Kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta, menghadapi dua masalah utama terkait air: banjir saat musim hujan dan krisis air tanah saat kemarau. Fenomena ini diperparah oleh alih fungsi lahan, pertumbuhan penduduk, dan eksploitasi air tanah yang berlebihan. Paper “Sosialisasi Pemanfaatan Air Hujan Dengan Pembuatan Sumur Resapan Untuk Menanggulangi Banjir Dan Konservasi Air Tanah” oleh Endah Lestari dkk. (2021) membahas solusi konkret berbasis teknologi sederhana—sumur resapan—yang tidak hanya mampu mengurangi risiko banjir, tetapi juga menjaga ketersediaan air tanah di masa depan12.
Analisis Situasi: Mengapa Sumur Resapan Penting?
Data Banjir dan Krisis Air
- Banjir Jakarta 2007: 60% wilayah DKI terendam, kedalaman air lebih dari 5 meter, kerugian hingga Rp 20 triliun, 20 korban jiwa, dan 33.500 pengungsi1.
- Krisis Air Tanah: Eksplorasi air tanah di Jakarta telah mencapai 40% (Badan Geologi, 2009), jauh di atas ambang aman 20%. Akibatnya, terjadi penurunan muka tanah (land subsidence) dan intrusi air laut.
- Curah Hujan Tinggi: Rata-rata curah hujan di Indonesia 2.779 mm/tahun, di Jakarta 2.500 mm/tahun (180 hari hujan/tahun)—potensi air hujan sangat besar namun belum dimanfaatkan optimal1.
Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya
Perubahan lahan dari kawasan hijau menjadi permukiman, perkantoran, dan infrastruktur menyebabkan berkurangnya area resapan alami. Akibatnya, air hujan lebih banyak menjadi aliran permukaan (run-off) yang memperbesar risiko banjir, sementara air tanah tidak terisi ulang secara memadai1.
Studi Kasus: SMPN 8 Menteng Jakarta
Latar Belakang
SMPN 8 Menteng, berlokasi di pusat kota yang dikelilingi perkantoran, dalam beberapa tahun terakhir rutin terdampak banjir dan krisis air bersih. Hal ini mengganggu proses belajar-mengajar dan kehidupan sehari-hari warga sekolah12.
Intervensi: Program Kemitraan Masyarakat (PKM)
- Sosialisasi: 20–25 peserta (guru, siswa, pengurus sekolah) mengikuti presentasi dan diskusi tentang pentingnya sumur resapan dan konservasi air tanah.
- Pembangunan Sumur Resapan: Satu unit sumur resapan dibangun untuk menampung air hujan dari atap masjid sekolah. Konstruksi menggunakan dinding hebel dan dasar batu belah, sesuai standar teknis1.
Proses Pelaksanaan
- Tahap Persiapan: Studi literatur, penentuan mitra (SMPN 8), dan perencanaan teknis.
- Tahap Pelaksanaan: Sosialisasi, pembangunan sumur resapan selama 4 hari, melibatkan tim PKM dan warga sekolah.
- Tahap Evaluasi: Penilaian efektivitas sumur resapan dan dokumentasi hasil kegiatan.
Manfaat Sumur Resapan: Data dan Dampak Nyata
Manfaat Teknis
- Mengurangi Run-Off: Dengan sumur resapan, air hujan dari atap langsung masuk ke tanah, mengurangi limpasan permukaan yang menyebabkan genangan dan banjir.
- Konservasi Air Tanah: Air hujan yang diresapkan menjadi cadangan air tanah (water recharge), membantu mengatasi kekeringan saat musim kemarau.
- Mencegah Intrusi Air Laut: Penting untuk kawasan pesisir seperti Jakarta, mencegah air laut masuk ke lapisan air tanah.
Manfaat Sosial dan Lingkungan
- Edukasi Lingkungan: Kegiatan sosialisasi menanamkan kesadaran pentingnya menjaga air tanah dan lingkungan sejak dini kepada siswa dan guru.
- Penerapan Skala Rumah Tangga dan Komunal: Jika diterapkan di setiap rumah, sekolah, dan kantor, sumur resapan bisa menjadi solusi sistemik untuk banjir perkotaan.
Studi Banding: Desa Lembah Sari, Lombok Barat
Paper lain oleh Tri Sulistyowati dkk. (2023) menguatkan temuan di Jakarta. Di Desa Lembah Sari, Lombok Barat, banjir bandang 2021 merusak 404 rumah. Program pengabdian masyarakat membangun sumur resapan komunal dan tunggal, hasilnya:
- Pengetahuan masyarakat meningkat
- Sumur resapan efektif mengurangi banjir dan menambah cadangan air tanah
- Model komunal dan tunggal bisa disesuaikan kebutuhan lokal3
Standar dan Regulasi: Dasar Hukum Penerapan Sumur Resapan
- Permen LH No. 12/2009: Wajib pemanfaatan air hujan melalui sumur resapan, kolam, atau biopori.
