Registrasi Keselamatan dalam Desain Konstruksi: Pelajaran dari Studi di Kuwait untuk Kebijakan Publik

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

23 September 2025, 08.03

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan

Keselamatan kerja di sektor konstruksi merupakan isu global yang terus menjadi perhatian. Artikel Mahamadu, Sharar et al. (2022) menunjukkan bahwa penerapan Design for Safety (DfS) mampu meminimalkan risiko kecelakaan sejak tahap desain. Temuan ini penting bagi kebijakan publik karena menggeser fokus keselamatan dari pendekatan reaktif (pengendalian risiko di lapangan) ke pendekatan preventif (pencegahan sejak desain). Hal ini memiliki implikasi besar bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang angka kecelakaan konstruksinya masih tinggi. Dengan menjadikan DfS sebagai bagian dari regulasi wajib, pemerintah dapat menciptakan sistem yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Jika kebijakan DfS dijalankan secara nyata, dampaknya bisa meliputi pengurangan kecelakaan kerja, penghematan biaya karena kesalahan desain yang menyebabkan risiko, dan peningkatan reputasi industri konstruksi. Hambatan besar muncul dari kurangnya pedoman keselamatan yang spesifik dalam desain, keterbatasan pelatihan bagi desainer, serta kurangnya regulasi yang mewajibkan desain mempertimbangkan keselamatan sejak awal. Peluang datang dari sumber lokal seperti artikel Fitur Proyek Konstruksi Menyebabkan Kecelakaan Kerja Jika Tidak Direncanakan Sejak Awal yang menunjukkan bahwa banyak stakeholder konstruksi di Indonesia sadar akan pentingnya keselamatan desain sejak perencanaan. Juga peluang lewat Menulis Rencana Keselamatan Konstruksi: Yang Perlu Anda Ketahui sebagai materi edukatif untuk profesional desain dan manajemen proyek.

Lima Rekomendasi Kebijakan Praktis

Pertama, pemerintah perlu menetapkan regulasi yang mewajibkan penerapan DfS pada setiap proyek konstruksi besar. Regulasi ini harus disertai panduan teknis yang jelas agar desainer dapat mengintegrasikan aspek keselamatan secara sistematis. Kedua, kurikulum pendidikan arsitektur dan teknik sipil harus memasukkan modul DfS sebagai kompetensi inti. Hal ini memastikan lulusan baru sudah terbiasa dengan pendekatan keselamatan sejak awal karier. Ketiga, lembaga profesi dan industri perlu menyediakan kursus bersertifikat DfS yang dapat diakses secara daring maupun luring, sehingga menjangkau lebih banyak praktisi. Keempat, pemerintah dapat memberikan insentif berupa pengurangan biaya perizinan atau penghargaan khusus bagi perusahaan yang konsisten menerapkan DfS. Kelima, perlu dibangun sistem pemantauan dan evaluasi berbasis data untuk mengukur sejauh mana DfS benar-benar menurunkan angka kecelakaan konstruksi.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Meski menjanjikan, kebijakan penerapan DfS juga berisiko gagal jika hanya bersifat formalitas tanpa pengawasan ketat. Regulasi yang baik tidak akan efektif apabila tidak diiringi dengan penguatan kapasitas sumber daya manusia. Terdapat potensi kebijakan hanya menambah beban administratif bagi desainer tanpa benar-benar mengubah praktik di lapangan. Selain itu, jika tidak ada insentif yang memadai, banyak perusahaan konstruksi kecil menengah mungkin mengabaikan DfS karena dianggap menambah biaya. Kegagalan juga bisa muncul apabila implementasi DfS tidak disesuaikan dengan konteks lokal, misalnya keterbatasan teknologi dan sumber daya di daerah tertentu. Oleh karena itu, kebijakan harus fleksibel dan adaptif dengan kondisi industri nasional.

Penutup

Studi Mahamadu, Sharar et al. (2022) mengingatkan bahwa keselamatan konstruksi bukan hanya tanggung jawab pelaksana di lapangan, tetapi juga harus dimulai dari meja desain. Temuan ini sangat penting untuk mendorong perumusan kebijakan publik di Indonesia yang lebih proaktif dalam pencegahan kecelakaan kerja. Dengan regulasi yang jelas, pelatihan yang terstruktur, dan insentif bagi industri, penerapan Design for Safety dapat menjadi standar baru dalam pembangunan infrastruktur yang aman, efisien, dan berkelanjutan. Jika diterapkan secara konsisten, kebijakan ini akan menghasilkan manfaat jangka panjang berupa perlindungan pekerja, efisiensi biaya, dan peningkatan kualitas hasil konstruksi.

Sumber

Mahamadu, S., Sharar, M., Agyekum, K., Manu, P., Ibrahim, C.K.I., Antwi-Afari, M.F., & Danso, F.O. (2022). Design for Safety in Construction: A Study of Design Professionals in Kuwait. International Journal of Building Pathology and Adaptation. DOI: 10.1108/IJBPA-01-2022-0015