Suara dentuman ban mobil yang menghantam lubang tak terlihat, guncangan yang terasa hingga ke tulang, dan kekhawatiran seketika akan kerusakan suspensi atau ban. Ini adalah pengalaman universal bagi jutaan pengendara, sebuah "pajak" tak resmi yang dibayar karena kondisi infrastruktur yang terasa semakin rapuh. Namun, di balik ketidaknyamanan sesaat ini, tersembunyi sebuah masalah sistemik yang jauh lebih dalam, lebih mahal, dan lebih berbahaya.
Sebuah penelitian dari para insinyur di Universiti Tun Hussein Onn Malaysia memutuskan untuk membongkar masalah ini hingga ke akarnya, dengan fokus pada salah satu urat nadi transportasi paling vital di Semenanjung Malaysia: Jalan Tol PLUS.1 Apa yang mereka temukan bukanlah sekadar aspal yang retak, melainkan sebuah sistem yang retak—sistem yang masih bergantung pada tumpukan kertas di era digital.
Gema Keluhan di Jalan Raya: Biaya Tak Terlihat dari Selembar Kertas
Jalan raya yang terawat dengan baik adalah fondasi kemajuan ekonomi dan sosial sebuah negara. Sebaliknya, penelitian ini menegaskan sebuah kebenaran yang suram: "jaringan jalan yang tidak terawat dengan baik akan merusak mobilitas, meningkatkan angka kecelakaan, mengintensifkan isolasi, kemiskinan, dan biaya operasional kendaraan".1 Di Malaysia, dampak ini sangat nyata dan seringkali tragis. Studi tersebut menyoroti bahwa "kerusakan perkerasan jalan diketahui menjadi salah satu kontributor utama kecelakaan kendaraan bermotor yang fatal".1 Setiap retakan dan lubang bukan lagi sekadar gangguan, melainkan potensi ancaman keselamatan yang serius.
Lalu, di mana letak masalahnya? Para peneliti menemukan bahwa musuh sebenarnya bukanlah kurangnya niat untuk memperbaiki jalan, melainkan metode yang digunakan. Investigasi mereka menyimpulkan bahwa "pekerjaan perawatan jalan tidak dirancang secara memadai dan efektif karena memerlukan lebih banyak waktu dan melibatkan banyak sekali dokumen".1 Ini adalah gambaran pertarungan antara masalah abad ke-21—kerusakan jalan yang dinamis dan tak terduga—dengan solusi dari abad ke-20: formulir kertas, laporan manual, dan alur birokrasi yang lambat.
Inefisiensi yang disebabkan oleh tumpukan kertas ini bukan hanya masalah administrasi, tetapi juga menjadi katalisator risiko finansial dan keselamatan. Keterlambatan yang disebabkan oleh alur kerja manual secara langsung menciptakan jendela waktu di mana kerusakan kecil dapat berkembang menjadi kegagalan struktural total. Paper tersebut menyatakan bahwa "menunda atau menangguhkan perawatan jalan menghasilkan biaya langsung dan tidak langsung yang tinggi".1 Hubungannya sangat jelas: proses berbasis kertas adalah penyebab utama penundaan tersebut. Setiap lembar formulir adalah titik potensial untuk keterlambatan, kehilangan data, atau kesalahan interpretasi. Akibatnya, kerusakan yang seharusnya bisa diperbaiki dengan biaya "sederhana" jika ditangani dengan cepat, dibiarkan memburuk karena alur kerja yang lamban, hingga akhirnya memerlukan "rekonstruksi penuh dengan biaya yang sangat tinggi".1 Ini adalah pemborosan anggaran negara dan peningkatan risiko bagi publik yang disebabkan langsung oleh metode kerja yang usang.
