Pendahuluan: Mengapa Socio-Hydrology Hadir?
Perubahan besar dalam hubungan manusia dan air kini terjadi di seluruh dunia, didorong oleh pertumbuhan populasi, urbanisasi, perubahan tata guna lahan, serta teknologi dan kebijakan baru. Dulu, ilmu hidrologi hanya melihat air sebagai fenomena fisik yang dipengaruhi iklim, topografi, dan geologi. Namun, aktivitas manusia kini menjadi penggerak utama perubahan dalam siklus air—dari pengambilan air untuk pertanian, pembangunan bendungan, hingga polusi dan perubahan iklim buatan manusia. Semua ini menuntut paradigma baru dalam ilmu air.
Lahirnya Socio-Hydrology: Ilmu yang Menyatukan Manusia dan Air
Socio-hydrology muncul pada tahun 2012 sebagai respons atas kebutuhan memahami bagaimana sistem sosial dan hidrologi saling berinteraksi dan berevolusi bersama (co-evolution). Ilmu ini menyoroti betapa keputusan sosial, ekonomi, dan budaya manusia berdampak langsung pada siklus hidrologi, dan sebaliknya, perubahan dalam sistem air juga membentuk perilaku, kebijakan, dan ketahanan masyarakat1.
Socio-hydrology berbeda dari manajemen sumber daya air terintegrasi (IWRM) karena menempatkan manusia bukan sekadar pengguna atau pengelola air, melainkan bagian tak terpisahkan dari sistem air itu sendiri. Ilmu ini menuntut pemodelan dua arah: bagaimana aktivitas manusia memengaruhi air, dan bagaimana air memengaruhi masyarakat.
Sejarah dan Perkembangan Socio-Hydrology
Selama berabad-abad, hubungan manusia dan air telah berubah drastis. Populasi dunia naik dari 200 juta menjadi 7 miliar dalam dua milenium terakhir, dan intervensi manusia dalam siklus air semakin intens. Sungai-sungai yang dulunya alami kini diatur oleh bendungan, irigasi, dan kanal. Studi-studi klasik (Falkenmark, 1977; Vitousek et al., 1997) sudah lama mengakui adanya interaksi manusia-air, tetapi baru pada dekade terakhir, para ilmuwan mulai mengembangkan model kuantitatif untuk memahami feedback dan evolusi bersama ini1.
International Association of Hydrological Sciences (IAHS) bahkan menetapkan dekade 2013–2022 sebagai “Panta Rhei” (segala sesuatu mengalir), dengan fokus pada dinamika air dalam sistem sosial yang berubah cepat.
Konsep Utama: Interaksi, Feedback, dan Co-Evolution
Socio-hydrology menekankan tiga konsep kunci:
- Interaksi dua arah: Keputusan manusia (misal, urbanisasi, pertanian intensif, konservasi) memengaruhi siklus air, dan sebaliknya, perubahan air (banjir, kekeringan, polusi) memengaruhi perilaku dan kebijakan masyarakat.
- Feedback: Ada umpan balik positif dan negatif. Misal, pembangunan bendungan mengurangi risiko banjir tapi bisa memicu eksploitasi lahan baru, yang justru meningkatkan risiko di masa depan.
- Co-evolution: Sistem sosial dan hidrologi berkembang bersama, membentuk pola baru dalam penggunaan dan pengelolaan air.
Studi Kasus: Socio-Hydrology dalam Aksi
1. Evolusi Pengelolaan Sungai di Asia Selatan
Penelitian Kandasamy et al. (2014) tentang Sungai Mahanadi di India menunjukkan bagaimana pembangunan bendungan dan irigasi besar-besaran meningkatkan produksi pangan, tetapi juga mengubah pola banjir dan kekeringan. Ketika masyarakat menjadi lebih “tahan” terhadap banjir, mereka justru memperluas permukiman ke dataran banjir, sehingga risiko bencana baru muncul saat infrastruktur gagal.
2. Urbanisasi dan Siklus Air di China
Studi Liu et al. (2015) mengamati kota-kota besar di China yang mengalami urbanisasi masif. Perubahan tata guna lahan mempercepat limpasan permukaan, meningkatkan risiko banjir perkotaan, dan menurunkan cadangan air tanah. Kebijakan pengelolaan air yang tidak adaptif justru memperburuk masalah.
