Resensi Konseptual dan Reflektif Towards a Model of Sustainable Consumer Behavior in the Digital Era

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra

20 Agustus 2025, 20.16

Pendahuluan: Konsumsi Berkelanjutan di Era Digital

Artikel ini membahas perilaku konsumen berkelanjutan dalam konteks era digital yang ditandai oleh percepatan teknologi, globalisasi, dan perubahan pola interaksi sosial. Penulis berangkat dari pertanyaan fundamental: bagaimana konsumen dapat mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam pola konsumsi mereka ketika teknologi digital mengubah cara membeli, menggunakan, dan membuang produk?

Kontribusi utama paper ini ialah menyusun model konseptual perilaku konsumen berkelanjutan dengan memasukkan faktor digitalisasi sebagai variabel penting. Penulis tidak hanya mendeskripsikan fenomena, tetapi juga berupaya mengembangkan kerangka teoritis yang dapat menjelaskan kompleksitas hubungan antara konsumen, pasar, teknologi, dan nilai keberlanjutan.

Resensi ini akan menguraikan:

  • Kontribusi ilmiah model yang diajukan.

  • Kerangka teori yang melandasi argumen.

  • Narasi argumentatif yang disusun penulis.

  • Data dan angka yang ditampilkan.

  • Refleksi teoretis atas temuan.

  • Kritik metodologis terhadap pendekatan.

  • Implikasi ilmiah dari model yang diajukan.

Kontribusi Ilmiah: Model Baru untuk Konsumsi Berkelanjutan

Penulis menekankan bahwa perilaku konsumen dalam era digital tidak bisa lagi dipahami hanya melalui lensa tradisional seperti faktor psikologis individu atau norma sosial. Digitalisasi membawa elemen baru seperti:

  • E-commerce: memperluas akses konsumen ke produk global.

  • Media sosial: memengaruhi keputusan melalui opini kolektif.

  • Teknologi mobile: menciptakan keterhubungan konstan dengan pasar.

  • Big data & algoritma: mengarahkan perilaku konsumsi secara tidak sadar.

Kontribusi ilmiah artikel ini adalah membangun model konseptual multi-level yang menempatkan digitalisasi sebagai variabel kunci, berdampingan dengan faktor keberlanjutan klasik: nilai personal, norma sosial, motivasi lingkungan, serta regulasi.

Kerangka Teoretis: Menyatukan Ekonomi, Psikologi, dan Digitalisasi

Penulis menggabungkan teori dari berbagai bidang:

  1. Teori perilaku konsumen – menjelaskan proses pengambilan keputusan dari kebutuhan, pencarian informasi, pembelian, hingga pembuangan produk.

  2. Teori perilaku berkelanjutan – menggarisbawahi pentingnya kesadaran lingkungan, norma sosial, dan rasa tanggung jawab pribadi.

  3. Teori digitalisasi – menjelaskan bagaimana teknologi digital membentuk pola konsumsi baru, dari platform belanja hingga sharing economy.

Interpretasi Konseptual

Kerangka ini menciptakan pemahaman baru bahwa perilaku berkelanjutan adalah hasil interaksi kompleks antara kesadaran pribadi dan pengaruh eksternal digital. Dengan kata lain, keberlanjutan tidak lagi hanya masalah moral atau etika individu, tetapi juga konstruksi sosial yang dimediasi oleh teknologi.

Narasi Argumentatif Penulis

Tantangan Utama

Penulis mengawali dengan mengidentifikasi paradoks: konsumen semakin sadar pentingnya keberlanjutan, tetapi pola konsumsi global masih dominan pada overconsumption dan planned obsolescence. Digitalisasi mempercepat tren ini sekaligus menawarkan peluang baru untuk perubahan positif.

Alur Argumentasi

  1. Masalah global: degradasi lingkungan akibat pola konsumsi berlebih.

  2. Peran konsumen: keputusan individu memengaruhi rantai pasok global.

  3. Era digital: membawa risiko (overconsumption lebih mudah) sekaligus peluang (akses informasi keberlanjutan lebih cepat).

  4. Model konseptual: ditawarkan sebagai solusi untuk memahami dinamika ini.

Data dan Angka: Dasar Empiris

Meskipun artikel ini lebih bersifat konseptual, beberapa data disajikan sebagai penguat:

  • Pertumbuhan e-commerce global mencapai ratusan miliar dolar, yang berdampak langsung pada pola konsumsi dan distribusi barang.

