Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara pembeli dan pemasok bukan sekadar transaksi, tetapi merupakan aset strategis yang mempengaruhi efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Teori Industrial Marketing and Purchasing (IMP) menjadi pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana interaksi dalam rantai pasok mempengaruhi keputusan pembelian strategis.
Paper ini membahas bagaimana IMP Theory dapat diterapkan dalam empat keputusan utama dalam pengadaan:
Pentingnya IMP Theory dalam Pengadaan dan Rantai Pasok
1. Peran Hubungan Pembeli-Pemasok dalam Efisiensi Bisnis
2. Model IMP dalam Manajemen Pengadaan
Penelitian ini mengacu pada dua model utama dalam IMP Theory yang mendukung pengambilan keputusan dalam pengadaan:
Tantangan dalam Menerapkan IMP Theory dalam Pengadaan
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan dalam penerapan IMP Theory dalam pengadaan, yaitu:
Studi Kasus Implementasi IMP Theory dalam Pengadaan
Strategi Pengadaan Berbasis IMP Theory
Untuk meningkatkan efektivitas pengadaan, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi:
✅ Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk meningkatkan keandalan pasokan.
✅ Menggunakan pendekatan berbasis data dan AI dalam mengevaluasi pemasok untuk meningkatkan transparansi dan objektivitas.
✅ Menerapkan model IMP untuk menentukan strategi sourcing yang tepat, berdasarkan kompleksitas pasar dan nilai strategis komoditas.
✅ Menggunakan pendekatan negosiasi yang sesuai dengan struktur kekuatan dalam hubungan pembeli-pemasok, baik melalui tawar-menawar agresif atau negosiasi berbasis kolaborasi.
Kesimpulan
IMP Theory memberikan wawasan yang sangat relevan dalam pengelolaan pengadaan dan rantai pasok. Dengan memahami bagaimana interaksi bisnis mempengaruhi keputusan pengadaan strategis, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko rantai pasok, dan membangun hubungan pemasok yang lebih kuat.
Penelitian ini menekankan bahwa penerapan IMP Theory dapat membantu perusahaan dalam memilih pemasok terbaik, menentukan strategi sourcing yang efektif, serta mengoptimalkan negosiasi dan kontrak pengadaan, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif dalam industri global.
Sumber Artikel : Balasingham, K. (2013). Supply Management: The Theoretical Foundation of the IMP Approach and its Contribution to Critical Purchasing Decisions. University of Twente.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi rantai pasok dalam industri manufaktur. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok dalam meningkatkan daya saing perusahaan, pengukuran kinerja yang akurat menjadi elemen kunci dalam mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan proses bisnis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok (SCPM Framework) yang dapat diterapkan dalam industri manufaktur. Studi ini berbasis pada studi kasus tunggal di industri baja, dengan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutis untuk menganalisis data operasional perusahaan.
Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
1. Mengapa SCPM Dibutuhkan?
2. Elemen Kunci dalam SCPM
Penelitian ini mengusulkan empat elemen utama dalam framework pengukuran kinerja rantai pasok:
Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCPM:
Studi Kasus Implementasi SCPM
Strategi untuk Meningkatkan SCPM
Berdasarkan temuan studi ini, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan efektivitas pengukuran kinerja rantai pasok:
✅ Menerapkan sistem digital berbasis AI dan IoT untuk meningkatkan transparansi data dan pengambilan keputusan real-time.
✅ Mengadopsi pendekatan hybrid, seperti kombinasi SCOR Model dan Balanced Scorecard, untuk menyelaraskan metrik operasional dan strategi bisnis.
✅ Memperkuat kolaborasi dengan pemasok strategis guna meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengoptimalkan proses produksi dengan analisis data berbasis waktu dan profitabilitas, sehingga keputusan manajerial lebih akurat.
Kesimpulan
Pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan framework SCPM yang berbasis data dapat mengurangi lead time, meningkatkan profitabilitas, dan memastikan stabilitas rantai pasok.
Dengan mengintegrasikan teknologi digital, membangun hubungan pemasok yang lebih kuat, serta menggunakan metrik berbasis waktu dan profitabilitas, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif.
