Pentingnya Tata Kelola Air untuk Masa Depan Asia
Asia adalah benua terluas dan terpadat di dunia, dengan sekitar 60% populasi global dan 32% sumber daya air tawar dunia. Namun, kawasan ini menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan air yang berkelanjutan, terutama di negara-negara berkembang yang mengalami urbanisasi cepat, pertumbuhan industri, dan perubahan iklim. Tata kelola air (Water Governance/WG) menjadi kunci utama untuk mengatasi masalah ini dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 6 tentang air bersih dan sanitasi.
Paper ini melakukan tinjauan sistematis literatur WG di Asia selama 2000-2020, mengidentifikasi isu-isu utama, kerangka kerja yang digunakan, dan merekomendasikan model tata kelola yang efektif.
Tinjauan Sistematis dan Analisis Literatur
Penulis menggunakan metode PRISMA untuk menyeleksi 350 dokumen dari database Scopus dan sumber lain, kemudian menyaring menjadi 145 publikasi yang relevan. Studi ini mencakup artikel peer-reviewed, laporan institusi, dan literatur abu-abu (gray literature) yang membahas WG di Asia.
Tren dan Distribusi Studi WG di Asia
- Jumlah publikasi WG meningkat signifikan sejak 2015, sejalan dengan pengesahan SDGs dan meningkatnya perhatian global terhadap isu air.
- Sebagian besar studi fokus pada Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur, dengan negara yang paling banyak diteliti adalah India, China, Vietnam, dan Thailand.
- Wilayah Asia Tengah dan Barat kurang mendapat perhatian karena keterbatasan data dan konflik politik.
Definisi dan Konsep Tata Kelola Air
- Tidak ada konsensus tunggal tentang definisi WG, namun GWP 2003 menjadi acuan utama: WG mencakup sistem politik, sosial, ekonomi, dan administratif yang mengatur pengelolaan sumber daya air dan layanan air.
- WG melibatkan aspek formal dan informal, serta menekankan partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan.
- Konsep “effective WG” menekankan pada keterlibatan aktif pemangku kepentingan, keadilan, efisiensi, dan adaptasi terhadap perubahan.
Isu Utama dalam Tata Kelola Air di Asia
1. Pengelolaan Air Lintas Batas (Transboundary Water Management/TWM)
- Asia memiliki 57 DAS lintas batas, namun hanya 10 yang memiliki perjanjian pengelolaan resmi.
- Konflik air sering muncul akibat pembangunan bendungan, alokasi air irigasi, dan perubahan iklim.
- Contoh: Konflik air di DAS Ganges-Brahmaputra-Meghna antara India, Bangladesh, dan Nepal; dan DAS Mekong antara China dan negara-negara hilir.
2. Manajemen Irigasi
- Pertanian menyerap porsi terbesar air di Asia, namun efisiensi irigasi masih rendah.
- Tantangan meliputi fragmentasi kelembagaan, konflik pengguna, dan teknologi usang.
3. Kualitas Air
- Polusi dari limbah domestik, industri, dan pertanian mengancam kesehatan dan ekosistem.
- Studi di China dan India menunjukkan tantangan besar dalam pengelolaan limbah dan perlindungan sumber air.
4. Nexus Air-Pangan-Energi-Iklim
- Interdependensi sektor air, pangan, energi, dan iklim menuntut tata kelola yang terintegrasi dan adaptif.
- Contoh: Pengelolaan bendungan untuk energi hidro dan irigasi harus mempertimbangkan dampak iklim dan kebutuhan pangan.
Kerangka dan Model Tata Kelola yang Digunakan
- Kerangka hukum dan kelembagaan (Legal and Institutional Framework/LIF) paling banyak digunakan untuk menganalisis kasus.
- Teori Ostrom (Institutional Analysis and Development/IAD) dan Adaptive Integrated Water Management (AIWM) banyak dipakai untuk memahami dinamika kelembagaan dan adaptasi.
- OECD Water Governance Indicator and Measurement (WGIM) framework digunakan untuk menilai efektivitas dan transparansi tata kelola.
- Kerangka ini menekankan pentingnya: regulasi yang jelas, pengelolaan yang adaptif, keterlibatan pemangku kepentingan, koordinasi lintas sektor, dan transparansi data.
Tantangan Umum Tata Kelola Air di Asia
- Fragmentasi kelembagaan dan tumpang tindih peran antar lembaga.
- Keterbatasan kapasitas teknis dan finansial untuk implementasi kebijakan.
- Kurangnya koordinasi dan kepercayaan antar pemangku kepentingan, terutama di wilayah lintas batas.
- Data dan sistem informasi yang belum terintegrasi dan kurang transparan.
- Pengaruh politik dan ketidakstabilan yang menghambat reformasi tata kelola.
Rekomendasi dan Jalan ke Depan
- Perbaikan kerangka hukum dan kelembagaan untuk mengurangi tumpang tindih dan memperjelas tanggung jawab.
- Penguatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia, termasuk pelatihan dan teknologi informasi.
- Peningkatan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.
- Pengembangan mekanisme koordinasi lintas sektor dan lintas negara, khususnya untuk DAS lintas batas.
- Implementasi sistem monitoring dan evaluasi yang transparan dan berbasis data.
- Adopsi pendekatan adaptif dan inovatif untuk menghadapi perubahan iklim dan dinamika sosial ekonomi.
Studi Kasus dan Contoh Nyata
- DAS Mekong: Konflik dan kerjasama antara negara-negara hilir dan hulu terkait pembangunan bendungan dan pengelolaan air.
- India dan Bangladesh: Tantangan pengelolaan air irigasi dan kualitas air di wilayah perbatasan.
- Vietnam: Pengelolaan air perkotaan dan pertanian di Delta Mekong menghadapi tekanan urbanisasi dan perubahan iklim.
- China: Reformasi kelembagaan air dan pengembangan sistem pengelolaan air yang adaptif dan terintegrasi.
Kesimpulan: Tata Kelola Air sebagai Pilar Pencapaian SDG di Asia
Paper ini menegaskan bahwa tata kelola air yang efektif dan adaptif adalah kunci untuk mengatasi tantangan air di Asia dan mencapai SDG 6. Dengan kerangka kerja yang tepat, penguatan kelembagaan, dan kolaborasi lintas sektor serta negara, kawasan ini dapat mengelola sumber daya airnya secara berkelanjutan. Studi ini menjadi referensi penting bagi pembuat kebijakan, akademisi, dan praktisi yang ingin memahami dan memperbaiki tata kelola air di Asia.
Sumber Artikel (Bahasa Asli)
Nguyen Hong Duc, Pankaj Kumar, Pham Tam Long, Gowhar Meraj, Pham Phuong Lan, Mansour Almazroui, Ram Avtar. (2024). A Systematic Review of Water Governance in Asian Countries: Challenges, Frameworks, and Pathways Toward Sustainable Development Goals. Earth Systems and Environment. https://doi.org/10.1007/s41748-024-00385-1