Temuan Kerangka Kapal di Selat Bangka: Ancaman Keselamatan Navigasi dan Langkah Pushidrosal dalam Menjaga Keamanan Pelayaran

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

02 Mei 2024, 13.14

Sumber: kompas.com

Pusat Hidro-oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) telah menemukan sebuah bahaya potensial di Selat Bangka yang dapat mengancam keselamatan pelayaran. Mereka menemukan kerangka kapal di kedalaman 7,5 meter yang berada di sekitar alur pelayaran Selat Bangka yang direkomendasikan. Komandan Pushidrosal, Laksamana Madya TNI Agung Prasetiawan, menjelaskan bahwa kerangka kapal tersebut memiliki panjang 132 meter dan lebar 15 meter, dan telah ditumbuhi terumbu karang.

Temuan ini bermula dari laporan United Kingdom Hydrographic Office (UKHO) tentang dua kapal yang terdampar di dasar laut Selat Bangka, yaitu MV Hyundai Anterp pada November 2020 dan MV Posidana pada Februari 2021. Berdasarkan laporan tersebut dan demi keamanan pelayaran, Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional telah mengeluarkan Berita Pelaut Indonesia (BPI) Nomor 18 pada 30 April. Mereka juga mengirim Tim Survei Tanggap Segera dan KRI Pollux-935 untuk melakukan survei investigasi di Selat Bangka. KRI Pollux-935 adalah kapal survei yang baru-baru ini diresmikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) untuk menjadi bagian dari Pushidrosal.

Melalui survei investigasi tersebut, Pushidrosal berhasil menemukan kerangka kapal di Selat Bangka. Untuk melakukan investigasi lebih lanjut, KRI Pollux menggunakan peralatan Sidescan Sonar dan Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk konfirmasi visual. Hasil konfirmasi visual menunjukkan adanya jejak huruf A dan G pada buritan kerangka kapal, yang mengindikasikan bahwa kapal tersebut adalah MV Pagaruyung yang tenggelam pada September 2003. Laksamana Agung menjelaskan bahwa hampir seluruh bangunan kapal telah ditumbuhi terumbu karang dan menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya.

Setelah menemukan kerangka kapal ini, Pushidrosal segera mengeluarkan pembaruan BPI minggu ke-34 tentang Perubahan Penggantian Data Lama. Kedalaman yang sebelumnya tercatat 8,6 meter diubah menjadi 7,5 meter berdasarkan hasil temuan ini. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan navigasi dan pelayaran di Selat Bangka.

Temuan ini menunjukkan betapa pentingnya peran Pushidrosal dalam menjaga keamanan dan keselamatan pelayaran di Indonesia. Dengan melakukan survei dan investigasi secara terus-menerus, mereka dapat mengidentifikasi dan mengatasi potensi bahaya serta memberikan informasi yang akurat kepada para pelaut. Hal ini akan membantu dalam mengurangi risiko kecelakaan pelayaran dan menjaga keselamatan kapal dan awaknya saat melintasi Selat Bangka maupun perairan lainnya di Indonesia.

Sumber: kompas.com