  • Survei konsumen menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan, meskipun tidak selalu tercermin dalam perilaku nyata (attitude–behavior gap).

  • Penggunaan platform digital seperti media sosial berperan signifikan dalam membentuk opini dan perilaku kolektif.

Refleksi Teoretis

Angka-angka ini menegaskan adanya diskrepansi antara kesadaran dan tindakan. Konsumen mungkin peduli pada isu lingkungan, namun digitalisasi dengan segala kemudahan justru sering menggiring pada konsumsi impulsif. Hal ini memperkuat argumen bahwa model perilaku konsumen berkelanjutan harus memperhitungkan pengaruh eksternal digital secara lebih serius.

Kritik terhadap Metodologi dan Logika

  1. Dominasi pendekatan konseptual
    Artikel ini bersifat teoritis dan kurang menyajikan data empiris mendalam. Hal ini membuat model masih bersifat hipotesis dan perlu diuji lebih lanjut.

  2. Kurangnya penekanan pada konteks budaya
    Digitalisasi memang global, tetapi pola konsumsi tetap dipengaruhi budaya lokal. Model belum sepenuhnya menangkap perbedaan kontekstual antarwilayah.

  3. Resiko generalisasi
    Penulis cenderung menyamaratakan konsumen digital, padahal terdapat perbedaan signifikan antara kelompok umur, kelas sosial, maupun tingkat literasi digital.

  4. Logika argumentasi
    Alur penjelasan kuat, namun pada beberapa bagian terjadi pengulangan ide, khususnya tentang paradoks antara digitalisasi dan keberlanjutan.

Poin-Poin Utama yang Digarisbawahi

  • Era digital mengubah perilaku konsumsi melalui platform e-commerce, media sosial, dan algoritma.

  • Keberlanjutan konsumen tidak bisa dipisahkan dari faktor eksternal digital.

  • Paradoks sikap dan perilaku: konsumen sadar isu lingkungan, tetapi tindakan sering berlawanan.

  • Model konseptual yang diajukan memperlihatkan keterkaitan antara nilai pribadi, norma sosial, regulasi, dan digitalisasi.

  • Implikasi kebijakan: regulasi dan edukasi digital menjadi kunci dalam mengarahkan perilaku konsumsi berkelanjutan.

Refleksi Konseptual

Dari perspektif konseptual, artikel ini penting karena memperluas definisi sustainable consumer behavior dengan menambahkan dimensi digital. Ini menegaskan bahwa:

  • Perilaku konsumen adalah produk interaksi kompleks, bukan keputusan rasional murni.

  • Era digital memperlihatkan bahwa pilihan konsumen sangat dipengaruhi struktur eksternal yang tak selalu disadari, seperti rekomendasi algoritmik.

  • Keberlanjutan perlu dilihat sebagai praktik sosial digital, di mana media sosial dan platform daring membentuk norma baru.

Implikasi Ilmiah

  1. Untuk teori
    Artikel ini memperluas cakupan teori perilaku konsumen dengan memasukkan dimensi digital, menjadikannya lebih relevan untuk konteks kontemporer.

  2. Untuk praktik
    Model ini bisa menjadi pedoman bagi pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil dalam merancang intervensi yang mendorong perilaku konsumsi berkelanjutan.

  3. Untuk penelitian lanjutan
    Membuka peluang studi empiris lintas negara guna menguji validitas model dan mengidentifikasi variasi budaya.

Kesimpulan

Artikel “Towards a Model of Sustainable Consumer Behavior in the Digital Era” memberikan kontribusi konseptual penting dalam memahami hubungan antara konsumsi, keberlanjutan, dan digitalisasi. Dengan mengusulkan model konseptual yang mengintegrasikan nilai personal, norma sosial, regulasi, dan pengaruh digital, penulis berhasil menawarkan cara baru untuk membaca fenomena konsumsi berkelanjutan.

Meski masih bersifat teoretis, artikel ini membuka jalan bagi riset empiris yang lebih mendalam. Potensi terbesarnya adalah sebagai kerangka awal bagi pembentukan kebijakan publik, strategi perusahaan, dan edukasi konsumen untuk mendorong perilaku konsumsi yang lebih berkelanjutan di tengah arus digitalisasi global.