Sektor konstruksi, yang sering dianggap sebagai industri tradisional, kini berada di tengah gelombang transformasi monumental yang dipicu oleh revolusi industri keempat dan kelima, atau yang dikenal sebagai Construction Industry 4.0 dan 5.0. Pandemi COVID-19 bukan hanya menjadi pengganggu, tetapi juga katalisator yang mempercepat adopsi teknologi digital. Sebuah buku berjudul Innovations, Disruptions and Future Trends in the Global Construction Industry secara komprehensif memetakan perkembangan terkini, dari desain dan perencanaan hingga manajemen dan perilaku para profesional konstruksi.
Buku ini bukan sekadar kumpulan data teknis, melainkan sebuah narasi interdisipliner yang menyatukan pandangan para ahli dari berbagai bidang—manajemen bisnis, psikologi, sosiologi, teknik, hingga ilmu komputer. Tujuannya jelas: memberikan bukti dokumenter tentang bagaimana industri ini telah berubah dan bagaimana para pemangku kepentingan perlu bersiap menghadapi paradigma masa depan. Laporan ini mengungkap bahwa perubahan ini bukan hanya tentang memasang teknologi baru, tetapi juga tentang mendefinisikan ulang interaksi manusia, mendorong keberlanjutan, dan membangun ketahanan yang lebih baik. Jika Visi 2030 Arab Saudi adalah tentang diversifikasi ekonomi di luar minyak, maka transformasi ini adalah visi global untuk industri konstruksi itu sendiri—sebuah pergeseran besar yang mendefinisikan ulang cara kita membangun dunia.
Mengapa Industri Konstruksi Berada di Titik Balik Sejarah?
Industri konstruksi global sedang mengalami perubahan paradigma. Selama ini, sektor ini kerap digambarkan sebagai industri yang lambat berinovasi, terikat pada metode konvensional. Namun, penelitian ini menegaskan bahwa masa-masa itu telah berakhir. Pergeseran ini didorong oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan:
- Disrupsi Pasca-Pandemi: Pandemi COVID-19 secara paksa mengubah cara kerja, memaksa industri mengadopsi sistem digital dan metode jarak jauh dalam perencanaan, desain, dan manajemen proyek. Perubahan ini menjadi "normal baru" yang membuka mata para praktisi terhadap efisiensi yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya.
- Tuntutan Keberlanjutan: Ada kesadaran global yang meningkat tentang dampak lingkungan dari kegiatan konstruksi. Pergeseran menuju praktik yang lebih berkelanjutan, seperti ekonomi sirkular dan penggunaan material ramah lingkungan, kini menjadi prioritas utama. Ini selaras dengan tujuan PBB untuk pembangunan berkelanjutan, di mana industri konstruksi diharapkan memainkan peran kunci.
- Revolusi Industri 5.0: Industri 4.0 fokus pada digitalisasi dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Sementara itu, Industry 5.0 melangkah lebih jauh dengan menekankan tiga pilar: human-centricity (menempatkan manusia sebagai pusat), environmental sustainability, dan supply chain resilience (ketahanan rantai pasokan).1 Pergeseran ini menuntut industri tidak hanya menjadi lebih pintar, tetapi juga lebih bertanggung jawab dan tangguh.
Perubahan ini menciptakan kebutuhan mendesak bagi para pengambil keputusan di sektor konstruksi untuk memahami interaksi manusia dalam lingkungan kerja yang semakin didorong oleh teknologi. Penelitian ini secara khusus menyoroti peran penting yang dimainkan oleh profesional dari berbagai disiplin ilmu—mulai dari manajemen proyek dan teknik hingga psikologi dan sosiologi—dalam membentuk masa depan industri.1
Gelombang Inovasi Teknologi: Dari IoT hingga AI Generatif
Buku ini mengidentifikasi serangkaian teknologi inovatif yang menjadi inti dari transformasi ini. Setiap teknologi memiliki peran unik dalam mengubah proses, meningkatkan efisiensi, dan mendorong keberlanjutan.
