Transformasi Mobilitas Urban: Tinjauan Kritis Infrastruktur Bus dan Lalu Lintas Cerdas di Bhubaneswar

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

19 November 2025, 02.18

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada visi Bhubaneswar untuk menjadi "Transit-Oriented City" dan "Eco-City." Latar belakang masalahnya adalah dominasi kendaraan pribadi yang tidak berkelanjutan dan rendahnya pangsa angkutan umum (hanya 24% perjalanan menggunakan auto-rickshaw sebelum reformasi).   

Kerangka teoretis proyek ini menggabungkan dua pilar utama: Smart Transit (angkutan umum cerdas) dan Smart Traffic (manajemen lalu lintas cerdas). Tujuannya adalah untuk menyediakan fasilitas transportasi yang terpusat, meningkatkan keselamatan melalui penegakan hukum otomatis, dan mengurangi jejak karbon. Pembentukan Capital Region Urban Transport (CRUT) dan peluncuran layanan "Mo Bus" pada 2018 menjadi tulang punggung intervensi ini.   

Metodologi dan Kebaruan

Studi SAAR ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif dan observasional. Tim peneliti melakukan kunjungan lapangan ke depo bus (Patrapada dan Patia) untuk mengamati proses operasional (pra, selama, dan pasca-operasi). Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pejabat kunci (CEO BSCL, GM CRUT, Polisi Lalu Lintas) dan survei opini terhadap 32 warga/pemilik kendaraan untuk mengukur dampak multidimensi.   

Kebaruan dari proyek ini terletak pada pendekatan holistiknya yang tidak hanya mengandalkan perangkat keras (hardware) IoT, tetapi juga rekayasa sosial. Proyek ini mengintegrasikan kelompok terpinggirkan ke dalam tenaga kerja formal transportasi, sebuah langkah progresif yang jarang ditemukan dalam proyek smart city murni teknis.   

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis studi kasus mengungkap keberhasilan signifikan dalam efisiensi operasional dan dampak sosial:

  1. Ekosistem Transportasi Cerdas (Mo Bus): Layanan "Mo Bus" berhasil mengoperasikan 225 bus dengan fitur cerdas seperti pelacakan lokasi otomatis (AVLS), sistem informasi penumpang (PIS), dan pembayaran non-tunai. Hasilnya, rata-rata penumpang harian mencapai 1,5 lakh, dengan 57% penumpang beralih dari moda transportasi lain, menandakan keberhasilan modal shift.   

  2. Manajemen Lalu Lintas Adaptif: Implementasi Adaptive Traffic Signal Control (ATSC) di 50 persimpangan memungkinkan penyesuaian waktu sinyal secara real-time berdasarkan kepadatan lalu lintas. Sistem Deteksi Pelanggaran Lalu Lintas (TVDS) membantu polisi mendeteksi pelanggaran lampu merah dan kecepatan, terutama pada malam hari saat pengawasan manual minim.   

  3. Inklusi Sosial sebagai Pilar Cerdas: Temuan paling unik adalah integrasi sosial. Proyek ini mempekerjakan kaum transgender untuk mengelola lahan parkir dan melatih 100% wanita serta transgender sebagai pengemudi untuk layanan feeder "Mo E-Ride," secara langsung berkontribusi pada SDG 5 (Kesetaraan Gender). Staf bus diberi gelar "Kapten" dan "Pemandu" untuk menanamkan rasa harga diri.   

  4. Keselamatan dan Respons Darurat: Integrasi 450 CCTV dan tombol darurat di kios-kios pintar meningkatkan persepsi keselamatan warga. Sistem penyeberangan pelican dipasang untuk memprioritaskan pejalan kaki di koridor sibuk.   

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Meskipun sukses, studi ini menyoroti kesenjangan kritis dalam desain inklusif. Audit menemukan bahwa pertimbangan untuk aksesibilitas universal (bagi penyandang disabilitas dan lansia) di fasilitas angkutan umum (bus, halte, depo) masih kurang memadai. Ini merupakan hambatan signifikan bagi visi kota yang benar-benar inklusif.   

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, model Bhubaneswar menunjukkan bahwa "kota cerdas" bukan hanya tentang sensor, tetapi tentang bagaimana teknologi dapat memberdayakan manusia. Integrasi Gender-Sensitive Design dalam operasional transportasi adalah praktik terbaik yang patut ditiru.   

Rekomendasi utama untuk masa depan adalah perlunya pendekatan komprehensif untuk memastikan akses bebas hambatan di seluruh jaringan transportasi dan perancangan antarmuka warga yang lebih sensitif terhadap pengguna rentan. Penelitian selanjutnya harus mengevaluasi dampak jangka panjang dari model ketenagakerjaan inklusif ini terhadap kesejahteraan ekonomi kelompok marginal yang terlibat.   

Sumber

Studi Kasus C8: Smart Bus and Traffic Infrastructure, Bhubaneswar. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 72-83). National Institute of Urban Affairs (NIUA).