Restorasi Surat Castle: Tinjauan Kritis terhadap Proyek Unggulan 'Smart Heritage' India

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

17 November 2025, 02.19

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada sebuah pertanyaan krusial: bagaimana pelestarian warisan budaya dapat diintegrasikan dengan agenda pembangunan "kota cerdas" yang serba cepat?  Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa kota Surat, yang secara historis dikenal dengan industri tekstil dan berlian, berupaya membangun kembali identitasnya sebagai "kota bersejarah" melalui restorasi Surat Castle—proyek restorasi warisan pertama dalam skala ini di kota tersebut.   

Kerangka teoretis yang diusung oleh studi SAAR ini adalah konsep "Smart Heritage." Alih-alih hanya melestarikan bangunan secara statis, pendekatan ini bertujuan untuk "meningkatkan interaksi dan pengalaman wisatawan" dengan menggunakan teknologi modern seperti VR, AR, AV, aplikasi seluler, dan pemindaian 3D , mengambil inspirasi dari proyek sukses seperti "Digital Hampi". Dengan biaya Rs 55,49 crore, proyek restorasi kastil ini—yang awalnya dimulai oleh Surat Municipal Corporation (SMC) dan kemudian dimasukkan ke dalam SCM—bertujuan untuk mencapai target SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan).   

Metodologi dan Kebaruan

Sebagai sebuah tinjauan kritis, studi yang dilakukan oleh para peneliti dari CEPT University ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif dengan "pendekatan bottom-up."  Prosesnya dibagi menjadi lima fase: perumusan penelitian, studi literatur, studi primer di lokasi, analisis data, dan kesimpulan.   

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara pemangku kepentingan (termasuk SSCDL, SMC, dan Kurator)  serta survei dampak ekonomi terhadap para pemilik bisnis lokal di sekitar lokasi. Proyek restorasi itu sendiri (yang ditinjau oleh studi ini) menggunakan "gaya restorasi terbuka" (open restoration style) yang inovatif, yang secara sengaja mengekspos berbagai lapisan sejarah konstruksi dari era Tughlaq, Sultanat Gujarat, Mughal, hingga Inggris, untuk "komunikasi yang lebih baik" kepada pengunjung.   

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis dampak proyek oleh tim SAAR—yang mencakup domain nilai tambah, fisik, ekonomi, sosio-kultural, dan pariwisata—menghasilkan temuan yang beragam :   

  1. Nilai Tambah dan Keuangan: Ditemukan bahwa kedua entitas saling diuntungkan. Proyek ini memberikan nilai tambah bagi Smart City Mission (sebagai proyek warisan perintis), sementara SCM memberikan "aliran dana yang lancar melalui SSCDL" (Badan Pelaksana/SPV) untuk memastikan kelancaran proyek.   

  2. Dampak Ekonomi dan Pariwisata: Rencana penggunaan adaptif kastil ini sangat ambisius, mencakup 35 galeri tematik, British tea-room, galeri seni, dan ruang konferensi. Fitur smart heritage yang direncanakan—termasuk tur audio berbasis aplikasi seluler, peta interaktif berbasis VR, dan pertunjukan cahaya & suara—diharapkan dapat menarik wisatawan nasional dan internasional, yang pada gilirannya akan meningkatkan ekonomi lokal (restoran, hotel, transportasi).   

  3. Persepsi Pemangku Kepentingan: Survei terhadap bisnis lokal menunjukkan optimisme bahwa pariwisata akan meningkat, namun mengeluhkan bahwa proyek tersebut "belum cukup diiklankan."  Penilaian KPI di area sekitar menunjukkan bahwa "reputasi kota" serta "keselamatan dan keamanan" adalah indikator yang paling terkena dampak positif.   

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Studi SAAR ini mengidentifikasi dua keterbatasan utama. Pertama, keterbatasan metodologis dari tinjauan ini: pada saat penelitian, kastil "saat ini tidak operasional." Akibatnya, dampak aktual terhadap pengguna dan wisatawan "tidak dapat diukur," dan dampak langsungnya masih "sangat sedikit."    

Kedua, dan yang paling kritis, adalah tantangan keberlanjutan dari proyek itu sendiri. Laporan ini menyatakan bahwa proyek tersebut menghadapi "tantangan serius" terkait "keberlanjutan diri" (self-sustainability). Dengan ditutupnya SSCDL pada tahun 2023, proyek ini mencari sumber pendanaan lain, terutama karena "rasio biaya-terhadap-pendapatan yang diprediksi tidak sesuai."  Selain itu, tinjauan ini menyoroti satu dampak sosio-kultural negatif yang signifikan: proyek ini berdampak langsung pada "kawasan kumuh yang berdampingan, yang diusulkan untuk direlokasi," sebuah tindakan yang diakui akan "memutuskan tatanan sosial dan ekonomi para penghuni kawasan kumuh."    

 

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, keberhasilan proyek ini telah "memulai dialog" di dalam pemerintahan kota, mendorong SMC untuk "mempertimbangkan pengembangan warisan sebagai alat pembangunan yang penting" untuk situs-situs lain di kota. Namun, studi ini secara implisit menyerukan perlunya penelitian evaluasi pasca-hunian (post-occupancy evaluation) yang komprehensif setelah kastil dibuka sepenuhnya untuk umum, guna mengukur dampak aktualnya dan memvalidasi apakah model "Smart Heritage" ini benar-benar dapat berkelanjutan secara finansial dan adil secara sosial.   

Sumber

Studi Kasus C1: Restoration of Surat Castle: Critical Review of an Indian Smart City Project. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 2-10). National Institute of Urban Affairs (NIUA).