- Pergub DKI Jakarta No. 20/2013: Setiap pemilik bangunan yang menutup permukaan tanah wajib membangun sumur resapan.
- SNI 03-2453-2002: Standar tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan—mengatur lokasi, kedalaman, jarak dari bangunan, dan kualitas tanah13.
Desain dan Konstruksi Sumur Resapan
Prinsip Dasar
- Bentuk: Mirip sumur gali, kedalaman dan diameter disesuaikan kebutuhan.
- Material: Dinding bisa dari hebel, bata, atau batako; dasar diisi batu belah untuk mempercepat infiltrasi.
- Lokasi: Minimal 3 meter dari sumur air bersih, 5 meter dari septik tank, dan 1 meter dari pondasi bangunan.
Proses Pembuatan
- Galian lubang sesuai desain
- Pemasangan dinding (hebel/bata)
- Pengisian dasar dengan batu belah
- Penutupan dan pemasangan kontrol
- Pemeliharaan rutin: membersihkan filter dan kontrol sebelum musim hujan
Dampak Luas: Konservasi Air dan Pengurangan Banjir
Data dan Proyeksi
- Satu sumur resapan di SMPN 8 Menteng: Menampung air hujan dari atap masjid, mengurangi risiko genangan lokal.
- Jika diterapkan massal: Setiap rumah tangga di Jakarta membangun satu sumur resapan, potensi pengurangan banjir dan peningkatan air tanah sangat signifikan.
Efek Lingkungan Lain
- Menurunkan risiko land subsidence (penurunan tanah)
- Mengurangi pencemaran air tanah
- Membudayakan pelestarian lingkungan di masyarakat
Tantangan dan Saran Implementasi
Tantangan
- Biaya Material: Hebel dan batu belah relatif mahal untuk masyarakat menengah ke bawah.
- Alih Fungsi Lahan: Lahan semakin sempit di perkotaan, perlu inovasi desain sumur mini.
- Kesadaran Masyarakat: Masih rendah, perlu edukasi berkelanjutan.
Saran Solusi
- Alternatif Material: Gunakan bata atau batako agar lebih terjangkau.
- Skala Komunal: Bangun sumur resapan komunal di area padat penduduk.
- Edukasi Berkelanjutan: Libatkan sekolah, RT/RW, dan komunitas dalam sosialisasi dan pelatihan.
Kritis dan Komparasi dengan Penelitian Lain
Sumur resapan terbukti efektif di berbagai lokasi, baik di Jakarta maupun Lombok. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada:
- Kualitas dan permeabilitas tanah
- Pemeliharaan sumur
- Skala penerapan
Penelitian di Malang dan Yogyakarta juga menemukan bahwa sumur resapan, biopori, dan kolam retensi jika dikombinasikan dapat menambah daya serap air tanah dan mengurangi banjir hingga 30–50% di kawasan padat penduduk13.
Relevansi dengan Tren Global dan SDGs
- Adaptasi Perubahan Iklim: Sumur resapan adalah strategi adaptif menghadapi curah hujan ekstrem dan kekeringan.
- Urban Sustainability: Mendukung SDG 6 (air bersih dan sanitasi) dan SDG 13 (aksi iklim).
- Smart City: Bisa diintegrasikan dengan sistem drainase kota berbasis teknologi.
Kesimpulan: Sumur Resapan, Solusi Sederhana dengan Dampak Besar
Sumur resapan adalah solusi teknik sipil sederhana namun efektif untuk mengatasi banjir dan krisis air tanah di perkotaan. Studi kasus di SMPN 8 Menteng dan Desa Lembah Sari membuktikan manfaat nyata baik secara teknis, sosial, maupun lingkungan. Tantangan biaya dan lahan bisa diatasi dengan inovasi material dan desain, serta edukasi berkelanjutan. Jika diterapkan secara masif, sumur resapan berpotensi menjadi pilar utama pengelolaan air perkotaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sumber Artikel
Endah Lestari, Desi Putri, Irma Wirantina K., Rr. Mekar Ageng Kinasti, Muhammad Sofyan, Ranti Hidayawanti, Iriansyah BM. Sangadji. (2021). Sosialisasi Pemanfaatan Air Hujan Dengan Pembuatan Sumur Resapan Untuk Menanggulangi Banjir Dan Konservasi Air Tanah. Terang: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Menerangi Negeri, Vol. 4, No. 1, Desember 2021, Hal. 1-10. DOI: https://doi.org/10.33322/terang.v4i1.451