Dari Laboratorium ke Jalan Tol: Misi Mencari Solusi Cerdas
Di tengah frustrasi ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Nurul Husna Mohd Jamail tidak hanya duduk di menara gading akademis. Mereka turun ke lapangan sebagai pemecah masalah dengan misi yang jelas: "mengenali jenis-jenis kerusakan, masalah, dan kekurangan dalam praktik perawatan jalan saat ini dan mengembangkan program perawatan jalan tol terkomputerisasi".1
Para peneliti dengan cepat mengidentifikasi adanya kesenjangan digital yang signifikan. Meskipun aplikasi jalan tol seperti aplikasi resmi PLUS dan LLM Traffic sudah ada, fokusnya hampir secara eksklusif pada "informasi lalu lintas," hotline darurat, dan tarif tol.1 Tidak ada satu pun platform yang didedikasikan untuk tulang punggung operasional jalan tol itu sendiri: perawatannya. Kesenjangan kritis inilah yang coba diisi oleh sistem yang mereka usulkan, sebuah platform yang disebut Intelligent Road Maintenance System (IRMs).
Untuk memastikan solusi mereka tidak berakhir sebagai teori yang indah di atas kertas, para peneliti membingkai metodologi mereka sebagai sebuah dialog massal. Mereka tidak berasumsi, mereka "mendengarkan." Kuesioner terstruktur disebarkan kepada 400 responden yang paling memahami denyut nadi jalan tol: pihak otoritas (PLUS Berhad, Malaysian Highway Authority/MHA), kontraktor pelaksana (UEM EDGENTA PROPEL), para insinyur, dan yang terpenting, pengguna jalan itu sendiri.1
Langkah ini terbukti sangat strategis. Dengan melibatkan seluruh spektrum pemangku kepentingan—mulai dari pemilik aset, regulator, pelaksana di lapangan, hingga pelapor masalah—para peneliti secara proaktif memastikan solusi yang mereka rancang tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga layak secara operasional dan relevan bagi semua pihak. Ini adalah cara untuk mencegah terciptanya "solusi di dalam vakum" dan memastikan bahwa aplikasi IRMs yang lahir dari data ini akan memiliki tingkat adopsi yang tinggi karena fitur-fiturnya telah divalidasi oleh seluruh rantai ekosistem perawatan jalan.
Suara dari Aspal: Kerusakan Apa yang Paling Menghantui Pengendara?
Hasil survei dari 400 responden memberikan gambaran yang jelas tentang ancaman nyata di jalan raya. Data ini, yang dianalisis secara statistik, melukiskan potret kolektif tentang apa yang paling dikhawatirkan oleh para ahli dan pengguna jalan.
- Peringkat #1: Musuh Senyap di Bawah Roda
Kerusakan yang menduduki peringkat teratas dengan skor rata-rata tertinggi (Mean: 3.92 dari 5) adalah "retakan akibat tekanan dari beban kendaraan".1 Ini bukanlah kerusakan dramatis seperti lubang besar, melainkan musuh senyap yang menandakan kelelahan struktural. Retakan ini adalah gejala awal dari masalah yang lebih besar, sebuah tanda bahwa aspal sedang bekerja keras setiap hari di bawah tekanan ribuan ton kendaraan. Jika diabaikan, retakan inilah yang akan melahirkan kerusakan-kerusakan lain yang lebih parah dan mahal untuk diperbaiki. - Peringat #2 & #3: Ancaman Guncangan dan Benturan
Menyusul di belakangnya adalah ancaman yang lebih terasa langsung oleh pengemudi: "permukaan jalan yang bergelombang atau tidak rata" (Mean: 3.66) dan "pembatas jalan yang rusak akibat tabrakan kendaraan" (Mean: 3.61).1 Permukaan yang bergelombang bukan hanya soal ketidaknyamanan; pada kecepatan tinggi di jalan tol, kondisi ini dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali. Sementara itu, pembatas jalan yang rusak adalah pengingat visual dari kecelakaan sebelumnya dan kegagalan untuk segera memulihkan perangkat keselamatan yang vital. - Masalah Tersembunyi yang Fundamental
Survei ini juga mengungkap kekhawatiran terhadap masalah yang sering diabaikan publik tetapi sangat dipahami oleh para insinyur. "Tanah longsor atau erosi" (Mean: 3.56) dan "sistem drainase yang tersumbat" (Mean: 3.24) mendapat skor yang signifikan.1 Drainase yang buruk adalah penyebab utama kerusakan perkerasan jalan dari bawah ke atas, sementara erosi merupakan ancaman eksistensial bagi stabilitas struktur jalan itu sendiri.