Sumber Artikel : Sillanpää, Ilkka. (2010). Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry – A Single Case Study Research to Develop a Supply Chain Performance Measurement Framework. University of Oulu.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Pendahuluan
Manajemen rantai pasok telah menjadi fokus utama dalam penelitian manajemen dan industri manufaktur dalam beberapa tahun terakhir. Dalam industri konstruksi, rantai pasok memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran proyek. Namun, pengukuran kinerja rantai pasok dalam proyek jalan masih jarang dibahas, meskipun sektor ini memiliki peran strategis dalam pembangunan infrastruktur. Penelitian oleh M. Agung Wibowo dan Moh Nur Sholeh dari Universitas Diponegoro menyoroti bagaimana model SCOR (Supply Chain Operations Reference) digunakan untuk menganalisis kinerja rantai pasok pada proyek jalan, khususnya dalam aspek keandalan, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengukur kinerja rantai pasok dengan menggunakan model SCOR sebagai indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI). Untuk menilai bobot masing-masing indikator, digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sedangkan hasil pengukuran dianalisis menggunakan Objective Matrix (OMAX) dan sistem traffic light. Studi kasus dilakukan pada proyek pelebaran Jalan Siliwangi di Semarang, Indonesia, yang melibatkan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) sebagai pelaksana proyek.
Temuan Utama
1. Implementasi Model SCOR dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan berdasarkan lima indikator utama dalam model SCOR, yaitu Perfect Order Fulfillment (POF), Order Fulfillment Lead Time (OFLT), Production Flexibility (PF), Supply Chain Management Cost (SCMC), dan Inventory Days of Supply (IDS). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan pesanan (POF) mencapai 94,5%, yang berarti mayoritas material tiba tepat waktu. Rata-rata waktu pemenuhan pesanan (OFLT) adalah 12 hari, menunjukkan ketepatan waktu yang cukup baik. Fleksibilitas produksi (PF) mencapai 97,5%, mencerminkan kesiapan proyek dalam menghadapi perubahan kebutuhan material. Biaya manajemen rantai pasok (SCMC) tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran, yang berarti efisiensi biaya cukup tinggi. Sementara itu, Inventory Days of Supply (IDS) berada pada angka 11 hari, yang menunjukkan efektivitas dalam pengelolaan stok material.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Rantai Pasok
Keberhasilan rantai pasok dalam proyek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kesiapan kontraktor dalam perencanaan pengadaan material, kemitraan dengan pemasok, strategi rantai pasok, serta kemampuan tenaga kerja dalam menangani proses distribusi. Namun, beberapa tantangan juga diidentifikasi, seperti keterlambatan pengadaan baja akibat kendala logistik dan dampak bencana alam seperti letusan Gunung Merapi yang menghambat pasokan pasir.
3. Evaluasi Kinerja Menggunakan AHP dan OMAX
Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot prioritas dari setiap indikator kinerja, dengan hasil menunjukkan bahwa keandalan dalam pemenuhan pesanan (POF) memiliki bobot tertinggi, karena keterlambatan material dapat berdampak langsung pada kelangsungan proyek. Setelah itu, sistem OMAX dan traffic light digunakan untuk mengevaluasi hasil pengukuran, yang menunjukkan bahwa proyek berada dalam kategori "cukup baik" dengan skor 6,4 dari skala 10.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok
1. Optimalisasi Perencanaan dan Manajemen Material
Kontraktor perlu meningkatkan sistem perencanaan pengadaan material yang lebih proaktif, dengan mempertimbangkan faktor risiko seperti bencana alam dan ketidakpastian pasokan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah membangun cadangan material strategis atau bekerja sama dengan lebih dari satu pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.
2. Penguatan Kolaborasi dengan Pemasok dan Pengguna Teknologi Digital
Untuk mengurangi keterlambatan pengiriman, kontraktor dapat mengembangkan kerja sama yang lebih erat dengan pemasok melalui kontrak berbasis kinerja dan sistem pemantauan stok berbasis digital. Pemanfaatan teknologi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) dan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan transparansi dalam rantai pasok, memungkinkan kontraktor dan pemasok memantau stok dan jadwal pengiriman secara real-time.
