Transformasi Paradigma: Analytical Quality by Design (AQbD) dalam Metode Analitik Biopharma

Dipublikasikan oleh Hansel

11 November 2025, 01.04

unsplash.com

Analytical Quality by Design (AQbD): Paradigma Baru Validasi Metode Analitik dalam Industri Biofarmasi

Dalam era biopharma dan vaksin yang semakin kompleks, metode analitik tidak lagi sekadar alat ukur, melainkan fondasi utama dalam pengambilan keputusan berbasis risiko. Dinamika produk biologis yang sangat variatif menuntut sistem analitik yang adaptif, ilmiah, dan mampu menjamin konsistensi mutu sepanjang siklus hidup produk.

Di sinilah Analytical Quality by Design (AQbD) berperan sebagai pendekatan sistematis yang memperluas filosofi Quality by Design (QbD) ke dalam ranah analitik. Jika QbD berfokus pada desain mutu produk sejak awal pengembangan, maka AQbD memfokuskan prinsip yang sama pada metode analisis — menjadikannya bukan hanya proses validasi satu kali, tetapi sistem pengelolaan metode analitik secara menyeluruh dan berkelanjutan. Pendekatan ini berlandaskan pada ilmu pengetahuan, penilaian risiko, dan kontrol berkesinambungan, sehingga validasi metode tidak lagi berdiri sebagai ritual administratif, melainkan bagian integral dari pemahaman ilmiah terhadap metode itu sendiri.

 

Kerangka Konseptual: Dari QTPP ke ATP

QTPP dan ATP: Jembatan antara Produk dan Data

Konsep Quality Target Product Profile (QTPP) adalah titik awal dalam mendesain mutu produk farmasi. Dari QTPP inilah kemudian diturunkan Analytical Target Profile (ATP) — yang menjadi jembatan antara kebutuhan mutu produk dengan performa metode analitik. ATP merumuskan tujuan performa metode dengan menetapkan parameter seperti batas kesalahan total analitik (Total Analytical Error/TAE), akurasi, presisi, spesifisitas, sensitivitas, serta batas kuantifikasi (LOQ). Dengan demikian, ATP menjadi kompas utama dalam memilih teknologi, menentukan parameter operasional, dan menetapkan strategi validasi.

Sebagai contoh konkret, dalam studi hipotetik pengukuran konsentrasi protein, nilai TAE ditetapkan ≤12% untuk pelepasan produk dan ≤14% untuk pemantauan proses. Angka ini tidak sekadar batas kesalahan statistik, tetapi representasi dari strategi manajemen risiko yang menyesuaikan konteks penggunaannya: semakin kritis peran metode terhadap mutu produk, semakin ketat pula batas performa yang ditetapkan.

 

Desain Metode dan Pengembangan: Peran MODR

MODR (Method Operable Design Region): Ruang Validasi Multidimensi

Dalam kerangka AQbD, MODR didefinisikan sebagai ruang kerja multidimensi di mana metode masih dapat beroperasi dengan memenuhi spesifikasi ATP. MODR dibangun menggunakan pendekatan statistik seperti Design of Experiment (DoE), yang memungkinkan pengembang untuk mempelajari efek dan interaksi antar parameter secara komprehensif. Pendekatan DoE menggantikan metode tradisional one-factor-at-a-time, yang kerap mengabaikan efek sinergis antarvariabel. Dengan DoE, hubungan antar parameter seperti pH buffer, waktu ekstraksi, suhu, dan jenis kolom dapat dipetakan secara statistik. Hasilnya, diperoleh model prediktif yang menjelaskan stabilitas dan robustnes metode dalam berbagai kondisi. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel V pada paper asli, terdapat perbandingan antara Normal Operating Conditions (NOC) dan MODR. Meskipun penetapan MODR membutuhkan investasi awal yang besar (data, waktu, dan kompetensi statistik), manfaat jangka panjangnya sangat signifikan: pengurangan biaya validasi ulang, fleksibilitas operasional, serta peningkatan keandalan data analitik.

 

Siklus Hidup Metode: Validasi dan Verifikasi Berkelanjutan

AQbD Menolak Validasi Sekali Pakai

Salah satu paradigma terbesar yang diubah oleh AQbD adalah pandangan bahwa validasi metode bukan sekadar tahap akhir, melainkan bagian dari siklus hidup metode analitik (Analytical Method Lifecycle Management). Siklus ini terdiri dari tiga tahap utama:

  1. Pendefinisian Kriteria Performa
    Berdasarkan ATP, bukan hanya kemampuan alat atau metode tradisional.

  2. Validasi Awal (Initial Validation)
    Sebagai verifikasi model statistik yang dihasilkan dari MODR/NOC.

  3. Verifikasi dan Pemantauan Berkelanjutan (Continuous Verification)
    Dilakukan melalui sistem kontrol statistik, control chart, serta pembandingan antar teknologi (bridging studies).

Pendekatan ini menandai pergeseran mendasar dari compliance-based validation menuju knowledge-driven validation, di mana keputusan didasarkan pada pemahaman ilmiah dan pengelolaan risiko yang nyata, bukan sekadar kepatuhan administratif.

