Resensi Konseptual & Reflektif Risk Perception and Safety Behaviour: An Ethnographic Study

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra

13 Agustus 2025, 20.29

Pendahuluan

Paper ini membedah hubungan antara persepsi risiko dan perilaku keselamatan di industri konstruksi dengan pendekatan etnografis. Studi dilakukan pada proyek bernilai lebih dari £500 juta di Inggris, memeriksa bagaimana faktor psikologis, sosial, dan situasional membentuk tindakan pekerja—terutama dalam konteks risiko yang sudah dikenal namun sering diremehkan.

Kerangka analisis yang digunakan adalah psychometric paradigm, yang membantu menjelaskan bagaimana persepsi risiko dipengaruhi oleh dimensi seperti dread risk, unknown risk, manfaat pribadi, dan tingkat kontrol. Penelitian ini menawarkan pandangan kritis terhadap penyebab perilaku tidak aman, sekaligus menantang asumsi bahwa pelatihan teknis saja sudah cukup untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Kerangka Teori

1. Dimensi Psikometrik

Psikometri persepsi risiko mengidentifikasi dua dimensi dominan:

  • Dread risk – risiko yang memicu rasa takut besar, sulit dikendalikan, dan berpotensi menimbulkan konsekuensi fatal.

  • Unknown risk – risiko yang asing atau baru, dengan tingkat ketidakpastian tinggi.

Dua dimensi ini telah terbukti berlaku lintas budaya. Namun, penulis menambahkan dua faktor yang memiliki pengaruh signifikan di konstruksi:

  • Manfaat pribadi (personal benefit) – semakin besar manfaat langsung, semakin tinggi toleransi terhadap risiko.

  • Kendali pribadi (controllability) – risiko yang dianggap dapat dikendalikan lebih mudah diterima.

2. Karakter Risiko di Konstruksi

Kebanyakan risiko di sektor konstruksi adalah:

  • Known – pekerja familiar dengan risiko tersebut.

  • Non-dread – tidak menimbulkan rasa takut mendalam.

  • Voluntary dan controllable – diambil secara sadar dan dianggap bisa dikendalikan.

Kombinasi ini menciptakan bias yang membuat pekerja meremehkan bahaya, bahkan saat potensi akibatnya fatal.

Metodologi

Penulis memilih etnografi sebagai pendekatan untuk mengamati langsung perilaku di lapangan. Tantangan dalam penerapannya di konstruksi meliputi:

  • Sifat industri yang konfrontatif.

  • Sulit membangun hubungan kepercayaan.

  • Kesulitan mereplikasi kondisi kerja.

Selama 12 bulan, peneliti menjadi moderate participant observer, mencatat 30 unsafe acts. Insiden-insiden ini kemudian dikodekan berdasarkan faktor-faktor seperti:

  • Tekanan waktu.

  • Kurangnya pelatihan.

  • Overconfidence.

  • Pencarian sensasi.

  • Manfaat langsung.

  • Pengaruh zat adiktif.

  • Manajemen lemah.

Hasilnya menunjukkan hampir semua kejadian dipengaruhi oleh persepsi risiko yang keliru.

Temuan Kunci

1. Semua Risiko adalah “Known” dan “Non-Dread”

Dalam 10 contoh naratif yang dianalisis secara mendalam, seluruhnya:

  • Sudah dikenal oleh pekerja (known).

  • Tidak menimbulkan rasa takut besar (non-dread).

  • Dilakukan secara sukarela (voluntary).

  • Dianggap dapat dikendalikan (controllable).

Efeknya, risiko sering dianggap sepele.

2. Kategori Faktor yang Mengubah Persepsi Risiko

Penulis membagi narasi etnografis ke dalam kategori berikut:

a. Risk Compensation

Penggunaan alat pelindung justru memicu perilaku lebih berisiko.
Contoh: Baju tahan api membuat pekerja mengambil posisi kerja yang lebih nyaman tapi lebih berbahaya, menyebabkan luka bakar.

b. Overconfidence & Trust

Kepercayaan pada keterampilan pribadi atau orang lain menurunkan kewaspadaan.
Contoh: Kapten kapal memilih jalur cepat pada malam hari, hampir bertabrakan dengan kapal tanker.

c. Thrill-Seeking

Tindakan berbahaya dilakukan demi sensasi.
Contoh: Memanjat rangka tubular daripada menggunakan tangga.

d. Inexperience

Kurangnya pengalaman membuat pekerja salah menilai bahaya.
Contoh: Banksman berdiri di belakang dump truck saat muatan diturunkan.

e. Benefit & Time Pressure

Keuntungan langsung, khususnya penghematan waktu, menjadi alasan melanggar prosedur.
Contoh: Memadatkan pekerja di area sempit untuk mempercepat pemasangan balok.

3. Analisis Psikometrik

Data yang dipetakan ke dimensi psikometrik menunjukkan:

  • Tidak ada risiko yang bersifat “catastrophic” secara global.

  • Voluntariness dan controllability yang tinggi membuat bahaya tampak lebih kecil.

  • Manfaat yang dirasakan hampir selalu terkait efisiensi waktu.

Kontribusi Ilmiah

  1. Validasi Kerangka Psikometrik di Konstruksi
    Menunjukkan jebakan persepsi ketika risiko dianggap known, non-dread, dan controllable.

  2. Penggunaan Etnografi yang Efektif
    Memberikan gambaran kaya tentang perilaku dan keputusan pekerja yang tidak bisa dijangkau oleh metode survei.

  3. Penggabungan Faktor Psikologis dan Organisasional
    Menjelaskan bagaimana tekanan proyek dan manfaat langsung memperkuat toleransi risiko.

Opini & Kritik Metodologi

  • Keterbatasan Generalisasi: Hasil penelitian terkait erat dengan konteks proyek spesifik.

  • Bias Observasi: Kehadiran peneliti mungkin memengaruhi perilaku subjek.

  • Ketiadaan Data Kuantitatif: Tidak ada ukuran numerik kontribusi faktor terhadap risiko.

Meski demikian, pendekatan naratif ini justru memperlihatkan kedalaman analisis dan kemampuan menangkap konteks yang kaya.

Implikasi Ilmiah

  • Pelatihan keselamatan harus mencakup aspek persepsi risiko, bukan hanya prosedur teknis.

  • Pengaturan target proyek harus mempertimbangkan dampaknya terhadap perilaku pekerja.

  • Pendekatan lintas budaya dapat diadopsi, karena pola bias persepsi ini berlaku umum.

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkap bahwa bahaya terbesar bukan pada risiko yang asing, melainkan risiko yang sudah dikenal namun diremehkan. Ketika rasa percaya diri, manfaat langsung, dan tekanan waktu berpadu, prosedur keselamatan sering dikorbankan.

Pendekatan yang lebih efektif adalah membentuk pola pikir baru, memastikan bahwa risiko “biasa” dipandang dengan keseriusan yang sama seperti risiko “luar biasa”. Hal ini berpotensi membangun budaya keselamatan yang lebih matang, berkelanjutan, dan adaptif di industri konstruksi