Tragedi AirAsia QZ8501: Kecelakaan Mematikan yang Mengguncang Dunia Penerbangan

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

26 April 2024, 14.28

Sumber: id.wikipedia.org

Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 (Nomor Penerbangan: QZ8501/AWQ8501) (terkadang disebut sebagai AirAsia Crash QZ8501) adalah sebuah Airbus A320 milik AirAsia Indonesia (AirAsia Group) yang dilaporkan kehilangan kontak di Laut Jawa dekat Lembah Selimut Saya tersesat. Terdapat 155 penumpang dan 7 awak dalam penerbangan dari Surabaya, Indonesia ke Singapura pada 28 Desember 2014 (total 162). Pada 30 Desember 2014, puing pesawat ditemukan mengambang di Laut Jawa. Mayat manusia juga ditemukan bersamaan dengan jatuhnya pesawat, 162 orang dikabarkan meninggal dunia.

Pada 20 Januari 2015, QZ8501 dikabarkan terhenti, kondisi pesawat kehilangan arah. Hal ini terjadi karena hidung pesawat yang tinggi. Pada tanggal 1 Desember 2015, tepat satu tahun setelah jatuhnya QZ8501, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) mengumumkan temuan terakhirnya bahwa bagian kemudi ekor pesawat mengalami kerusakan. Pilot merespons dengan kesalahan fatal. Kurangnya komunikasi antara pilot dan co-pilot menyebabkan pesawat tersebut jatuh.

Kecelakaan QZ8501 merupakan kecelakaan terparah ketiga sepanjang sejarah Indonesia setelah jatuhnya Garuda di Medan. Pada tahun 1997, 234 orang tewas dalam kecelakaan Air Lion. Sebuah pesawat terbang mengalami kecelakaan pada tahun 2018, tercatat 189 orang meninggal di Laut Karawang. Jatuhnya QZ8501 juga merupakan kecelakaan maskapai terburuk ketiga di dunia, setelah Malaysia Airlines Penerbangan 17 dan Malaysia Airlines Penerbangan 370 pada tahun 2014. Ini merupakan kecelakaan Airbus A320 terburuk kedua setelah TAM Linhas Aéreas Penerbangan 3054, dan kecelakaan udara terburuk ketiga. Kecelakaan tahun 2014. Keluarga A320, TAM 3054 dan Kogalymavia penerbangan 9268.

Linimasa

Kontak hilang pada pukul 0724 WIB, menurut AirAsia. Namun dari beberapa laporan otoritas penerbangan Indonesia, kontak hilang lebih awal, tepatnya pada pukul 06.17 WIB. Penerbangan berangkat dari Bandara Juanda pada pukul 05:35 WSS (UTC+7) dengan rute M365 dan mendarat pada pukul 08:30 WSS (UTC+8). Pesawat tersebut berada di bawah pengawasan penerbangan sipil Indonesia saat diminta menyimpang dari jalur penerbangan semula karena cuaca buruk.

Pilot meminta izin untuk mendaki hingga ketinggian 38.000 kaki (11.600 m) untuk menghindari awan kumulonimbus yang tebal, namun ketinggian akhir yang ditunjukkan oleh transponder dan dicatat oleh Flightradar24 adalah 32.000 kaki (9.750 m). Pesawat tersebut terbang dengan ketinggian dan kecepatan tinggi di atas Laut Jawa antara Kalimantan dan Jawa yang masih dalam kendali lalu lintas udara Indonesia, ketika hilang kontak dengan pengatur lalu lintas udara pada pukul 07:24 waktu setempat. Analisis menunjukkan bahwa pesawat melewati area badai hanya beberapa menit sebelum menghilang.

Sumber: id.wikipedia.com