 

Kritik terhadap Pendekatan Tradisional

Validasi metode tradisional sering menempatkan seluruh pembuktian performa pada satu titik waktu. Setelah lolos validasi, metode dianggap “tetap sahih” tanpa mempertimbangkan dinamika material, instrumen, maupun konteks aplikasinya. Akibatnya, metode yang sebelumnya valid bisa kehilangan keandalan saat digunakan dengan bahan baku baru, peralatan berbeda, atau rentang aplikasi yang lebih luas — sesuatu yang tidak diantisipasi oleh sistem validasi satu kali. Pendekatan ini seringkali “terjebak dalam formalitas,” di mana fokus lebih pada pemenuhan dokumen regulator daripada memperluas pemahaman ilmiah tentang metode itu sendiri. Dengan AQbD, setiap perubahan dan penyimpangan dapat diinterpretasikan secara ilmiah melalui data yang dikumpulkan selama method lifecycle, bukan melalui revalidasi yang berulang dan mahal.

 

Studi Survei dan Temuan Empiris

Sebuah survei terhadap 16 perusahaan biofarmasi global yang disertakan dalam paper ini menunjukkan bahwa:

  • Mayoritas perusahaan mulai menerapkan AQbD pada fase akhir pengembangan metode.

  • Penerapan AQbD menghasilkan efisiensi signifikan berkat penerapan risk assessment dan method standardization.

  • Hambatan utama yang dihadapi adalah biaya awal yang tinggi dan belum adanya konsensus regulator global.

Temuan ini memperlihatkan bahwa meskipun AQbD masih berada pada tahap adopsi bertahap, nilai strategisnya telah diakui secara luas. Ia tidak hanya menyatukan ilmuwan dan regulator dalam satu bahasa risiko, tetapi juga membuka jalan menuju sistem harmonisasi validasi lintas industri.

 

Implikasi Regulasi dan Potensi Fleksibilitas

Implementasi penuh AQbD membawa perubahan besar terhadap paradigma regulasi. Dalam sistem ini, perubahan metode dapat dilakukan tanpa pengajuan ulang penuh, selama perubahan tersebut masih berada dalam batas MODR dan ATP yang disetujui.

Sebagai contoh, jika metode UV spektroskopi diganti dengan Refractive Index (RI), namun performanya masih memenuhi ATP (misalnya batas TAE, presisi, dan sensitivitas), maka perubahan tersebut dapat diterima regulator hanya dengan notifikasi, bukan revalidasi menyeluruh.

Namun demikian, fleksibilitas ini masih bersifat teoritis. Industri dan regulator belum memiliki blueprint universal untuk AQbD, terutama untuk metode analitik berbasis biologis yang sangat kompleks dan sulit dimodelkan secara matematis.

 

Evaluasi Kritis terhadap Paper

Kekuatan:

  • Pendekatan komprehensif dan sistematis: Artikel ini membangun pemahaman bertahap dari filosofi QbD hingga aplikasi praktis AQbD.

  • Fokus pada risiko dan ketidakpastian: Mengubah paradigma validasi menjadi berbasis sains dan risiko.

  • Ilustrasi konkret: Studi protein dan perbandingan MODR–NOC memperjelas penerapan nyata.

Kelemahan:

  • Minimnya studi kasus industri: Sebagian besar contoh masih bersifat hipotetik.

  • Keterbatasan lintas teknologi: Model MODR sulit diterapkan pada variabel diskrit seperti perubahan reagen atau platform deteksi.

  • Tingkat teknis tinggi: Pembaca tanpa latar belakang statistik atau farmasi mungkin kesulitan memahami konsep DoE dan TAE secara mendalam.

 

Implikasi Ilmiah dan Masa Depan AQbD

Penerapan AQbD merepresentasikan transformasi budaya ilmiah dalam industri farmasi:
dari sistem berbasis kepatuhan menuju sistem berbasis pengetahuan dan risiko. Pendekatan ini menyatukan empat domain utama — statistik, biologi, regulasi, dan bisnis — dalam satu kerangka yang koheren. Potensinya mencakup:

  • Percepatan inovasi dan peluncuran produk baru

  • Reduksi investigasi kegagalan metode analitik

  • Kemampuan adaptasi cepat terhadap perubahan teknologi

  • Validasi lintas platform dan teknologi baru

Namun, keberhasilan penerapannya bergantung pada sinergi antar pemangku kepentingan — ilmuwan, industri, dan regulator — untuk menyusun standar definisi ATP, harmonisasi MODR, serta kurikulum pelatihan yang memadai bagi tenaga analitik masa depan.

 

Penutup

Paper ini memberikan fondasi konseptual dan praktikal yang kokoh untuk memahami pergeseran menuju sistem validasi analitik yang adaptif, ilmiah, dan berfokus pada risiko. Meskipun penerapan AQbD secara menyeluruh masih menghadapi tantangan teknis dan regulasi, kerangka berpikir yang ditawarkan membuka jalan menuju ekosistem farmasi yang lebih dinamis, efisien, dan berbasis pengetahuan. Dengan AQbD, masa depan industri biofarmasi tidak hanya ditentukan oleh hasil uji laboratorium, tetapi oleh seberapa dalam kita memahami mengapa metode itu bekerja — dan bagaimana ia dapat terus valid dalam menghadapi perubahan yang tak terhindarkan.

 

Sumber Artikel:

https://doi.org/10.1208/s12248-022-00685-2