3. Pengelolaan Air di Iran
Dalam konteks Iran, pembangunan irigasi dan bendungan untuk mendukung pertanian telah menyebabkan penurunan air tanah kronis dan degradasi lingkungan. Socio-hydrology mendorong pendekatan yang lebih adaptif dan partisipatif, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan monitoring1.
Angka dan Tren Global
- Jumlah publikasi tentang socio-hydrology meningkat tajam sejak 2012, menandakan minat global yang besar pada bidang ini.
- Lebih dari 50% sungai besar dunia kini telah diatur manusia, dan lebih dari 70% air tawar global digunakan untuk pertanian.
- Krisis air diperkirakan akan memengaruhi 2/3 populasi dunia pada 2025 jika tidak ada perubahan kebijakan dan perilaku.
Perbandingan dengan Pendekatan Lain
Integrated Water Resources Management (IWRM) menekankan koordinasi lintas sektor dan stakeholder, tetapi sering gagal menangkap dinamika sosial-budaya dan feedback jangka panjang. Socio-hydrology menawarkan pemodelan yang lebih dinamis, menggabungkan data sosial, ekonomi, dan fisik untuk prediksi dan kebijakan yang lebih adaptif.
Nilai Tambah dan Relevansi Industri
- Socio-hydrology membantu perancang kebijakan memahami konsekuensi tak terduga dari intervensi manusia, sehingga dapat merancang solusi yang lebih tahan terhadap perubahan sosial dan lingkungan.
- Industri air dan lingkungan kini mulai mengadopsi pendekatan ini untuk desain infrastruktur, sistem peringatan dini, dan pengelolaan risiko bencana berbasis data sosial.
Kritik dan Tantangan
- Keterbatasan data sosial: Banyak model hidrologi masih didominasi data fisik, sementara data perilaku dan kebijakan sosial sulit diperoleh secara real-time.
- Ketidakpastian prediksi: Sistem manusia-air sangat kompleks dan penuh ketidakpastian, terutama dalam jangka panjang.
- Keterlibatan stakeholder: Socio-hydrology menuntut partisipasi aktif masyarakat, pemerintah, dan industri, yang tidak selalu mudah dicapai.
Hubungan dengan Tren Global dan Pembelajaran Digital
Socio-hydrology sangat relevan dengan transformasi digital di sektor air, di mana data spasial, sensor IoT, dan analitik big data memungkinkan pemantauan dan prediksi interaksi manusia-air secara real-time. Platform pembelajaran modern dapat mengintegrasikan konsep ini untuk membekali generasi baru pengelola sumber daya air yang adaptif dan kolaboratif.
Opini dan Rekomendasi
Socio-hydrology adalah paradigma masa depan dalam pengelolaan air. Ilmu ini menuntut keterbukaan lintas disiplin, inovasi teknologi, dan keterlibatan masyarakat. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, adopsi socio-hydrology bisa memperkuat kebijakan air, mengurangi risiko bencana, dan meningkatkan ketahanan pangan serta energi.
Rekomendasi:
- Pemerintah dan akademisi perlu mengembangkan riset socio-hydrology berbasis data lokal.
- Industri dan komunitas harus dilibatkan dalam pemantauan dan pengambilan keputusan.
- Platform pembelajaran digital wajib memasukkan socio-hydrology dalam kurikulum lintas bidang.
Kesimpulan
Socio-hydrology adalah terobosan penting yang menjembatani ilmu fisik dan sosial, memungkinkan pemahaman yang lebih utuh tentang hubungan manusia dan air. Dengan pendekatan ini, kebijakan dan teknologi pengelolaan air akan lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.
Sumber artikel (bahasa asli):
Gholizadeh-Sarabi, Sh., Ghahraman, B., & Shafiei, M. (2019). New Science of Socio-hydrology: In Search of Understanding Co-Evolution of Human and Water. Iran-Water Resources Research, Volume 14, No. 5, Winter 2019 (IR-WRR), 991–999.