Pengantar
Sistem air dan air limbah (WW) adalah fondasi penting bagi kesehatan publik dan keberlanjutan lingkungan. Namun, banyak negara maju sekalipun menghadapi tantangan besar terkait pembiayaan, peremajaan aset, dan adaptasi perubahan iklim. Studi oleh Najar dan Persson (2023) dalam Water Policy menyajikan evaluasi 11 organisasi utilitas air limbah di Swedia yang berhasil meningkatkan status fasilitas WW mereka, berdasarkan parameter Sustainability Index (SI) nasional.
Latar Belakang dan Urgensi
Hanya 4% dari 184 organisasi WW di Swedia yang mencapai klasifikasi "hijau" dalam parameter status fasilitas, menunjukkan mayoritas mengalami penurunan performa infrastruktur. Sementara itu, kebutuhan investasi WW nasional diperkirakan mencapai SEK 820 miliar, atau sekitar SEK 80.000 per penduduk. Depresiasi fasilitas lebih cepat daripada tingkat penggantiannya, menyebabkan tarif air limbah saat ini belum menutupi biaya sesungguhnya, dan akan perlu dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.
Metode Penelitian dan Studi Kasus
Studi ini menggunakan desain studi kasus ganda (multiple-case study) terhadap 11 organisasi WW dari berbagai skala kota di Swedia (grup B dan C), termasuk Arvika, Växjö, dan Umeå. Penelitian mencakup analisis dokumen evaluasi SI tahunan dan wawancara mendalam dengan manajer strategi dari 9 organisasi.
Hasil Kunci dari Sustainability Index (SI)
Empat organisasi – Arvika, Ljungby, Ängelholm, dan Umeå – mendapatkan nilai SI hijau dengan nilai bobot 1,4–2. Sebaliknya, mayoritas organisasi nasional mendapat nilai merah. Parameter SI meliputi:
- Perencanaan anggaran jangka panjang (10 tahun)
- Rencana penggantian jaringan pipa
- Evaluasi kondisi fasilitas
- Penerapan sistem digital dan strategi pemeliharaan proaktif
Strategi Sukses yang Diadopsi
- Perencanaan Berlapis (Strategis, Taktis, Operasional)
- Organisasi seperti Umeå dan Arvika mengintegrasikan perencanaan 10 tahun ke dalam kebijakan tarif dan investasi.
- Arvika menetapkan alokasi tahunan 1% dari nilai penggantian infrastruktur sebagai dana reinvestasi.
- Pendekatan Daur Hidup (Life-Cycle)
- Evaluasi investasi berdasarkan ketahanan jangka panjang terhadap perubahan demografi dan iklim.
- Penggunaan material tahan lama (misalnya pipa plastik berdinding putih di Ängelholm) untuk mempermudah inspeksi setelah puluhan tahun.
- Adopsi Teknologi Digital
- Semua organisasi menggunakan sensor IoT, meteran digital, dan kamera pemantau.
- Umeå memakai LoRa meters untuk mendeteksi air tambahan dan overflow.
- Mölndal mengembangkan smart meter yang bisa saling berkomunikasi.
- Kapasitas SDM dan Komitmen Karyawan
- Keterampilan teknis internal memainkan peran penting. Contohnya, Arvika mengerjakan proyek sendiri tanpa kontraktor eksternal, menggunakan tiga tim internal.
- Kenaikan tarif bertahap disiapkan untuk menyeimbangkan biaya dan keberlanjutan, seperti di Umeå yang menaikkan tarif 10% per tahun untuk pembangunan, dan 6% untuk konsumsi.
Tantangan Implementasi
- Keterbatasan dana dan plafon anggaran tahunan (contoh: Västerås)
- Konflik kepentingan politis, khususnya dalam perencanaan jangka panjang (contoh: Arvika)
- Kurangnya data sistematis, membuat perencanaan pembaruan sulit dilakukan
- Keterbatasan kontraktor, ketika banyak kota memperbarui sistem secara bersamaan
Perhitungan Kebutuhan Investasi dan Laju Pembaruan
- Nilai penggantian jaringan pipa WW nasional: SEK 680 miliar
- Investasi ideal tahunan: SEK 6,8 miliar (1% dari nilai penggantian)
- Saat ini, reinvestasi tahunan hanya mencapai SEK 4,1 miliar, setara dengan 0,6%, yang menyebabkan umur infrastruktur hingga 165 tahun, melampaui batas ideal 100 tahun.
Arvika dan Ronneby termasuk pengecualian: meskipun kota kecil, keduanya mencapai laju pembaruan 1% per tahun. Hal ini menantang asumsi sebelumnya bahwa kota kecil memiliki kapasitas lebih rendah.
Rekomendasi Praktis dari Studi
- Terapkan kebijakan reinvestasi minimal 1% dari nilai aset secara konsisten.
- Integrasikan rencana pembaruan ke dalam perencanaan strategis dan politik jangka panjang.
- Perkuat kemampuan internal SDM, kurangi ketergantungan terhadap kontraktor.
- Adopsi teknologi digital secara cerdas, dengan pertimbangan keamanan data dan pelatihan staf.
Kesimpulan
Studi ini menekankan bahwa keberhasilan peningkatan infrastruktur air limbah tidak bergantung pada besar kecilnya kota, melainkan pada komitmen strategis, efisiensi perencanaan, dan kekuatan organisasi internal. Swedia memberikan contoh kuat bagaimana pengelolaan fasilitas air limbah dapat dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dengan kolaborasi antara teknokrasi, kebijakan publik, dan masyarakat lokal.
Sumber:
Najar, N., & Persson, K. M. (2023). Status improvement in water and wastewater fixed facilities: Success and challenges of 11 Swedish water utilities as case studies. Water Policy, 25(7), 656–672.