Strategi Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Air dalam Keadaan Darurat

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

05 Juni 2025, 17.41

pixabay.com

Air bersih adalah kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dipenuhi, terutama dalam situasi darurat seperti bencana alam yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan perpindahan penduduk. Paper karya Seno Adi (2009) mengupas secara komprehensif bagaimana pemanfaatan dan konservasi sumber air dapat dilakukan secara efektif dan efisien dalam kondisi darurat. Penelitian ini menekankan pentingnya pemahaman hidrologi dan hidrogeologi lokal untuk menentukan metode konservasi dan pemanfaatan air yang tepat, agar ketersediaan air bersih dapat berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia1.

Studi Kasus dan Data Penting dari Paper

Siklus Hidrologi dan Ketersediaan Air

Seno Adi menjelaskan siklus hidrologi sebagai proses alami yang menjaga ketersediaan air di bumi tetap ada, meski distribusinya tidak merata. Air mengalami proses presipitasi, evaporasi, dan transpirasi yang memindahkan air dari laut ke daratan dan kembali lagi. Namun, aktivitas manusia seperti penebangan hutan dan reklamasi rawa dapat mengganggu siklus ini, yang berpotensi menyebabkan kekeringan dan pencemaran air1.

Kebutuhan Air Minimal dalam Keadaan Darurat

Dalam keadaan darurat, kebutuhan air minimal per orang per hari sekitar 40 liter, yang mencakup kebutuhan minum (3-5 liter), mandi dan cuci (15-20 liter), serta penggunaan toilet. Kebutuhan ini dapat meningkat jika ada pasien yang memerlukan perawatan khusus1.

Ketersediaan Sumber Air di Indonesia

Data global menunjukkan bahwa 94,2% air berada di laut, yang tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum tanpa proses desalinasi yang mahal. Air tanah dan air permukaan merupakan sumber utama air bersih yang dapat dimanfaatkan. Air tanah dangkal (kedalaman 0-40 m) biasanya lebih mudah diakses dan memiliki kualitas lebih baik dibanding air permukaan, meski rentan terhadap pencemaran dari aktivitas manusia. Air tanah dalam (>40 m) memiliki kualitas lebih stabil namun memerlukan biaya tinggi untuk pengeboran1.

Teknologi Pemanfaatan Air dalam Keadaan Darurat

Pemanfaatan Air Secara Langsung

Dalam situasi darurat seperti banjir, air yang tersedia seringkali tidak layak konsumsi. Paper ini mengulas penggunaan survival kit yang praktis dan efektif, seperti:

  • Tas penyimpan air (water bag) berkapasitas 10 liter yang mudah dibawa dan dapat dilipat saat kosong.
  • Tablet atau bubuk purifikasi air yang berfungsi sebagai koagulan dan disinfektan untuk menjadikan air layak minum.
  • Botol filtrasi air yang mampu menghilangkan 99% bau, lumpur, bakteri patogen, pestisida, dan logam berat dari air1.

Pemanfaatan Air Secara Tidak Langsung

Untuk kebutuhan air dalam skala lebih besar dan jangka menengah, beberapa teknologi konservasi dan eksploitasi sumber air yang direkomendasikan meliputi:

  • Pengalihan aliran sungai dengan sistem penyaringan sederhana menggunakan batu dan karung pasir untuk menyediakan air bersih sementara.
  • Infiltrasi galeri, yaitu saluran pipa berlapis kerikil di dasar sungai yang dapat memompa air bersih dari infiltrasi air sungai.
  • Dam mini sebagai penampung air hujan dan resapan ke dalam tanah, yang dibangun dengan material lokal seperti lempung, pasir, dan kerikil, dengan tinggi maksimal 3 m untuk menghindari sedimentasi dan dampak sosial ekonomi negatif.
  • Dam bawah permukaan tanah yang menahan aliran air tanah di lokasi strategis, efektif mengurangi evaporasi dan risiko pencemaran, serta tidak menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit.
  • Perlindungan mata air dengan bangunan beton atau bukan beton untuk menjaga kualitas dan kelestarian sumber air.
  • Pemanfaatan rembesan air tanah melalui galian parit berlapis kerikil dan pasir yang mengumpulkan air untuk kebutuhan bersih.
  • Pembuatan sumur dangkal (kedalaman <40 m) yang relatif murah dan dapat memasok air untuk hingga 300 orang per hari, sangat cocok untuk lokasi pengungsian sementara.
  • Pemanenan air hujan melalui talang dan tangki penyimpanan, terutama efektif di daerah dengan keterbatasan sumber air bersih seperti lahan gambut di Kabupaten Siak1.

Studi Kasus: Pemanfaatan Air di Pengungsian dan Daerah Kekeringan

Dalam kasus pengungsian akibat bencana, seperti banjir besar atau gempa bumi, pengadaan air bersih menjadi tantangan utama. Pengiriman air dari luar lokasi seringkali tidak praktis dan mahal. Oleh karena itu, pembuatan sumur dangkal di lokasi pengungsian dapat menjadi solusi cepat dan ekonomis, asalkan kondisi hidrogeologi memungkinkan. Contohnya, sumur gali yang dilengkapi pompa tangan dapat memenuhi kebutuhan air dasar hingga 300 orang per hari.

Di daerah kekeringan seperti wilayah timur Indonesia, pemanenan air hujan melalui embung dan tangki penyimpanan menjadi alternatif yang ekonomis dan berkelanjutan. Hal ini juga mengurangi ketergantungan pada sumber air tanah yang semakin menipis dan tercemar1.

Analisis dan Opini: Relevansi dengan Tren dan Tantangan Saat Ini

Pemanfaatan dan konservasi sumber air dalam keadaan darurat yang dikemukakan Seno Adi sangat relevan dengan tren peningkatan frekuensi bencana akibat perubahan iklim global. Kekeringan berkepanjangan dan banjir ekstrem semakin sering terjadi, menuntut solusi cepat dan adaptif dalam penyediaan air bersih.

Dibandingkan dengan penelitian lain yang lebih fokus pada teknologi canggih seperti desalinasi atau pengolahan air limbah, paper ini menekankan pendekatan praktis dan berbasis sumber daya lokal yang lebih terjangkau dan mudah diimplementasikan di lapangan. Hal ini sangat penting untuk negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki keterbatasan anggaran dan infrastruktur.

Namun, tantangan utama tetap pada perlunya survei hidrogeologi yang memadai untuk menentukan lokasi sumur dan dam bawah tanah yang efektif. Investasi dalam pelatihan teknis dan penguatan kapasitas lokal juga krusial agar teknologi konservasi air dapat dioperasikan dan dipelihara dengan baik.

Kesimpulan

Paper "Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Air dalam Keadaan Darurat" karya Seno Adi memberikan panduan praktis dan komprehensif dalam mengelola sumber air saat bencana. Dengan memahami karakteristik hidrologi dan hidrogeologi setempat, berbagai teknologi sederhana hingga menengah dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang mendesak, mulai dari penggunaan survival kit hingga pembangunan sumur dangkal dan dam mini.

Pendekatan ini tidak hanya memberikan solusi cepat dan ekonomis, tetapi juga mendukung keberlanjutan sumber daya air dalam jangka panjang. Dengan demikian, paper ini sangat bernilai bagi para praktisi mitigasi bencana, pengelola sumber daya air, dan pembuat kebijakan dalam menghadapi tantangan ketersediaan air bersih saat darurat.

Sumber Artikel:
Seno Adi, "Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Air dalam Keadaan Darurat," Jurnal Alami Indonesia Vol. 5 No. 1, 2009.