- Internet of Things (IoT): Teknologi ini mulai digunakan di industri konstruksi sejak awal tahun 2000-an. IoT memfasilitasi pengembangan perusahaan skala kecil hingga menengah (UKM), menjadikannya semacam mercusuar untuk perkembangan masa depan di sektor ini.1 Dengan menghubungkan perangkat dan data di seluruh lokasi kerja, IoT memungkinkan pengawasan dan pengambilan keputusan yang lebih
real-time. - Kecerdasan Buatan (AI) & Big Data: AI telah hadir sejak tahun 1956, tetapi aplikasinya di industri konstruksi terus berkembang. Sementara itu, Big Data muncul sekitar tahun 2005.1 Keduanya memberikan wawasan mendalam tentang status industri saat ini, peluang, dan tantangan di masa depan. Penelitian ini juga menyoroti bagaimana AI generatif memengaruhi strategi korporat dan nilai perusahaan.1
- Pemodelan Informasi Bangunan (BIM): Teknologi BIM, yang berasal dari tahun 1970-an, adalah elemen kunci dari Industri 4.0. BIM membantu menciptakan desain bangunan yang optimal dan berkelanjutan, serta memprioritaskan kesejahteraan personel.1 Ini adalah fondasi digital yang memungkinkan kolaborasi dan manajemen proyek yang lebih baik di seluruh siklus hidup proyek.
- 3D Printing & Konstruksi Modular: 3D printing dan pra-fabrikasi (yang sudah ada sejak tahun 1900-an) memungkinkan pembuatan struktur dan bentuk yang kompleks, mengurangi limbah, serta memangkas biaya dan waktu konstruksi.1 Teknik-teknik ini menggeser industri dari metode tradisional ke filosofi yang berorientasi pada produksi.1
- Dron & Robotika: Dron mulai digunakan di sektor konstruksi pada awal tahun 2000-an untuk survei dan inspeksi lokasi. Teknologi ini meningkatkan keselamatan dengan memungkinkan akses ke area yang sulit dijangkau dan memantau kemajuan proyek secara real-time. Robotika, yang telah ada sejak tahun 1960-an, mengotomatisasi tugas-tugas konstruksi, meningkatkan akurasi, dan meningkatkan keselamatan di lokasi kerja.1
- Bahan Berkelanjutan & Ekonomi Sirkular: Penggunaan bahan berkelanjutan sudah dimulai sejak awal tahun 1900-an.1 Ini adalah komponen penting dalam mengurangi dampak lingkungan dan mendorong keberlanjutan. Ekonomi sirkular, yang muncul pada tahun 1980-an, berfokus pada transformasi limbah menjadi sumber daya yang berharga.1
- Blockchain: Diperkenalkan pada tahun 2008, teknologi ini meningkatkan transparansi, memungkinkan transaksi yang aman, dan memfasilitasi penerapan kontrak pintar (smart contracts) dalam proyek-proyek konstruksi.1
- AI Generatif: Ini adalah inovasi yang paling transformatif. Meskipun prinsip dasarnya sudah ada sejak lama, dominasi AI generatif untuk penggunaan konstruksi baru dimulai pada tahun 2022.1 Teknologi ini menawarkan dampak transformatif, memungkinkan pembuatan desain yang terotomatisasi, serta memunculkan peluang dan pertimbangan etis baru.1
Perkembangan-perkembangan ini menunjukkan bahwa industri konstruksi tidak lagi hanya tentang beton dan baja. Ia adalah sebuah ekosistem yang kompleks, dinamis, dan terhubung. Adopsi teknologi ini, jika dikelola dengan baik, bisa memberikan lompatan produktivitas yang luar biasa, setara dengan meningkatkan efisiensi sebuah pabrik manufaktur sebesar 43% dalam waktu singkat.
Mengelola Tantangan Baru: Dari Tenaga Kerja hingga Isu Sosial
Transformasi yang terjadi di industri konstruksi tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada manusia dan sistem di baliknya. Buku ini secara khusus membahas bagaimana industri harus beradaptasi untuk menghadapi tantangan baru ini.
Adaptasi dan Manajemen Tenaga Kerja
Sebuah bab yang ditulis oleh Temitope Egbelakin menyoroti peran penting industri konstruksi dalam membentuk infrastruktur global, namun juga menekankan kebutuhan universal akan tenaga kerja yang lebih terampil. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama terkait tenaga kerja:
- Kekurangan Tenaga Terampil: Masih ada kekurangan tenaga kerja terampil di banyak wilayah, yang memengaruhi produktivitas dan kualitas kerja.
- Persepsi Publik yang Negatif: Persepsi publik dan pekerja tentang kekurangan tenaga kerja seringkali mengabaikan tantangan yang sebenarnya.
