-MBSA yang diusulkan menawarkan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani kompleksitas desain pesawat berbasis hidrogen.  

Beberapa poin penting untuk dianalisis lebih lanjut:

  • Otomatisasi: Kerangka kerja ini menekankan pada otomatisasi penilaian keselamatan melalui penggunaan fault tree otomatis. Ini memiliki potensi untuk mempercepat proses desain dan mengurangi kesalahan manusia.  
  • Generalisasi: Meskipun studi kasusnya berfokus pada pesawat jet bisnis, kerangka kerja ini dirancang agar generik dan dapat diadaptasi untuk jenis pesawat lain dan sistem kompleks.  
  • Tantangan Data: Keberhasilan kerangka kerja ini bergantung pada ketersediaan data yang akurat dan andal untuk memodelkan sistem dan melakukan penilaian keselamatan.  
  • Validasi: Validasi lebih lanjut dari kerangka kerja ini dengan studi kasus tambahan dan data dunia nyata akan memperkuat keandalannya.

Kesimpulan: Membuka Jalan untuk Penerbangan Hidrogen yang Aman

Artikel ini menyajikan kontribusi yang berharga untuk pengembangan pesawat berbasis hidrogen. Dengan mengintegrasikan MBSE dan MBSA, para penulis menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan keselamatan dan mempercepat realisasi penerbangan hidrogen yang aman dan berkelanjutan.  

Penelitian di masa depan dapat membangun pekerjaan ini dengan berfokus pada validasi kerangka kerja yang lebih luas, peningkatan teknik pemodelan, dan eksplorasi aplikasi tambahan dalam desain pesawat.

Sumber Artikel:

Kuelper, N., Jeyaraj, A. K., Liscouët-Hanke, S., & Thielecke, F. (2025). Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting. Results in Engineering, 25, 104249.

Selengkapnya
Pemodelan Interaksi untuk Manajemen Inoperabilitas: dari Analisis Pohon Kegagalan (FTA) ke Jaringan Bayesian Dinamis (DBN)
« First Previous page 190 of 1.137 Next Last »