Pendahuluan
Paper ini berjudul “Innovative Performance in the CEE Countries: A Cross-Country Study Using Fuzzy-Set Theory” yang diterbitkan di Journal of Entrepreneurship, Management and Innovation (JEMI). Fokus utamanya adalah menganalisis kinerja inovasi di negara-negara Eropa Tengah dan Timur (Central and Eastern Europe/CEE) dengan pendekatan fuzzy-set Qualitative Comparative Analysis (fsQCA).
Penulis mengajukan argumen bahwa kinerja inovasi di kawasan CEE tidak dapat dijelaskan hanya dengan satu faktor tunggal seperti investasi R&D atau modal manusia. Sebaliknya, kombinasi kompleks dari berbagai kondisi—seperti lingkungan kelembagaan, sumber daya manusia, dan infrastruktur penelitian—mempengaruhi hasil inovasi di masing-masing negara. Dengan cara ini, paper menawarkan perspektif yang lebih kaya dibanding studi kuantitatif linear konvensional.
Kontribusi Ilmiah
1. Kebaruan Pendekatan
-
Penulis menggunakan fuzzy-set theory untuk menganalisis hubungan kausalitas.
-
Berbeda dari regresi tradisional yang mencari “satu jalur terbaik”, fsQCA memungkinkan eksplorasi konfigurasi multipel yang mengarah pada kinerja inovasi tinggi maupun rendah.
2. Fokus Regional
-
Kajian terhadap negara-negara CEE masih jarang dilakukan.
-
Paper ini memperlihatkan perbedaan dinamika inovasi di kawasan pasca-transisi dibanding negara Eropa Barat.
3. Relevansi Kebijakan
-
Temuan studi dapat menjadi landasan bagi pembuat kebijakan dalam merancang strategi inovasi nasional.
Kerangka Teori
Penulis mendasarkan kerangka konseptual pada beberapa ide kunci:
-
Teori Sistem Inovasi Nasional (National Innovation Systems/NIS).
Negara dengan kapasitas inovasi tinggi biasanya memiliki ekosistem yang melibatkan pemerintah, universitas, sektor swasta, dan infrastruktur pendukung. -
Kompleksitas Kausal (Causal Complexity).
Kinerja inovasi bukan hasil faktor tunggal, tetapi lahir dari kombinasi kondisi yang saling melengkapi. -
Fuzzy-Set Qualitative Comparative Analysis (fsQCA).
Pendekatan ini digunakan untuk menilai konfigurasi kondisi yang mendorong inovasi, bukan sekadar signifikansi statistik.
Narasi Argumentatif
Penulis memulai dengan menyatakan bahwa kawasan CEE menghadapi tantangan struktural pasca transformasi ekonomi. Investasi R&D cenderung rendah, kolaborasi industri-universitas terbatas, dan masih ada kesenjangan kelembagaan. Namun, beberapa negara berhasil menorehkan kinerja inovasi lebih baik dibanding yang lain.
Melalui fsQCA, penulis berusaha mengidentifikasi kombinasi kondisi yang mendorong kinerja inovasi tinggi. Argumennya adalah:
-
Tidak ada satu jalur tunggal menuju sukses inovasi.
-
Negara dapat mencapai hasil serupa melalui “equifinality” (beragam jalan menuju hasil yang sama).
Hasil Utama dan Refleksi Teoretis
-
Studi menemukan bahwa tingginya modal manusia dan kualitas institusi sering kali menjadi faktor konsisten dalam konfigurasi kinerja inovasi tinggi.
-
Sebaliknya, rendahnya investasi R&D tidak selalu menghalangi inovasi jika didukung faktor lain seperti lingkungan bisnis yang kondusif.
-
Hasil ini memperkuat gagasan bahwa inovasi adalah fenomena multi-level dan multi-aktor, selaras dengan teori NIS.
Refleksi:
-
Data menunjukkan bahwa strategi “copy-paste” kebijakan inovasi dari negara maju ke CEE tidak selalu efektif.
-
Teori fsQCA membantu memahami pluralitas jalur inovasi, sehingga relevan bagi negara berkembang.
Kritik Metodologis
-
Keterbatasan Sampel.
Hanya negara CEE yang diteliti, sehingga generalisasi ke kawasan lain masih terbatas. -
Ketergantungan pada Data Agregat.
Analisis makro dapat menutupi variasi inovasi di tingkat regional atau sektoral dalam satu negara. -
Interpretasi Subjektif.
fsQCA mengandalkan kalibrasi data yang menuntut judgement peneliti, sehingga potensi bias tetap ada.
Namun demikian, pilihan metode fsQCA justru menjadi kekuatan, karena mampu menggali keragaman konfigurasi yang tak mungkin dicapai dengan regresi standar.
Implikasi Ilmiah dan Praktis
-
Bagi Ilmu Pengetahuan:
Paper ini memperkaya literatur sistem inovasi dengan menekankan pentingnya kombinasi faktor dalam menjelaskan kinerja inovasi. -
Bagi Kebijakan:
Negara-negara CEE dapat mengembangkan strategi inovasi yang kontekstual, alih-alih menyalin model negara maju. -
Bagi Penelitian Lanjutan:
Studi ini membuka peluang untuk mengintegrasikan fsQCA dengan metode kuantitatif lain guna mendapatkan pemahaman lebih komprehensif.
Kesimpulan
Paper ini memberikan kontribusi signifikan dalam memahami kinerja inovasi di negara-negara CEE dengan menekankan kerumitan kausal dan pluralitas jalur kebijakan inovasi. Pendekatan fsQCA terbukti mampu menawarkan narasi alternatif dibanding analisis linear tradisional.
Secara konseptual, penelitian ini menantang asumsi deterministik dalam studi inovasi, sekaligus mendorong refleksi bahwa inovasi bukan hanya soal R&D, tetapi hasil dari interaksi ekosistem kelembagaan, sosial, dan ekonomi.