Pendahuluan: Digitalisasi sebagai Pendorong Produktivitas Konstruksi
Industri konstruksi global tengah menghadapi tekanan untuk bertransformasi. Produktivitas yang stagnan, efisiensi rendah, serta tingginya angka kecelakaan dan pemborosan menjadi pemicu utama munculnya solusi berbasis teknologi. Di tengah revolusi industri 4.0, adopsi digital tools (DTs) menjadi peluang strategis bagi sektor konstruksi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Paper berjudul "Digital Tools Adoption Towards Construction Industry Revolution" oleh Changsaar Chai dkk. (2022) membahas secara komprehensif tingkat adopsi, tantangan, dan masa depan digitalisasi di industri konstruksi Malaysia dan China.
Fokus Penelitian: Studi Empiris di Dua Negara Berkembang
Penelitian ini menggunakan pendekatan survei kuantitatif dengan responden profesional konstruksi di Malaysia dan China. Dengan 61 respons valid (30,5% dari total), data dianalisis menggunakan Principal Component Analysis (PCA) untuk mengidentifikasi faktor manfaat, tantangan, dan tren masa depan DTs. Hasilnya dibandingkan antar negara untuk menggambarkan kondisi aktual transformasi digital konstruksi di kedua negara.
Temuan Utama: Adopsi Digital Tools Masih Rendah
1. Tingkat Pengetahuan dan Preferensi Teknologi
- Di Malaysia, BIM dikenal oleh 64% responden, sedangkan di China mencapai 78,8%.
- Autodesk Revit, CAD, dan Cubicost cukup populer. Namun, teknologi seperti AR, VR, 3D printing, cloud, dan autonomous construction kurang dikenal (di bawah 20%).
- CAD masih menjadi alat dominan, menandakan ketergantungan terhadap sistem 2D konvensional.
Analisis Tambahan: Ini menunjukkan bahwa meskipun BIM dan Revit sudah masuk dalam arus utama, teknologi lanjutan seperti AI, big data, dan IoT belum diadopsi secara luas karena minimnya pelatihan dan keterbatasan infrastruktur.
2. Manfaat Utama Digital Tools
- Di Malaysia, manfaat utama adalah mengurangi biaya cetak (0.797), meningkatkan kualitas, dan komunikasi.
- Di China, yang paling menonjol adalah peningkatan keselamatan kerja (0.930), penurunan biaya proyek, dan pengurangan variasi order.
Konteks Nyata: Tingginya angka kecelakaan di sektor konstruksi China (1,99 kematian/hari) menjadikan teknologi sebagai alat mitigasi risiko yang penting.
3. Tantangan Penerapan DTs
- Di Malaysia, tantangan utama adalah kurangnya eksistensi teknologi dalam praktik (0.793), disusul resistensi perubahan.
- Di China, tantangan terbesar adalah mahalnya upgrade sistem IT (0.911), dan ketidakmampuan perangkat keras lama menjalankan software baru.
Catatan Industri: Hambatan ini menunjukkan pentingnya penyusunan roadmap investasi digital dan pelatihan lintas generasi agar tidak terjadi "digital divide" antar pekerja.
4. Tren Masa Depan DTs
- Malaysia fokus pada peningkatan keselamatan (0.800) dan presentasi klien.
- China lebih menekankan pada pengambilan keputusan (0.944), peluang pasar global, dan kualitas proyek.
Diskusi Kritis: Apa yang Bisa Dipelajari?
Pelajaran dari Malaysia:
- Dominasi tenaga kerja asing (46,63% sektor konstruksi) memengaruhi struktur adopsi teknologi.
- Keselamatan menjadi perhatian utama, tetapi adopsi teknologi masih terganjal karena pengambil keputusan (pemilik proyek) tidak memberi prioritas pada DTs.
Pelajaran dari China:
- Adopsi BIM dan Cubicost lebih tinggi karena didorong regulasi dan skala proyek besar.
- Fokus pada penghematan biaya dan keselamatan mencerminkan respon terhadap realita proyek berskala nasional.
Perbandingan dengan Negara Maju:
Negara seperti Singapura dan Inggris sudah lebih maju dalam integrasi teknologi, karena regulasi yang mewajibkan BIM dan insentif fiskal untuk adopsi digital.
Implikasi Praktis: Apa yang Harus Dilakukan?
- Pemerintah: Perlu mendorong adopsi teknologi lewat insentif fiskal, pelatihan bersertifikasi, dan kebijakan yang mewajibkan BIM pada proyek tertentu.
- Perusahaan Konstruksi: Harus menyusun strategi digitalisasi berbasis kebutuhan proyek dan kapasitas SDM.
- Akademisi dan Lembaga Riset: Perlu mendesain kurikulum teknik sipil dan arsitektur yang mengintegrasikan penggunaan DTs sejak dini.
- Manajer Proyek: Harus mampu mengkomunikasikan nilai bisnis dari teknologi kepada pemilik proyek.
Kritik terhadap Studi
- Ukuran Sampel Terbatas: Hanya 61 responden, mayoritas dengan pengalaman <5 tahun, membuat generalisasi terbatas.
- Kurangnya Studi Longitudinal: Dampak jangka panjang adopsi DTs belum tergambar.
- Variabel Budaya Organisasi belum dianalisis secara menyeluruh, padahal ini faktor kunci dalam perubahan teknologi.
Kesimpulan: Menuju Konstruksi Digital yang Inklusif dan Terstruktur
Studi ini menegaskan bahwa manfaat adopsi digital tools sangat besar, terutama dalam aspek biaya, keselamatan, dan kualitas proyek. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tingkat adopsi masih tertinggal akibat tantangan teknis, budaya, dan struktural.
Malaysia dan China punya fondasi digital yang kuat, namun perlu langkah strategis agar bisa mengejar negara-negara "Stand Out" dalam indeks evolusi digital. Dengan mendorong adopsi teknologi berbasis kebutuhan nyata dan dukungan sistemik dari semua pemangku kepentingan, transformasi digital di sektor konstruksi bukan hanya mungkin, tapi juga mendesak.
Referensi
Chai, C. S., Chan, S., Xiong, L. Y., Lim, B. C., & Shan, J. (2022). Digital Tools Adoption Towards Construction Industry Revolution. Journal of Engineering Science and Technology, Special Issue on STAAUH, November (2022), 231–243.