Tinjauan Sistematis terhadap Teknologi, Desain, dan Hasil Pembelajaran

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

13 September 2025, 08.56

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada pengakuan bahwa kolaborasi merupakan keterampilan esensial yang dituntut di hampir semua bidang profesional, sebuah kebutuhan yang semakin dipertegas oleh meningkatnya tren kerja jarak jauh. Lingkungan pembelajaran daring, dengan segala kemajuan teknologinya, menawarkan platform yang ideal untuk membina kompetensi ini. Sejumlah kerangka teoretis yang mapan—seperti  

Computer Supported Collaborative Learning (CSCL), Community of Inquiry (CoI), dan Tiga Jenis Interaksi Moore—telah lama menjadi landasan untuk memahami berbagai aspek dari pembelajaran kolaboratif daring. Namun, tinjauan-tinjauan literatur yang ada sebelumnya cenderung berfokus pada aspek-aspek yang spesifik dan terfragmentasi.  

Masalah inti yang diidentifikasi oleh Oyarzun dan Martin adalah kurangnya sebuah tinjauan holistik yang mengintegrasikan berbagai elemen krusial dari OLC ke dalam satu kerangka kerja yang utuh. Untuk mengatasi kesenjangan ini, penulis mengajukan sebuah kerangka kerja OLC yang komprehensif, yang mencakup empat pilar: teknologi kolaboratif, desain, fasilitasi, dan hasil. Dengan menggunakan kerangka ini, tujuan utama dari studi ini adalah untuk melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap penelitian OLC yang dipublikasikan selama satu dekade (2012-2021), guna mengidentifikasi pola publikasi, tren partisipan dan konteks, serta metodologi penelitian yang dominan.  

Metodologi dan Kebaruan

Untuk mencapai tujuannya, penelitian ini mengadopsi metodologi Tinjauan Literatur Sistematis (Systematic Literature Review - SLR) yang ketat, dengan berpedoman pada protokol PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Proses ini melibatkan dua putaran pencarian kata kunci yang luas di berbagai basis data untuk menangkap semua jenis kolaborasi yang terjadi dalam konteks pembelajaran daring. Setelah melalui proses penyaringan yang sistematis, sebanyak 63 artikel penelitian orisinal dari jurnal-jurnal peer-reviewed yang dipublikasikan antara tahun 2012 dan 2021 dipilih untuk dianalisis secara mendalam.  

Analisis data dilakukan secara kolaboratif menggunakan spreadsheet Google, dengan menerapkan proses pengkodean deduktif (berdasarkan penelitian sebelumnya) dan induktif (mengadaptasi kode selama proses analisis). Kebaruan dari karya ini terletak pada pendekatannya yang luas dan terintegrasi. Alih-alih hanya berfokus pada satu dimensi OLC, penelitian ini secara unik mensintesis temuan-temuan dari berbagai aspek—mulai dari pilihan teknologi hingga hasil afektif—ke dalam satu kerangka kerja yang koheren, sehingga menyajikan sebuah "peta" komprehensif dari lanskap penelitian OLC selama dekade terakhir.  

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis terhadap 63 artikel terpilih menghasilkan serangkaian temuan yang memberikan gambaran jelas mengenai tren dalam penelitian OLC.

  1. Konteks dan Demografi Penelitian: Ditemukan bahwa sebagian besar penelitian OLC dilakukan dalam konteks pendidikan tinggi dan dalam disiplin ilmu Pendidikan (30,2%). Secara geografis, penelitian yang dilakukan di  

    Amerika Serikat (39,7%) mendominasi literatur yang ditinjau. Dari segi metodologi, ketiga pendekatan utama—kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran—digunakan dalam proporsi yang hampir seimbang.  

  2. Teknologi Kolaboratif: Teknologi yang paling umum digunakan untuk memfasilitasi OLC adalah Learning Management Systems (LMS), papan diskusi, alat tulis kolaboratif, dan alat sinkron (misalnya, konferensi video). Temuan ini menggarisbawahi peran sentral LMS sebagai tulang punggung kursus daring, yang sering kali sudah terintegrasi dengan fungsionalitas seperti papan diskusi. Penggunaan alat sinkron yang luas juga menunjukkan pentingnya interaksi  

    real-time dalam memfasilitasi kolaborasi.  

