Potensi Pemanfaatan Air Hujan sebagai Alternatif Penyediaan Air Bersih di Wilayah Pesisir Kecamatan Tarumajaya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

07 Juni 2025, 07.30

pixabay.com

Wilayah pesisir Kecamatan Tarumajaya menghadapi permasalahan serius terkait keterbatasan air bersih yang mencakup aspek kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan kemudahan akses. Kondisi ini memaksa sebagian besar masyarakat membeli air bersih dengan biaya yang cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 4.000 untuk 20 liter per orang. Dalam konteks tersebut, pemanfaatan air hujan muncul sebagai alternatif yang potensial untuk menambah pasokan air baku yang dapat memenuhi kebutuhan air sehari-hari masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi air hujan sebagai sumber air bersih alternatif di wilayah pesisir tersebut, dengan fokus pada aspek kuantitas air hujan yang tersedia, kebutuhan air bersih penduduk, serta partisipasi dan kesediaan masyarakat dalam memanfaatkan sistem pemanenan air hujan (SPAH).

Potensi Kuantitas Air Hujan dan Kebutuhan Air Bersih

Berdasarkan perhitungan kuantitas air hujan yang jatuh di wilayah pesisir Kecamatan Tarumajaya, diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulanan cukup tinggi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan Desember. Pada bulan-bulan ini, volume air hujan yang tersedia melebihi kebutuhan air bersih penduduk, sehingga kelebihan air hujan dapat disimpan dan digunakan selama musim kemarau.

Sebagai contoh, di Desa Samudrajaya dan Desa Segara Makmur, potensi air hujan yang dapat dipanen mampu memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kering, yaitu pada bulan Mei hingga Oktober. Namun, di dua desa lain yaitu Desa Segarajaya dan Pantai Makmur, volume air hujan yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada musim kemarau.

Secara kuantitatif, kebutuhan air bersih penduduk diasumsikan sebesar 60 liter per orang per hari. Dengan memanfaatkan kelebihan air hujan selama musim hujan, sistem pemanenan air hujan dapat menjadi sumber air bersih yang andal sepanjang tahun.

Partisipasi dan Kesediaan Masyarakat

Survei partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar warga bersedia untuk ikut serta dalam pengelolaan dan pemeliharaan SPAH. Mereka siap melakukan monitoring serta bertanggung jawab dalam pengoperasian sistem agar keberlangsungan penggunaan air hujan dapat terjaga secara berkelanjutan.

Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dan keinginan masyarakat untuk mengadopsi teknologi pemanenan air hujan sebagai solusi atas masalah kekurangan air bersih yang mereka hadapi.

Sistem Pemanfaatan Air Hujan yang Direkomendasikan

Berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pesisir, sistem pemanenan air hujan yang paling sesuai adalah instalasi di atas permukaan tanah. Sistem ini relatif mudah dibangun dan dioperasikan dengan biaya investasi awal sekitar Rp 115.000 per unit.

Sistem ini meliputi penampungan air hujan dari atap rumah yang dialirkan melalui talang ke tangki penampungan. Air yang tertampung dapat digunakan langsung untuk kebutuhan domestik seperti mandi, mencuci, dan memasak, serta untuk keperluan lain seperti irigasi tanaman.

Studi Kasus: Distribusi Kelebihan dan Kekurangan Air Hujan Bulanan

Analisis distribusi volume air hujan dan kebutuhan air bersih bulanan menunjukkan bahwa selama bulan-bulan dengan curah hujan tinggi (Januari, Februari, Maret, April, November, Desember), terdapat kelebihan air hujan yang signifikan yang dapat ditampung dan disimpan. Sebaliknya, pada bulan-bulan dengan curah hujan rendah (Mei hingga Oktober), volume air hujan yang tersedia lebih kecil dari kebutuhan air bersih, sehingga penyimpanan air hujan yang cukup selama musim hujan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan selama musim kering.

Nilai Tambah dan Implikasi

Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih di wilayah pesisir memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Mengurangi ketergantungan masyarakat pada air bersih berbayar yang mahal.
  • Menjamin ketersediaan air bersih yang cukup dan berkelanjutan sepanjang tahun.
  • Mengurangi tekanan terhadap sumber air tanah yang rentan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
  • Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan akses air bersih yang lebih mudah dan murah.
  • Mendukung upaya konservasi air dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.

Opini dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini sejalan dengan tren global dan nasional yang mendorong pemanfaatan air hujan sebagai solusi mitigasi krisis air bersih, terutama di daerah yang memiliki keterbatasan sumber air permukaan dan air tanah. Contoh sukses pemanfaatan air hujan di berbagai kota di Indonesia dan dunia menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis dan mudah diimplementasikan.

Namun, keberhasilan implementasi sangat bergantung pada kesadaran masyarakat, dukungan kebijakan pemerintah, serta ketersediaan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal. Oleh karena itu, edukasi dan pelatihan masyarakat menjadi faktor kunci agar sistem pemanenan air hujan dapat berfungsi optimal dan berkelanjutan.

Rekomendasi

  • Pemerintah daerah perlu mengembangkan regulasi dan program pendukung untuk mendorong penggunaan sistem pemanenan air hujan di wilayah pesisir.
  • Sosialisasi dan pelatihan teknis harus diberikan kepada masyarakat agar mereka memahami cara pengoperasian dan pemeliharaan sistem.
  • Investasi awal yang relatif rendah harus dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi masyarakat untuk mengadopsi teknologi ini.
  • Pengembangan sistem penyimpanan air hujan yang efisien dan tahan lama perlu terus dilakukan agar dapat menampung air dalam jumlah besar selama musim hujan.
  • Integrasi sistem pemanenan air hujan dengan sistem pengelolaan air bersih lokal dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan sumber air.

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkap potensi besar pemanfaatan air hujan sebagai alternatif penyediaan air bersih di wilayah pesisir Kecamatan Tarumajaya. Dengan curah hujan yang cukup tinggi pada beberapa bulan dalam setahun, kelebihan air hujan dapat dimanfaatkan dan disimpan untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau. Tingginya kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sistem pemanenan air hujan menjadi modal penting untuk keberhasilan implementasi teknologi ini.

Sistem pemanenan air hujan yang sederhana dan terjangkau dapat menjadi solusi efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah air bersih di wilayah pesisir, sekaligus mendukung konservasi sumber daya air dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sumber Artikel:
Dira Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Desiree Marlyn Kipuw ST., MT, Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi dan Sains Bandung, "Potensi Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Alternatif Penyediaan Air Bersih di Wilayah Pesisir Kecamatan Tarumajaya," Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota ITSB, 2023.