Data ini lebih dari sekadar daftar keluhan; ia secara implisit menciptakan sebuah hierarki prioritas perbaikan yang didasarkan pada persepsi gabungan antara publik dan para ahli. Ini adalah peta jalan berbasis data yang dapat digunakan manajer perawatan untuk mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif. Alih-alih merespons laporan secara acak, mereka dapat memfokuskan tim inspeksi pada jenis kerusakan yang memiliki skor "bahaya" tertinggi menurut data kolektif, mengubah manajemen perawatan dari reaktif menjadi proaktif berbasis risiko.
IRMs: Membangun Jembatan Digital di Atas Jalan Tol
Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti merancang arsitektur solusi IRMs. Konsepnya cerdas dan terintegrasi: dua aplikasi berbeda—satu untuk pengguna jalan dan satu untuk tim perawatan—yang saling terhubung dan "berbagi database yang sama".1 Analogi sederhananya, satu aplikasi berfungsi sebagai "mata dan telinga" publik, sementara yang lain adalah "otak dan tangan" tim perawatan.
Aplikasi Pengguna: Pemberdayaan di Ujung Jari
Aplikasi yang dirancang untuk publik ini bertujuan untuk memberdayakan setiap pengemudi menjadi sensor aktif di jaringan jalan tol.
- Pelaporan Cerdas: Fitur utamanya adalah kemampuan untuk "Melaporkan Masalah Jalan dengan Pemetaan Lokasi".1 Ini merupakan lompatan besar dari sekadar menelepon hotline. Pengguna dapat "menandai lokasi masalah di peta dan mengunggah foto masalah tersebut".1 Fitur ini menghilangkan ambiguitas lokasi dan memberikan data visual yang kaya kepada tim perawatan secara instan.
- Komunikasi Dua Arah: Dengan adanya fitur "Ulasan" dan tautan ke "Media Sosial," pengguna jalan diubah dari pelapor pasif menjadi mitra dalam dialog.1 Ini membangun fondasi untuk transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik dari pihak pengelola jalan tol.
Aplikasi Perawatan: Pusat Komando Digital
Aplikasi kedua dirancang khusus untuk tim internal dan secara langsung menyerang inefisiensi inti dari sistem berbasis kertas.
- Menghilangkan Kertas, Meningkatkan Efisiensi: Fitur-fiturnya mencakup semua aspek alur kerja: "Jadwal Perawatan Jalan," "Pelaporan Perawatan Jalan," "Perawatan yang Sedang Berlangsung," "Hasil Setelah Perawatan," dan bahkan "Anggaran Perawatan".1
- Siklus Hidup Perbaikan yang Terdokumentasi: Seluruh proses perbaikan kini memiliki jejak digital yang jelas. Sebuah laporan masuk dari pengguna, kemudian diubah menjadi tiket kerja di dalam aplikasi. Tim dijadwalkan, progres pekerjaan diperbarui di bagian "Ongoing Maintenance," dan setelah selesai, tim wajib mengunggah foto "sebelum & sesudah" di bagian "Result After Maintenance".1 Seluruh siklus ini terdokumentasi, terukur, dan transparan.
Desain IRMs yang berbasis "database bersama" ini menciptakan apa yang dikenal dalam dunia teknologi sebagai single source of truth—satu sumber kebenaran. Ini menyatukan persepsi publik dengan realitas operasional di lapangan. Saat ini, informasi seringkali terfragmentasi: keluhan publik ada di media sosial, laporan kerja ada di tumpukan kertas di kantor kontraktor, dan data anggaran ada di spreadsheet terpisah. Dengan menyatukan semua ini, IRMs menciptakan transparansi radikal yang memaksa akuntabilitas, karena data tidak bisa lagi disembunyikan atau dimanipulasi. Ini adalah fondasi untuk manajemen infrastruktur prediktif berbasis data di masa depan.
