Tragedi Aviastar Penerbangan 7503: Kecelakaan Tragis di Pegunungan Latimojong

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

15 Mei 2024, 10.00

Sumber: en.wikipedia.org

Aviastar Penerbangan 7503 adalah penerbangan regional dari Masamba ke Makassar, Indonesia. Pada 2 Oktober 2015, pesawat de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter yang melayani rute ini hilang dengan 10 orang di dalamnya tak lama setelah lepas landas di dekat Palopo. Tidak ada panggilan darurat dari pesawat tersebut. Tiga hari kemudian, pesawat ditemukan jatuh dan dipastikan bahwa semua penumpang tewas. Ini merupakan kecelakaan paling mematikan dalam sejarah Aviastar.

Penyebab Kecelakaan

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan akhir pada Januari 2017 yang menyimpulkan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot. Ditemukan bahwa kedua pilot sepakat untuk menyimpang dari rute yang ditentukan dan memutuskan untuk "memotong jalan," sehingga mengurangi waktu perjalanan pesawat. Namun, dengan melakukan hal ini, pesawat harus melewati pegunungan di tengah rute. Ini tidak akan terjadi jika mereka tetap pada rute yang ditentukan yang dekat dengan garis pantai. Laporan juga mencatat tidak adanya peringatan dari sistem peringatan kedekatan tanah (EGPWS).

Penerbangan

Pesawat lepas landas dari Bandara Masamba pada pukul 14:25 WITA dengan 3 awak dan 7 penumpang di dalamnya. Pesawat diperkirakan mendarat di Makassar satu jam kemudian pada pukul 15:25, tetapi sebelas menit setelah lepas landas, pesawat kehilangan kontak dengan menara kontrol. Pada saat kehilangan kontak, pesawat berada di ketinggian 8.000 kaki. Kondisi cuaca dilaporkan sangat baik dengan visibilitas di atas 100 km dan angin berkecepatan 5 knot. Rute yang dipilih dalam penerbangan ini adalah rute "sangat aman" dengan elevasi sekitar 10–100 kaki, yang berarti tidak ada pegunungan atau bukit besar di rute tersebut.

Pencarian

Segera setelah kecelakaan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Indonesia (BASARNAS) mendirikan pusat krisis di Makassar dan mengirim 100 personel pencarian dan penyelamatan ke daerah tersebut. Pencarian hari pertama dilakukan dengan berjalan kaki, namun pesawat belum ditemukan. Pada hari kedua, pencarian dilakukan dengan satu helikopter dan tiga pesawat dari Aviastar, memperluas area pencarian ke garis pantai Luwu. Sinyal dari ponsel teknisi yang berada dalam mode pesawat membantu menemukan lokasi pesawat. Pencarian terhambat oleh kondisi cuaca buruk di daerah tersebut.

Saksi Mata

Banyak orang mengklaim melihat pesawat jatuh, tetapi semuanya memberikan lokasi yang berbeda. Beberapa mengklaim pesawat jatuh di Pegunungan Palopo, sementara yang lain mengklaim pesawat jatuh dekat air terjun Sidrap. BASARNAS menyatakan bahwa ada kemungkinan pesawat terbang di luar jalur dan melewati garis pantai karena adanya pegunungan di barat.

Pemulihan

Pada hari keempat, area pencarian diperluas ke laut. Pada sore hari, beberapa personel BASARNAS dan polisi Indonesia menemukan puing-puing di Gunung Latimojong. BASARNAS kemudian mengonfirmasi bahwa puing-puing tersebut berasal dari pesawat yang hilang. Foto-foto menunjukkan reruntuhan pesawat masih terbakar beberapa hari setelah hilang. Kotak hitam ditemukan dalam kondisi baik, dan tubuh korban dibawa ke rumah sakit militer di Makassar untuk identifikasi. Kepala BASARNAS menyatakan bahwa pesawat tidak dapat ditemukan selama beberapa hari karena antena ELT (Emergency Locator Transmitter) terlepas saat benturan. Pesawat menabrak beberapa puncak pohon dengan kecepatan tinggi, menunjukkan bahwa pesawat berada dalam penerbangan lurus dan level saat jatuh.

Disadur dari: en.wikipedia.org