Transformasi Transportasi Kota Surabaya: Melacak Jejak Bus Kota Reguler Menuju Era Modernisasi Transportasi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

30 April 2024, 09.08

Sumber: id.wikipedia.com

Kota Surabaya memiliki sejumlah layanan transportasi umum berupa bus kota reguler oleh beberapa perusahaan otobus, baik perusahaan milik BUMN maupun swasta, yang beroperasi sesuai dengan izin trayek dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya ataupun Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Jawa Timur. Layanan tersebut telah beroperasi sejak 20 Juli 1975, menggantikan fungsi trem sebagai transportasi umum utama kala itu.

Pada awal dekade tahun 2010-an, populasi bus kota reguler semakin menurun seiring dengan banyaknya unit yang sudah tidak laik dan mulai munculnya berbagai layanan angkutan daring di kota ini. Eksistensi bus kota reguler juga semakin tergerus dengan mulai beroperasinya berbagai layanan angkutan massal berbasis jalan (bus rapid transit) di kota ini sejak pertengahan tahun 2015 seperti Trans Gerbangkertosila (dikenal sebagai Trans Sidoarjo), Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, dan Trans Jatim. Sampai tahun 2017, populasi bus kota reguler dengan berbagai macam sasis (kerangka) dan bodi mencapai 274 unit yang tersebar pada dua puluh jalur trayek berbeda.

Awal September 2022, operator BUMN Perum DAMRI resmi menghentikan seluruh operasional bus kota reguler miliknya, sehingga seluruh layanan bus kota reguler yang tersisa hanya dioperasikan oleh beberapa perusahaan otobus swasta saja. Total terdapat 38 unit bus dari beberapa perusahaan otobus seperti PO Estraa Mandiri, PO Ladju, PO Akas NR, PO Dua Putra, dsb., yang menyediakan layanan pada dua trayek ekonomi, dua trayek patas, dan satu trayek patas AC. Jalur ini menghubungkan Terminal Purabaya atau Terminal Larangan (Sidoarjo) di selatan kota dan beberapa infrastruktur angkutan umum di utara kota seperti Terminal Bratang, Terminal Joyoboyo atau Lapangan Jembatan Merah (JMP).

Kota Baru. Perbedaan Bus

Sebelum adanya Bus Rapid Transit (BRT) di Indonesia, layanan bus pada umumnya masih mempertahankan sistem operasi lama (tradisional) dan serupa dengan layanan bus kota pada umumnya. Pada tahun 2004, Transjakarta hadir di kota Jakarta sebagai layanan bus perkotaan baru yang pertama, berdasarkan angkutan umum di jalan raya dan standar BRT yang diterapkan dalam jaringan penghalang yang terhubung satu sama lain. Dengan menggunakan standar tersebut, Transjakarta akan berbeda dengan bus kota modern dengan banyak layanan seperti Kopaja, MetroMini, Koantas Bima, Kopami, Miniarta, Kowanbisata, dll. Bus reguler perkotaan atau non perkotaan.

Keberhasilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menyelenggarakan angkutan umum melalui layanan Transjakarta menjadi percontohan bagi beberapa pemerintah daerah dalam menerapkan bus kota baru di kota lain, seperti Trans Jogja (2008), Trans Semarang (2009) dan Batik Solo. Trans. (2010), Trans Musi (2010), Trans Sarvagita (2011), dll. Pemerintah daerah tersebut mulai menjalankan skema operasional bus kota modern dengan mengonversi bus kota reguler menjadi bus kota modern, ataupun tetap mempertahankan eksistensi bus kota reguler.

Sebagai perbandingan dengan kota-kota besar lain di Indonesia, perkembangan moda bus perkotaan di Surabaya tergolong statis dan lebih lambat. Namun Surabaya menjadi satu-satunya kota di Jawa Timur yang masih bertahan menerapkan layanan bus kota reguler, setelah layanan serupa di Kota Jember sudah dinonaktifkan sejak tahun 2007–2008. Pada periode antara tahun 1975–2015, bus kota reguler masih menjadi salah satu moda angkutan umum dalam kota yang utama (selain angkutan kota dan mobil penumpang umum) yang mampu bertahan mendominasi jaringan trayek penghubung titik-titik strategis dalam kota seperti Terminal Purabaya, Terminal Larangan (Sidoarjo), Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang, Jembatan Merah Plaza (JMP), Stasiun Semut, Pelabuhan Tanjung Perak (Ujung Baru) dan Terminal Tambak Osowilangon.

Namun era kejayaan bus kota reguler mulai menurun dan terdegradasi sejak tahun 2010-an, seiring dengan mulai beroperasinya layanan angkutan daring serta beberapa layanan bus kota modern atau BRT di kota ini seperti Trans Sidoarjo (2015), Suroboyo Bus (2018), Trans Semanggi Suroboyo (2021) dan Trans Jatim (2022). Sampai September 2022, populasi bus kota reguler menyusut hingga kurang dari lima puluh unit, yang tersebar pada empat jalur trayek saja seperti trayek D, F, P3/PAC3 dan P5.

Disadur : id.wikipedia.com