- Tantangan Demografi: Ada dilema terkait tenaga kerja yang menua dan dampak dari perbedaan budaya dan bahasa akibat migrasi tenaga kerja.
- Kebutuhan Manajemen Baru: Diperlukan perencanaan strategis tenaga kerja dan adaptasi manajerial untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.1
Integrasi Digital dan Organisasi Ambidextrous
Penelitian ini juga mengkaji peran penting digitalisasi dalam membentuk organisasi konstruksi yang "ambidextrous," yaitu organisasi yang mampu mengeksploitasi sumber daya saat ini sambil tetap mengeksplorasi peluang masa depan. Temuan menunjukkan bahwa organisasi yang merangkul transformasi digital cenderung lebih mahir dalam menyeimbangkan kedua fungsi ini.1 Konsep ini memperkaya pemahaman teoritis tentang pengembangan organisasi konstruksi dan menawarkan wawasan bagi industri untuk mencapai kelincahan melalui digitalisasi.
Pengadaan Barang dan Jasa yang Lebih Berkelanjutan
Tren lain yang dibahas adalah meningkatnya pentingnya "pengadaan sosial" secara global. Pengadaan sosial menekankan peran industri dalam mempromosikan keberlanjutan sosial dan menciptakan nilai sosial melalui dampak ekonomi dan komunitas. Penelitian ini, yang melibatkan wawancara dengan kontraktor dari komunitas pribumi Australia, menyoroti tantangan dan potensi dalam mengintegrasikan pengadaan sosial ke dalam proyek konstruksi. Ini menegaskan perlunya edukasi dan kolaborasi yang lebih baik antara pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan strategi ini.1
Kritik Realistis dan Agenda Masa Depan
Meskipun tren inovasi ini menjanjikan masa depan yang cerah, penelitian ini juga tidak segan-segan menawarkan kritik realistis dan menyoroti beberapa celah yang perlu diisi.
- Fokus yang Tidak Seimbang: Meskipun konsep lean construction dan konstruksi modular menjanjikan efisiensi ekonomi, penelitian ini menemukan bahwa aspek sosial dan lingkungan dari praktik ini masih kurang mendapat perhatian.1 Ini menunjukkan bahwa industri cenderung memprioritaskan keuntungan finansial dibandingkan dampak yang lebih luas terhadap masyarakat dan lingkungan.
- Kesenjangan Penelitian: Ada kelangkaan studi yang menggabungkan teknologi blockchain dengan BIM atau digital twin dalam konteks ekonomi sirkular.1 Ini adalah area yang masih belum terjamah dan menawarkan potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
- Tingkat Adopsi Teknologi yang Lambat: Meskipun teknologi seperti BIM telah ada selama beberapa dekade, adopsinya masih lambat di beberapa sektor, terutama dalam manajemen aset infrastruktur publik. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas sektor dan resistensi terhadap perubahan.1
- Kesenjangan dalam Pendidikan: Integrasi BIM dalam pendidikan arsitektur dan teknik masih menghadapi tantangan.1 Kurikulum perlu direformasi untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan industri yang terus berkembang.
Dampak Nyata untuk Industri yang Lebih Tangguh
Jika diterapkan, temuan dari buku ini bisa menjadi cetak biru untuk industri konstruksi global. Industri konstruksi masa depan akan ditandai dengan integrasi harmonis antara teknologi canggih, keberlanjutan, dan pendekatan yang berpusat pada manusia.1 Dengan merangkul teknologi seperti AI, BIM, dan konstruksi modular, industri dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi limbah, dan mempercepat proyek. Namun, dampak terbesarnya adalah pada pembangunan ekosistem yang lebih tangguh.
Transformasi ini, jika didukung oleh reformasi pendidikan, kebijakan yang lebih cerdas, dan kolaborasi yang lebih erat, akan memungkinkan industri konstruksi untuk mencapai tujuan jangka panjangnya: konservasi ekologis, kemajuan teknologi, dan pendekatan pendidikan yang lebih baik, semuanya untuk mendorong ketahanan dan keberlanjutan lingkungan binaan. Ini bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Sumber Artikel:
Alghamdi, A. M. (2022). A Systemic approach for construction contract claims settlement in the Kingdom of Saudi Arabia (Doctoral dissertation, University of Reading).