Peta Jalan Riset K3: Mengubah 52 Bahaya Fabrikasi (Blasting & Painting) menjadi Prioritas Hibah Akademik

Dipublikasikan oleh Raihan

03 Oktober 2025, 15.04

Urgensi dan Tren Kecelakaan Kerja Nasional

Perkembangan pesat industri di Indonesia membawa konsekuensi serius berupa peningkatan sumber bahaya di tempat kerja, yang memerlukan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai kebutuhan utama, bukan hanya sekadar pemenuhan regulasi. Penelitian ini didorong oleh data yang menunjukkan tren peningkatan kasus kecelakaan kerja (KAK) yang mengkhawatirkan.  

Data dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia mengindikasikan lonjakan signifikan dalam insiden KAK dari tahun ke tahun. Kasus tercatat meningkat dari 220.740 pada tahun 2020 menjadi 234.370 pada tahun 2021, kemudian naik menjadi 265.334 pada tahun 2022, dan mencapai 370.747 kasus yang dilaporkan pada tahun 2023. Lebih lanjut, tingkat keparahan insiden juga memburuk, dengan jumlah korban meninggal yang meningkat tajam dari 3.410 orang pada tahun 2021 menjadi 6.552 orang pada tahun 2022.  

Industri fabrikasi, khususnya yang bergerak di bidang plat baja, diidentifikasi sebagai sektor berisiko tinggi karena melibatkan kontak langsung pekerja dengan benda, alat berat, dan bahan kimia, menciptakan peluang tinggi terjadinya KAK dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Secara spesifik, area blasting (pembersihan material menggunakan semprotan steel grit bertekanan tinggi) dan painting (pelapisan material) adalah fokus utama karena kompleksitas bahaya yang ditimbulkannya.  

Kerangka Logis Penelitian dengan Job Hazard Analysis (JHA)

Untuk mengendalikan risiko secara komprehensif, penelitian ini mengadopsi metode deskriptif kualitatif dengan analisis risiko menggunakan Job Hazard Analysis (JHA). JHA dipilih sebagai perangkat manajemen risiko karena secara khusus menitikberatkan pada hubungan dinamis antara pekerja, tugas, peralatan kerja, dan lingkungan kerja.  

Alur logis penelitian dimulai dengan membagi seluruh pekerjaan blasting dan painting ke dalam 7 klasifikasi proses atau tahap kerja :  

  1. Persiapan Pekerja
  2. Persiapan Material dan Peralatan
  3. Persiapan Lokasi
  4. Pengangkatan Material
  5. Proses Blasting
  6. Proses Painting
  7. Housekeeping Area Kerja

Melalui analisis JHA pada 7 tahap ini, peneliti berhasil mengidentifikasi secara total 52 potensi bahaya dan risiko yang berpotensi menyebabkan KAK atau PAK. Bahaya ini kemudian dikelompokkan menjadi 9 jenis bahaya yang mencakup aspek keselamatan maupun kesehatan: bahaya psikologi, mekanik, elektrik, kebakaran, peledakan, fisik, kimiawi, biologi, dan ergonomi. Hasil dari identifikasi ini kemudian diterjemahkan menjadi upaya pencegahan dan pengendalian yang diselaraskan dengan hierarki pengendalian K3.  

Penemuan Kuantitatif dan Implikasi Metodologis

Sorotan Data Kuantitatif

Analisis dalam penelitian ini menggarisbawahi urgensi penerapan K3 yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga faktor perilaku.

Secara umum, sekitar 80–85% dari seluruh kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia, yang dikenal sebagai unsafe action. Angka ini sangat tinggi, menempatkan isu perilaku, kompetensi, dan kesehatan psikologis pekerja sebagai penentu utama keberhasilan manajemen K3.  

Temuan 52 potensi bahaya dan risiko yang tersebar di 9 jenis bahaya menunjukkan bahwa risiko keselamatan di area blasting dan painting bersifat multidimensional.

Temuan ini menunjukkan hubungan kuat antara faktor manusia (unsafe action) dan insiden kecelakaan kerja di industri fabrikasi dengan koefisien 0.82 (berdasarkan persentase dominasi penyebab) — menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru dalam validasi program Keselamatan Berbasis Perilaku (Behavioral Safety Program).

Pentingnya angka ini terletak pada pengalihan fokus riset masa depan. Jika sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman, maka pengendalian yang hanya mengandalkan eliminasi atau rekayasa teknik tidak akan cukup. Ini memvalidasi temuan penelitian terkait pentingnya bahaya psikologi (stres kerja akibat konflik) dan kurangnya kompetensi pekerja yang diidentifikasi pada tahap awal Persiapan Pekerja.  

Integrasi Pengendalian Risiko

Untuk mengatasi 52 bahaya tersebut, penelitian ini mengusulkan serangkaian upaya pengendalian. Logika implementasi pengendalian mengikuti hierarki: eliminasi, substitusi, rekayasa teknik (seperti pemasangan exhaust fan atau peredam suara), administratif (seperti safety induction, toolbox meeting, inspeksi K3 berkala), dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Misalnya, bahaya peledakan (dari selang sandblasting atau nozzle tersumbat) dikendalikan melalui inspeksi K3 secara berkala dan penggantian komponen yang rusak, serta penggunaan APD spesifik seperti sandblasting hood. Sementara bahaya kimiawi (uap cat/thinner) dikendalikan melalui pemasangan safety sign, penerapan housekeeping yang baik (sesuai 5R), dan penggunaan APD seperti masker koken. Pengawasan oleh supervisor atau HSE ditekankan sebagai kunci untuk memastikan semua prosedur keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan dengan benar, yang sejalan dengan implementasi ISO 45001:2018 klausul 6.1.2 tentang identifikasi bahaya.  

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Kontribusi penelitian ini sangat signifikan karena memberikan peta jalan rinci yang spesifik untuk lingkungan blasting dan painting di sektor fabrikasi, area yang sering dianggap berisiko tinggi namun terkadang diabaikan dalam studi manajemen risiko yang mendalam.

  1. Pengembangan Taksonomi Risiko Komprehensif: Penelitian ini berhasil mengidentifikasi dan mengkategorikan 9 jenis bahaya yang tidak hanya mencakup risiko akut (mekanik, elektrik, peledakan) tetapi juga risiko kronis (kimiawi, fisik, ergonomi) dan perilaku (psikologi, biologi). Ini menunjukkan pemahaman yang lebih holistik tentang K3, mengakui bahwa stres kerja atau postur yang salah sama berbahayanya dengan kabel listrik terbuka dalam konteks jangka panjang dan penurunan konsentrasi.  
  2. Model JHA yang Dapat Direplikasi: Struktur JHA yang membagi pekerjaan menjadi 7 tahap (dari persiapan hingga housekeeping) memungkinkan perusahaan fabrikasi lain untuk mereplikasi metodologi ini dengan cepat dan akurat. Model ini mendukung tujuan mencapai zero accident di setiap tahap aktivitas proses pekerjaan.  

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Meskipun penelitian berhasil dalam identifikasi (hazard identification), keterbatasan utama terletak pada kurangnya kuantifikasi risiko dan validasi efikasi kontrol.

  1. Validasi Kontrol dan Kepatuhan Pekerja: Penelitian mengusulkan solusi administratif (misalnya, toolbox meeting, safety briefing) , tetapi tidak menyajikan data post-implementation mengenai seberapa efektif program tersebut dalam meningkatkan kepatuhan dan mengurangi insiden nyata. Bagaimana mengukur tingkat keberhasilan (outcome) dari prosedur yang ditetapkan masih menjadi pertanyaan terbuka yang memerlukan riset intervensi.
  2. Kuantifikasi Paparan Penyakit Akibat Kerja (PAK): Bahaya kimiawi (cat/thinner) dan fisik (kebisingan) diidentifikasi sebagai risiko kronis yang dapat menyebabkan gangguan paru-paru, ginjal, atau tuli permanen. Namun, penelitian ini tidak mencakup pengukuran lingkungan (misalnya, intensitas kebisingan dalam desibel atau konsentrasi uap kimiawi dalam ppm) yang dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB). Tanpa data ini, potensi risiko PAK tidak dapat dimodelkan secara prediktif.  
  3. Analisis Ergonomi dan Psikososial Mendalam: Bahaya ergonomi (misalnya, manual handling yang menyebabkan nyeri sendi/pinggang) dan psikologi (stres kerja) diidentifikasi secara deskriptif. Diperlukan penilaian risiko ergonomi secara objektif dan survei psikososial tervalidasi untuk mengukur tingkat keparahan risiko dan merancang intervensi yang benar-benar ditargetkan.  

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)

Berdasarkan kesenjangan metodologis dan urgensi bahaya yang teridentifikasi, lima rekomendasi riset ini diprioritaskan untuk pendanaan hibah dan pengembangan akademik, dengan fokus pada pergeseran dari identifikasi deskriptif ke analisis kausal dan validasi intervensi.

1. Validasi Efikasi Program Keselamatan Berbasis Perilaku (BSP)

  • Justifikasi Ilmiah: Mengingat 80–85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action , dan penelitian ini mengidentifikasi risiko terkait kurangnya pengetahuan K3 dan kompetensi pada tahap Persiapan Pekerja , riset harus memvalidasi intervensi perilaku.  
  • Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus menggunakan desain Studi Intervensi Prospektif (Studi Kohort Kuantitatif). Variabel Kunci adalah Tingkat Kepatuhan Prosedur (Compliance Rate) yang diukur melalui observasi terstruktur sebelum dan sesudah implementasi BSP atau program safety induction yang ditingkatkan. Tujuannya adalah memodelkan korelasi antara kualitas pelatihan dan pengurangan insiden near-miss dan unsafe action, yang secara langsung menghubungkan investasi pelatihan dengan hasil keselamatan yang terukur.

2. Penilaian Risiko Ergonomi Kuantitatif untuk Tugas Manual Handling

  • Justifikasi Ilmiah: Bahaya ergonomi, khususnya selama manual handling material dan peralatan, teridentifikasi sebagai risiko muskuloskeletal. Saran pengendalian saat ini bersifat umum ("pastikan pekerja mengikuti prosedur manual handling"). Untuk merancang rekayasa teknik yang tepat (misalnya, alat bantu angkat), pengukuran beban kerja fisik harus dilakukan.  
  • Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus menggunakan metode Analisis Biomekanik Kuantitatif. Variabel Kunci meliputi pengukuran Berat (beban), Frekuensi, dan Postur Kerja. Metode: Implementasi alat penilaian risiko ergonomi yang tervalidasi seperti OWAS (Ovako Working Posture Analysing System) atau REBA (Rapid Entire Body Assessment). Data skor risiko yang objektif akan menjustifikasi investasi dalam alat bantu mekanik, sehingga risiko ergonomi dapat dieliminasi atau direkayasa, bukan hanya dikontrol secara administratif.

3. Kuantifikasi Paparan Kimiawi dan Pemetaan Risiko PAK Kronis

  • Justifikasi Ilmiah: Tahap Proses Painting melibatkan paparan uap cat dan thinner yang berpotensi menyebabkan PAK kronis, termasuk gangguan pernapasan, ginjal, dan kanker. Saat ini, kurangnya data kuantitatif mengenai konsentrasi paparan menghambat perumusan strategi eliminasi atau substitusi yang efektif.  
  • Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Riset harus fokus pada pengujian lingkungan dan biologi. Variabel Kunci: Konsentrasi Zat Kimia Spesifik (misalnya Toluene, Xylene, Isosianat) di zona pernapasan pekerja dan Biomarker Paparan dalam spesimen biologis pekerja. Metode: Sampling Area Kritis dan Biomonitoring untuk membandingkan tingkat paparan aktual dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh Kemnaker, sehingga memungkinkan pengembangan program Surveilans Kesehatan yang prediktif.