  3. Desain Kolaborasi: Metode kolaboratif yang paling dominan adalah proyek kelompok (59,2%) dan diskusi (25,0%). Ukuran kelompok yang paling umum adalah  

    kelompok kecil, yang biasanya terdiri dari dua hingga lima mahasiswa. Dalam hal pembentukan kelompok, strategi yang paling sering digunakan adalah  

    penugasan acak (random assignment), diikuti oleh pembentukan berdasarkan kriteria tertentu dan pembentukan oleh mahasiswa sendiri.  

  4. Fasilitasi Kolaborasi: Peran instruktur dalam OLC sangat multifaset. Temuan menunjukkan bahwa instruktur paling sering mengambil peran sebagai perancang (designer) aktivitas kolaboratif, fasilitator proses, pendukung (supporter), dan evaluator hasil kerja. Hal ini menegaskan bahwa fasilitasi yang efektif melampaui sekadar pemberian tugas, tetapi juga melibatkan desain yang cermat dan dukungan aktif selama proses berlangsung.  

  5. Hasil Kolaborasi (Peluang dan Tantangan):

    • Peluang: Tiga peluang teratas yang paling sering disebut dari implementasi OLC adalah peningkatan pembelajaran (16,22%), pengembangan keterampilan komunikasi dan kolaborasi (14,86%), dan pembangunan hubungan antar pembelajar.  

    • Tantangan: Tantangan yang paling sering muncul adalah waktu (misalnya, kesulitan koordinasi jadwal), masalah teknis, serta kecemasan, ketakutan, atau stres yang dialami oleh pembelajar.  

    • Fokus Hasil: Sebagian besar penelitian yang ditinjau berfokus pada hasil kognitif dan afektif, dengan fokus yang lebih sedikit pada hasil perilaku.  

 

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Penulis secara transparan mengakui beberapa keterbatasan dalam studi mereka. Dominasi penelitian dari Amerika Serikat mungkin disebabkan oleh bias karena para peneliti berbasis di AS dan hanya menganalisis artikel berbahasa Inggris, yang membatasi generalisasi temuan ke konteks global.  

Sebagai refleksi kritis, meskipun pendekatan yang luas dari tinjauan ini merupakan kekuatan utamanya, hal ini mungkin datang dengan mengorbankan kedalaman analisis pada setiap elemen. Studi ini berhasil memetakan "apa" yang diteliti dalam OLC, namun mungkin tidak sepenuhnya menangkap nuansa "mengapa" tren-tren ini muncul atau "seberapa efektif" kombinasi teknologi, desain, dan fasilitasi yang berbeda dalam mencapai hasil pembelajaran yang spesifik.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, temuan dari tinjauan ini memiliki implikasi langsung bagi para instruktur dan desainer instruksional daring, dengan menyoroti teknologi dan metode desain yang paling umum digunakan serta tantangan yang perlu diantisipasi.  

Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara implisit dan eksplisit menyarankan beberapa arah. Terdapat kebutuhan yang jelas untuk lebih banyak penelitian OLC di luar konteks AS dan di luar disiplin ilmu Pendidikan untuk memperluas pemahaman. Selain itu, penulis menyoroti perlunya  

standardisasi terminologi terkait OLC untuk membantu para peneliti menemukan riset yang relevan dengan lebih mudah. Sebagai refleksi akhir, dengan menyediakan sebuah kerangka kerja yang holistik dan peta lanskap penelitian yang komprehensif, Oyarzun dan Martin telah meletakkan fondasi yang kuat bagi para peneliti dan praktisi untuk secara lebih sistematis mempelajari dan mengimplementasikan aktivitas kolaborasi daring yang efektif.  

Sumber

Oyarzun, B., & Martin, F. (2023). A systematic review of research on online learner collaboration from 2012-21: Collaboration technologies, design, facilitation, and outcomes. Online Learning, 27(1), 71-106. DOI: 10.24059/olj.v27i1.3453