Mandat yang Tak Terbantahkan: Saat Publik dan Ahli Berkata "Ya" pada Teknologi
Di antara semua data yang dikumpulkan, ada satu angka yang menonjol sebagai momen "aha!" dari penelitian ini. Ketika responden ditanya tentang berbagai saran untuk perbaikan—termasuk hal-hal yang sudah jelas seperti "melakukan perbaikan jalan dengan cepat" (Mean: 4.22) dan "meningkatkan layanan terhadap keluhan" (Mean: 4.23)—satu saran melampaui semuanya. Saran untuk "menciptakan aplikasi seluler yang efektif dan komprehensif" menerima skor tertinggi mutlak: 4.33 dari 5.1
Angka ini harus diinterpretasikan bukan hanya sebagai "dukungan," tetapi sebagai sebuah mandat yang luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak lagi menginginkan perbaikan inkremental; mereka mendambakan perubahan transformasional. Kepercayaan pada sistem lama yang berbasis kertas telah terkikis, dan mereka melihat teknologi sebagai satu-satunya jalan ke depan yang kredibel. Lompatan dari skor 4.28 (untuk jadwal kerja yang lebih terorganisir) ke 4.33 (untuk aplikasi) adalah sinyal kuat bahwa masalahnya bukan lagi hanya apa yang dilakukan, tetapi bagaimana itu dilakukan.
Bagi para pengambil keputusan di otoritas jalan tol, skor 4.33 ini secara efektif menghilangkan risiko persepsi dalam mengadopsi teknologi baru. Ini bukan lagi tentang "mendorong" inovasi kepada pengguna yang mungkin enggan, tetapi tentang "memenuhi" permintaan yang sudah ada dan terukur dari pasar. Data dari 400 responden ini berfungsi sebagai studi kelayakan yang solid, memberikan bukti kuantitatif bahwa produk ini sangat diinginkan sebelum satu baris kode pun ditulis. Ini mengubah narasi dari "biaya inovasi" menjadi "investasi dalam efisiensi yang diminta oleh pelanggan"—sebuah pergeseran psikologis krusial yang dapat mempercepat persetujuan dan implementasi proyek.
Refleksi Kritis: Jalan Terjal Menuju Implementasi
Meskipun visi yang ditawarkan sangat menjanjikan, jalan menuju implementasi penuh tidaklah mulus. Studi ini, meskipun kuat, memiliki lingkup yang terbatas pada "studi kasus di jalan tol PLUS".1 Model ini mungkin memerlukan adaptasi yang signifikan untuk diterapkan di jalan-jalan non-tol, jalan pedesaan, atau di kota-kota dengan yurisdiksi yang tumpang tindih, di mana konektivitas internet dan sumber daya bisa menjadi kendala.
Tantangan terbesar mungkin bukan pada teknologi itu sendiri, melainkan pada manusia dan institusi. Adopsi sistem baru ini memerlukan perubahan budaya kerja. Apakah semua tim perawatan di lapangan akan dilengkapi dengan ponsel pintar dan dilatih secara memadai? Bagaimana mengatasi resistensi dari mereka yang telah terbiasa dengan alur kerja berbasis kertas selama puluhan tahun? Selain itu, keberhasilan aplikasi publik sangat bergantung pada pemasaran yang efektif untuk mencapai massa kritis pengguna. Tanpa laporan yang cukup dari publik, sistem ini tidak akan mencapai potensi maksimalnya.
Visi Lima Tahun ke Depan: Dampak Nyata IRMs bagi Dompet dan Keselamatan
Pada akhirnya, IRMs bukan hanya tentang memperbaiki lubang lebih cepat. Ini adalah tentang menciptakan sebuah ekosistem perawatan jalan yang cerdas, responsif, dan berbasis data. Ini adalah tentang mengubah hubungan antara warga negara dan pengelola infrastruktur dari yang semula reaktif menjadi kolaboratif.
Dampak nyatanya bisa sangat signifikan. Jika diterapkan secara penuh, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem IRMs dapat secara drastis mengurangi waktu respons terhadap laporan kerusakan. Hal ini berpotensi memangkas biaya perbaikan jangka panjang hingga puluhan persen dalam waktu lima tahun dengan mencegah kerusakan kecil berevolusi menjadi masalah struktural yang masif dan mahal.
Visi masa depan yang ditawarkan adalah jalan tol di mana setiap pengemudi menjadi sensor aktif dalam jaringan perawatan, di mana data mengalir bebas antara warga dan otoritas, dan di mana keputusan dibuat bukan berdasarkan firasat atau tumpukan kertas, tetapi berdasarkan bukti real-time. Ini adalah janji dari sebuah jalan yang lebih cerdas, dan yang terpenting, jalan yang lebih aman untuk semua.
Sumber Artikel: