Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada realitas ketergantungan masyarakat modern yang semakin meningkat pada teknologi informasi, sebuah tren yang secara fundamental telah membentuk ulang sektor pendidikan melalui adopsi teknologi pembelajaran daring. Dalam ekosistem ini, Learning Management System (LMS) muncul sebagai kerangka kerja sentral, didefinisikan sebagai aplikasi perangkat lunak yang mendukung administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian kursus pendidikan. Meskipun telah diadopsi secara luas, pemahaman mengenai persepsi para pemangku kepentingan dan, yang lebih penting, kesenjangan fungsional yang melekat pada platform-platform ini masih memerlukan analisis yang lebih dalam.
Dengan latar belakang ini, tujuan utama dari studi ini adalah untuk menyajikan sebuah tinjauan literatur yang komprehensif terhadap artikel-artikel yang dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir yang membahas penggunaan LMS dalam pedagogi pengajaran-pembelajaran. Hipotesis implisit yang mendasari karya ini adalah bahwa meskipun persepsi umum terhadap LMS cenderung positif, platform yang ada saat ini memiliki kelemahan fungsional yang signifikan di tingkat administratif yang menghambat efisiensi dan keandalannya.
Metodologi dan Kebaruan
Untuk mencapai tujuannya, penulis mengadopsi metode tinjauan literatur (literature review). Proses metodologisnya melibatkan penyaringan lebih dari 35 publikasi yang relevan dengan topik dari rentang tahun 2018 hingga 2021, yang kemudian diseleksi secara cermat menjadi 10 artikel inti yang dinilai paling sesuai dengan cakupan penelitian. Analisis berfokus pada tujuan, temuan, dan konteks dari masing-masing studi yang terpilih untuk membangun gambaran umum mengenai tren penelitian saat ini.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengumpulan data empiris baru, melainkan pada kontribusinya dalam melakukan sintesis dan, yang lebih penting, mengidentifikasi secara eksplisit "kesenjangan penelitian" (research gap) yang bersifat fungsional dalam sistem LMS. Alih-alih hanya merangkum persepsi pengguna, penelitian ini melangkah lebih jauh untuk mendiagnosis kelemahan-kelemahan spesifik di tingkat sistem yang sering kali menjadi sumber inefisiensi administratif.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Tinjauan terhadap 10 artikel terpilih secara umum mengonfirmasi adanya persepsi positif dan manfaat yang terukur dari penggunaan LMS. Sebagai contoh, studi oleh Lakshmi dkk. (2020) menemukan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap konsep e-learning, sementara studi oleh Angelino dkk. (2021) menunjukkan bahwa keterlibatan mahasiswa cenderung meningkat melalui partisipasi dalam aktivitas di platform Moodle.
Namun, temuan yang paling signifikan dari penelitian ini adalah identifikasi tiga kesenjangan fungsional utama yang ada pada banyak platform LMS:
-
Kurangnya Kontrol Versi (Lack of Version Control): Ditemukan bahwa banyak sistem LMS tidak memiliki fitur kontrol versi yang kuat untuk konten pelatihan. Hal ini menciptakan dua masalah besar: (a) peningkatan risiko kesalahan manusia, yang membuat konten tidak dapat diandalkan, dan (b) tidak adanya otomatisasi untuk proses peninjauan versi, yang menyebabkan inefisiensi signifikan bagi staf administrasi.
-
Ketergantungan pada Persetujuan Manual (Managerial and Administration Consent): Proses persetujuan manajerial dan administratif sering kali harus dilakukan secara fisik di luar sistem karena tidak adanya alur kerja pengesahan elektronik yang terintegrasi. Hal ini tidak hanya meningkatkan beban kerja manual tetapi juga memperbesar margin kesalahan manusia dan mempersulit proses audit.
-
Absennya Manajemen Pelatihan Berbasis Peran Otomatis (No Automated Role-Based Training Management Features): Banyak LMS tidak memiliki kemampuan untuk mengelompokkan pengguna ke dalam peran-peran otomatis berdasarkan fungsi pekerjaan mereka. Akibatnya, pengembangan, evaluasi, dan penugasan rencana pelatihan individu harus dilakukan secara manual, yang berisiko menimbulkan inkonsistensi dan memastikan bahwa karyawan tidak dilatih secara memadai untuk peran spesifik mereka.
Secara kontekstual, temuan-temuan ini menyoroti bahwa meskipun LMS berhasil sebagai platform penyampaian konten dan interaksi, ia sering kali gagal berfungsi sebagai sistem manajemen yang sesungguhnya, karena kurangnya fitur otomatisasi dan kontrol administratif yang canggih.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penelitian ini tidak secara eksplisit menyatakan keterbatasannya sendiri. Namun, beberapa refleksi kritis dapat diajukan berdasarkan metodologinya. Pertama, proses seleksi yang mereduksi lebih dari 35 artikel menjadi hanya 10 didasarkan pada kriteria "masuk dalam cakupan topik" yang tidak didefinisikan secara jelas, sehingga berpotensi menimbulkan bias seleksi. Kedua, cakupan tinjauan yang relatif sempit (2018-2021) mungkin mengabaikan penelitian-penelitian dasar yang penting yang diterbitkan sebelumnya. Terakhir, kesenjangan fungsional yang diidentifikasi tampaknya lebih berorientasi pada konteks pelatihan korporat atau kepatuhan (compliance), yang mungkin tidak sepenuhnya selaras dengan kebutuhan pedagogis di lingkungan pendidikan tinggi umum.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Implikasi praktis dari temuan ini sangat jelas: perbaikan yang ditawarkan dapat membantu organisasi dalam menanggapi kebutuhan pelatihan yang terus berkembang dengan lebih efektif. Berdasarkan kesenjangan yang teridentifikasi, penelitian di masa depan harus diarahkan pada:
-
Pengembangan dan Pengujian Fitur Lanjutan: Merancang dan menguji modul LMS yang secara spesifik mengatasi masalah kontrol versi, alur kerja persetujuan otomatis, dan manajemen pelatihan berbasis peran.
-
Analisis Biaya-Manfaat: Melakukan studi kuantitatif untuk mengukur penghematan waktu dan pengurangan kesalahan yang dihasilkan dari implementasi fitur-fitur administratif canggih ini, guna membangun argumen bisnis yang kuat bagi institusi pendidikan dan vendor LMS.
-
Studi Komparatif: Melakukan analisis perbandingan antara berbagai platform LMS komersial dan sumber terbuka untuk mengevaluasi sejauh mana mereka telah mengatasi kesenjangan fungsional yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
Sebagai refleksi akhir, karya ini berhasil menggeser diskursus dari sekadar adopsi umum menuju persyaratan fungsional yang spesifik, menegaskan bahwa evolusi LMS selanjutnya harus memprioritaskan otomatisasi dan kontrol administratif untuk benar-benar memaksimalkan potensinya.
Sumber
Chatterjee, P., Kundu, A., & Bhattacharyya, C. K. (2022). Learning Management System (LMS) and it's perception among the stakeholder's of educational institutes: A comprehensive review. New Applied Studies in Management, Economics & Accounting, 5(2(18)), 7-13.