3. Implementasi Sistem Pemantauan Kinerja yang Lebih Akurat
Dengan menerapkan pengukuran kinerja berbasis data, kontraktor dapat melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas rantai pasok. Selain itu, penggunaan analitik prediktif dapat membantu dalam merancang strategi pengadaan material yang lebih efisien, dengan mempertimbangkan pola permintaan dan pasokan di masa mendatang.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa model SCOR dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok pada proyek konstruksi jalan. Dengan menggunakan AHP untuk menentukan bobot KPI dan OMAX sebagai alat evaluasi kinerja, proyek dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Studi ini juga menunjukkan bahwa tantangan dalam rantai pasok dapat diatasi dengan perencanaan pengadaan yang lebih baik, kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok, serta pemanfaatan teknologi dalam manajemen rantai pasok.
Dengan menerapkan strategi yang lebih terstruktur dan berbasis data, perusahaan konstruksi dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi risiko keterlambatan, dan memastikan kelangsungan proyek yang lebih efisien.
Sumber : M. Agung Wibowo, Moh Nur Sholeh (2015). The Analysis of Supply Chain Performance Measurement at Construction Project. Procedia Engineering 125: 25-31.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Pendahuluan
Dalam industri minyak, efisiensi operasional sangat bergantung pada efektivitas rantai pasokan. Supplier Relationship Management (SRM) menjadi kunci utama dalam meningkatkan ketepatan waktu pengiriman, kualitas produk, serta transparansi dalam hubungan bisnis. Studi ini meneliti implementasi SRM di Seahorse Oil Company Limited dan bagaimana dampaknya terhadap efisiensi operasional perusahaan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan analitis, dengan data yang dikumpulkan dari 60 responden yang bekerja di berbagai departemen di Seahorse Oil Company. Data diperoleh melalui wawancara dan kuesioner tertutup, kemudian dianalisis menggunakan metode statistik untuk menilai hubungan antara SRM dan efisiensi operasional.
Temuan Utama
1. Implementasi Supplier Relationship Management di Seahorse Oil Company
2. Dampak SRM terhadap Efisiensi Operasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SRM memiliki dampak positif terhadap efisiensi operasional, dengan beberapa indikator utama:
3. Tantangan dalam Implementasi SRM
Meskipun SRM memberikan manfaat yang signifikan, terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya di Seahorse Oil Company:
Analisis dan Implikasi
Temuan ini menunjukkan bahwa SRM tidak hanya memengaruhi efisiensi operasional, tetapi juga daya saing perusahaan di industri minyak. Beberapa implikasi utama dari studi ini meliputi:
Rekomendasi untuk Meningkatkan Efisiensi SRM
Kesimpulan
Studi ini membuktikan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi operasional di Seahorse Oil Company. Dengan strategi SRM yang lebih terstruktur, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasokan, meningkatkan daya saing, dan meminimalkan risiko operasional. Implementasi SRM yang lebih baik akan menjadi faktor penentu keberlanjutan bisnis di industri minyak.
Sumber : Lord Emmanuel Yamoah, Isaac Yornu, & Eric Boafo Dadzie (2022). The Effect of Supplier Relationship Management on the Operational Efficiency of an Organization: A Case Study of Seahorse Oil Company Limited. African Journal of Procurement, Logistics & Supply Chain Management, Vol. 4, Issue 2, pp. 46-61.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Pendahuluan
Supplier Relationship Management (SRM) adalah elemen penting dalam rantai pasokan yang memungkinkan organisasi berkolaborasi secara efektif dengan pemasok untuk meningkatkan efisiensi operasional. Studi ini menganalisis dampak SRM terhadap kinerja organisasi di industri plastik di Harare dengan melihat manfaat, tantangan, serta strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan hubungan dengan pemasok.
Industri plastik di Zimbabwe menghadapi berbagai tantangan, termasuk kurangnya akses ke mata uang asing, ketidakstabilan ekonomi, serta keterbatasan dalam rantai pasokan bahan baku. Oleh karena itu, implementasi SRM yang efektif dapat menjadi solusi utama untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi operasional perusahaan plastik di Harare.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretivisme dengan metode kuesioner terbuka dan wawancara telepon. Sebanyak 20 peserta dari perusahaan plastik di Harare dipilih melalui teknik purposive sampling, dengan data yang dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif.
