Pendahuluan
Industri konstruksi masih menyandang reputasi sebagai sektor dengan tingkat kecelakaan kerja tertinggi, baik di Swedia maupun Uni Eropa. Data dari tahun 2021 menunjukkan bahwa di Swedia, sektor konstruksi adalah profesi dengan cedera kerja terbanyak kedua, sementara di Uni Eropa, 22,2% dari semua kecelakaan kerja fatal terjadi di sektor ini.
Namun, transformasi digital lewat Construction 4.0 membuka jalan bagi pendekatan baru yang lebih proaktif dan terukur dalam menjaga keselamatan kerja. Teknologi seperti sensor, Internet of Things (IoT), dan Computer Vision dapat memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya. Paper karya Siri Stenbäck Juhrich (2023) dari Luleå University of Technology ini mengulas secara mendalam kondisi terkini, tantangan, dan prospek penerapan teknologi keselamatan real-time di sektor konstruksi.
Kondisi Aktual di Lapangan
Berdasarkan wawancara dengan tujuh profesional industri konstruksi di Swedia, ditemukan bahwa:
- Penggunaan teknologi real-time untuk keselamatan masih dalam tahap awal.
- Banyak proyek masih menggunakan metode tradisional, seperti rencana kerja berbasis kertas dan pengumpulan data dua mingguan.
- Inovasi seperti robot anjing untuk inventarisasi sudah diuji, tetapi tidak difokuskan pada keselamatan.
Seperti yang dikatakan salah satu responden:
“Bahkan proyek besar belum menggunakan teknologi real-time secara sistematis. Yang ada baru untuk pelacakan material, bukan untuk keselamatan kerja.” – R1
Teknologi yang Dianggap Menjanjikan
Beberapa teknologi yang dianggap paling menjanjikan menurut wawancara dan kajian literatur:
- IoT dan Sensor: untuk deteksi gas, getaran, kebocoran air, suhu tinggi, dan kadar CO₂.
- Computer Vision (CV): mengidentifikasi perilaku berbahaya, seperti pekerja tanpa alat pelindung, atau posisi alat berat yang berisiko tabrakan.
- Wearable Devices: seperti helm pintar atau sabuk sensor yang mendeteksi posisi tubuh dan memberikan peringatan getar saat mendekati bahaya.
- Sistem Proximity Warning berbasis RFID dan UWB: untuk mencegah tabrakan antara pekerja dan alat berat.
- Simulasi Virtual + Real-Time Tracking: memetakan zona bahaya di BIM dan memperingatkan jika pekerja masuk ke zona tersebut.
Studi Kasus Teknologi Terkait
- BLE Headgear (Huang et al., 2021): Helm pekerja dipasangi sensor BLE untuk mendeteksi kedekatan dengan alat berat. Saat jarak terlalu dekat, pekerja mendapatkan peringatan getar.
- Computer Vision (Fang et al., 2018; Kim et al., 2017): Deteksi real-time terhadap pekerja yang berada di ketinggian tanpa alat pengaman melalui kamera pengawas.
- RFID dan GPS (Teizer, 2015; Li et al., 2015): Digunakan untuk pelacakan pekerja di zona bahaya dan simulasi reaksi insiden untuk pelatihan keselamatan masa depan.
Hambatan Utama dalam Penerapan
1. Biaya Tinggi:
Teknologi seperti UWB dan sistem kamera canggih membutuhkan investasi besar. Hal ini menghambat adopsi di proyek kecil atau perusahaan menengah ke bawah.
2. Tantangan Teknis:
Sinyal sensor bisa terganggu oleh material logam, beton, atau cuaca, sehingga presisi deteksi kadang menurun.
3. Privasi dan Regulasi:
Penggunaan sensor dan kamera menimbulkan isu privasi dan perlindungan data, apalagi setelah berlakunya GDPR di Uni Eropa. Di Swedia, belum ada regulasi khusus soal privasi kerja, sehingga banyak perusahaan enggan menerapkan pengawasan terlalu ketat.
4. Budaya Industri yang Tradisional:
Industri konstruksi dikenal resisten terhadap inovasi. Banyak pekerja dan manajer proyek yang merasa teknologi tersebut terlalu rumit atau tidak memberikan manfaat langsung.
Model Penerimaan Teknologi: TAM
Studi ini juga menggunakan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) untuk menjelaskan:
- Perceived Usefulness (PU): Sejauh mana pekerja percaya teknologi dapat meningkatkan keselamatan.
- Perceived Ease of Use (PEU): Sejauh mana mereka merasa teknologi mudah digunakan.
Temuan menunjukkan bahwa dukungan manajemen puncak, pelatihan langsung di lapangan, dan relevansi pekerjaan merupakan kunci dalam meningkatkan penerimaan teknologi baru.
Analisis & Arah Masa Depan
Kunci sukses adopsi teknologi keselamatan real-time di industri konstruksi terletak pada:
- Kolaborasi antara perusahaan teknologi dan kontraktor besar.
- Strategi jangka panjang, bukan hanya pilot project.
- Penyediaan insentif finansial, baik dari pemerintah maupun swasta.
- Integrasi dengan BIM, agar pemantauan bahaya menjadi bagian dari proses desain, bukan tambahan.
Studi ini menyarankan agar sektor konstruksi tidak hanya mengandalkan regulasi atau insiden untuk berubah, tetapi lebih pada proaktif mengadopsi teknologi sebagai bagian dari budaya keselamatan.
Kesimpulan
Teknologi keselamatan real-time menawarkan masa depan yang lebih aman bagi pekerja konstruksi, namun adopsi luas belum terjadi. Masalah biaya, teknis, privasi, dan budaya masih menjadi penghalang besar. Dibutuhkan pendekatan kolaboratif dan terencana, agar inovasi ini tidak hanya menjadi eksperimen mahal, melainkan standar baru dalam keselamatan kerja konstruksi.
Sumber Artikel: Juhrich, S. S. (2023). Real-time safety technologies in the construction industry: A study of current state and challenges. Master Thesis, Luleå University of Technology.