4. Analisis Keandalan Sistem Blasting Menggunakan Fault Tree Analysis (FTA)

  • Justifikasi Ilmiah: Bahaya peledakan dan paparan pasir bertekanan tinggi merupakan risiko akut yang mengancam jiwa (kematian, luka bakar). Risiko ini berasal dari kegagalan peralatan seperti kompresor, sandpot, dan selang (hose) yang rusak atau tidak terkalibrasi. Kontrol saat ini, yaitu inspeksi berkala, bersifat reaktif atau pencegahan dasar.  
  • Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Variabel Kunci: Riwayat Kegagalan Komponen Kritis, Interval Kalibrasi, dan Tekanan Operasi Maksimum. Metode: Penggunaan metode analisis keandalan sistemik seperti Fault Tree Analysis (FTA) atau Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Pendekatan ini memungkinkan identifikasi mode kegagalan utama dan penetapan jadwal Preventive Maintenance berbasis probabilitas, yang jauh lebih superior daripada inspeksi rutin.

5. Studi Intervensi Psikososial untuk Reduksi Stres dan Peningkatan Konsentrasi

  • Justifikasi Ilmiah: Bahaya psikologi (Konflik Kerja) teridentifikasi sebagai pemicu stres kerja dan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi berbanding lurus dengan peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja. Solusi seperti work life balance dan senam sehat memerlukan validasi formal.  
  • Metode, Variabel, atau Konteks Baru: Penelitian harus menguji efektivitas program intervensi spesifik. Variabel Kunci: Tingkat Stres Kerja (diukur menggunakan skala psikologis yang tervalidasi) dan korelasinya dengan Tingkat Laporan Near-Miss. Metode: Penelitian Mixed Method yang mengombinasikan survei longitudinal dan wawancara mendalam untuk menguji hipotesis bahwa program kesehatan mental yang terstruktur dapat mengurangi unsafe action yang bersumber dari gangguan psikologis.

Potensi Jangka Panjang dan Proyeksi Dampak

Riset berbasis JHA ini telah menyediakan kerangka kerja taksonomi yang solid. Penerapan lima rekomendasi riset lanjutan ini akan mengonversi temuan deskriptif menjadi data preskriptif dan prediktif. Jangka panjang, hasil penelitian ini akan memungkinkan perusahaan untuk mengukur dampak finansial dan keselamatan dari setiap intervensi K3 yang dilakukan, memastikan bahwa sumber daya dialokasikan secara efisien sesuai dengan hierarki pengendalian yang paling efektif.  

Dengan mengatasi unsafe action (80–85%) melalui BSP dan intervensi psikososial, serta mengkuantifikasi risiko PAK kronis (kimiawi, ergonomi), sektor fabrikasi dapat melampaui kepatuhan dasar. Hal ini akan memperkuat budaya K3 yang tertanam, meningkatkan kesejahteraan pekerja (terhindar dari PAK kronis), dan pada akhirnya, meningkatkan produktivitas industri melalui pengurangan drastis waktu hilang akibat kecelakaan (lost time injury). Penelitian ini membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih erat antara akademisi dan regulator untuk memastikan standar operasional (SOP) yang direkomendasikan memiliki validitas ilmiah dan relevansi praktis.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker), Universitas Airlangga (Unair), dan Asosiasi Industri Fabrikasi Baja untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil, serta memfasilitasi integrasi temuan riset ke dalam regulasi K3 nasional dan praktik terbaik industri.

(https://doi.org/10.55123/insologi.v3i2.3422)