Temuan Utama
1. Manfaat Supplier Relationship Management dalam Industri Plastik
Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan SRM mengalami beberapa keuntungan utama:
2. Tantangan dalam Implementasi SRM
Meskipun memberikan manfaat signifikan, implementasi SRM di industri plastik Harare juga menghadapi beberapa tantangan:
3. Strategi Optimal dalam Supplier Relationship Management
Agar SRM dapat berjalan lebih efektif, perusahaan di industri plastik di Harare menerapkan beberapa strategi utama:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa Supplier Relationship Management (SRM) memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi operasional dan daya saing industri plastik di Harare. Berbagi informasi, segmentasi pemasok, dan pengembangan pemasok merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan kinerja organisasi.
Namun, tantangan seperti ketidakmampuan memenuhi kewajiban finansial, kurangnya transparansi, dan perbedaan budaya bisnis dengan pemasok internasional masih menjadi hambatan dalam implementasi SRM yang optimal.
Untuk meningkatkan efektivitas SRM, perusahaan harus mengadopsi teknologi digital, membangun komunikasi lebih terbuka, serta menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis. Dengan pendekatan ini, industri plastik di Harare dapat meningkatkan daya saing mereka dan mengurangi risiko operasional yang berkaitan dengan manajemen pemasok.
Sumber : Denhere, E. T., & Choga, F. (2022). Effect of Supplier Relationship Management on Organizational Performance: A Case Study of the Plastic Manufacturing Industry in Harare Between 2015-2019. Open Journal for Information Technology, 5(1), 17-32.
Manajemen Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Juni 2025
Pendahuluan
Industri minyak dan gas di Uni Emirat Arab (UAE) memiliki rantai pasokan kompleks yang membutuhkan manajemen pemasok yang efektif. Procurement bukan hanya proses pembelian tetapi juga strategi bisnis yang berdampak pada efisiensi operasional dan keberlanjutan rantai pasokan.
Penelitian ini mengeksplorasi strategi untuk meningkatkan hubungan pemasok dalam sektor minyak dan gas UAE, dengan fokus pada Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC). Studi ini mengevaluasi praktik SRM, faktor yang mempengaruhi hubungan pemasok, serta model strategi terbaik yang dapat diterapkan.
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode literature review, survei online, dan analisis data menggunakan SPSS. Sebanyak 312 responden dari berbagai unit ADNOC berpartisipasi dalam survei untuk mengevaluasi strategi procurement dan hubungan pemasok yang diterapkan.
Temuan Utama
1. Dominasi Pemasok dalam Hubungan Bisnis ADNOC
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Pemasok di ADNOC
3. Strategi SRM yang Efektif dalam Industri Minyak dan Gas
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan SRM di ADNOC:
4. Dampak Implementasi SRM terhadap Efisiensi ADNOC
Analisis dan Implikasi
Studi ini menegaskan bahwa manajemen hubungan pemasok yang efektif bukan hanya berdampak pada efisiensi procurement, tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan minyak dan gas di UAE harus beradaptasi dengan model SRM yang lebih fleksibel dan berbasis teknologi untuk menghadapi tantangan rantai pasokan global.
Beberapa implikasi utama dari penelitian ini meliputi:
Rekomendasi untuk Optimalisasi SRM di ADNOC
Kesimpulan
Supplier Relationship Management (SRM) memainkan peran krusial dalam efisiensi rantai pasokan di sektor minyak dan gas UAE. Studi ini membuktikan bahwa implementasi SRM yang lebih strategis dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya procurement, dan memperkuat daya saing perusahaan.
Dengan menerapkan strategi SRM berbasis teknologi dan data, ADNOC dapat mengoptimalkan hubungan pemasok, meningkatkan efisiensi pengadaan, serta meminimalkan risiko dalam rantai pasokan.
Sumber Asli:
Ali Hassan Alhammadi (2019). Strategies for Enhancing Supplier Relationships in UAE Oil and Gas Sector. PhD Thesis.