Tragedi Penerbangan Mimika Air 514: Kisah Kecelakaan Fatal di Pegunungan Papua

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

27 Maret 2024, 09.55

Sumber: id.wikipedia.org

Penerbangan Penumpang Terbang Mimika Air 514 adalah penerbangan penumpang sewaan yang dioperasikan oleh Mimika Air dengan sebuah Pilatus PC-6 Porter dari Ilaga, Papua menuju Mulia, sebuah kota di dekatnya. Pada pagi hari tanggal 17 April 2009, saat dalam perjalanan menuju Mulia, pesawat tersebut menabrak Gunung Gergaji, menewaskan semua sebelas orang di dalamnya.

Kecelakaan Mimika Air ini adalah kecelakaan penerbangan fatal kedua di Papua, dan ketiga di Indonesia, dalam kurun waktu kurang dari dua minggu. Sebuah pesawat kargo juga telah jatuh di Papua pada 9 April, menewaskan enam orang, dan sebuah pesawat TNI Angkatan Udara Indonesia juga jatuh di Jawa Barat pada 6 April, menewaskan 24 orang.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia merilis laporan yang menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pilot tentang rute, ditambah dengan disorientasi spasial yang terjadi setelah pesawat memasuki awan.

Rute Penerbangan

Rute Ilaga-Mulia berada di ketinggian yang tinggi di antara banyak puncak gunung. Para pilot yang familiar dengan rute dan jenis pesawat tersebut melaporkan bahwa tidak mungkin bagi sebuah Pilatus Porter untuk lepas landas dari Ilaga dan terbang melintasi Gunung Gergaji tanpa melakukan serangkaian lingkaran di udara. Manuver semacam itu secara wajib meningkatkan waktu yang diperlukan untuk rute tersebut melebihi waktu yang direncanakan selama 18 menit.

Di dalam penerbangan tersebut terdapat satu pilot, satu pengamat, dan sembilan penumpang: delapan orang dewasa dan satu bayi. Pesawat tersebut juga membawa kotak suara dan surat suara untuk pemilu legislatif nasional mendatang. Seorang pilot yang menerbangkan pesawat memiliki banyak pengalaman penerbangan, dan banyak dari jam tersebut dihabiskan dengan menggunakan kapal induk. Memiliki lisensi pilot komersial Myanmar yang valid. Sertifikat konfirmasi juga telah diterima dari Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia (DGCA) pada 12 Februari 2009.

Kecelakaan

Pesawat lepas landas dari Bandara Ilaga pukul 10.00 waktu setempat, sesuai peraturan dari bandara Catatan menunjukkan tidak ada komunikasi radio antara Penerbangan 514 dan menara. 23 menit setelah lepas landas, menara pengawas mencoba menghubungi pesawat, namun tidak ada respon, sehingga operasi pencarian pun dilakukan. Operasi pencarian diperluas setelah pesawat pencari mendeteksi sinyal dari saklar elektronik pesawat yang jatuh.

Tim pencari Indonesia menemukan lokasi jatuhnya pesawat keesokan harinya. Datang dan temukan Surga. Lokasi jatuhnya pesawat bukanlah landasan pacu tempat pesawat terbang. Asap masih mengepul dari puing-puing pesawat yang tampak hancur. Setelah tabrakan, mesin, baling-baling, baling-baling, dan sayap terbakar. Roda pendaratan depan dan roda pendaratan utama terbakar.

Kapal induk berada 12.000 kaki di atas Gunung Sawyer, dekat lokasi kecelakaan Trigana Air Force One tahun 2006 yang menewaskan sembilan orang. Itu jatuh dari langit. Tak satu pun dari 11 orang di Porter selamat. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Korea dan Badan Geofisika dan Iklim pada saat kecelakaan terjadi, cuaca di wilayah tersebut sebagian besar cerah dan terdapat awan di dekat lokasi kecelakaan. Kesalahan manajemen. Pilot tersebut bergabung dengan Mimica Airlines pada 12 Februari dengan pengetahuan rute yang terbatas. Pilot berusaha terbang nonstop ke Mulia menggunakan GPS dan berusaha terbang di atas Pegunungan Gigi Gergaji tanpa berbalik arah. Saat pesawat memasuki awan, pilot mengalami masalah dan kehilangan kendali atas pesawat.

Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com