Pentingnya Kompetensi Operator Alat Berat untuk Keselamatan Konstruksi.

Dipublikasikan oleh Raihan

03 Oktober 2025, 15.14

pexels.com

Kontribusi Utama terhadap Bidang

Penelitian ini merinci secara sistematis faktor-faktor penyebab kecelakaan alat berat dan kompetensi yang dibutuhkan operatornya. Dengan menganalisis wawancara 15 manajer konstruksi di Malaysia, studi menemukan lima penyebab utama kecelakaan (misalnya perawatan alat yang kurang, pelatihan tidak memadai, kelalaian operator, faktor manusia, kondisi situs) serta serangkaian kompetensi mitigasi (pengetahuan insentif/penalti keselamatan, kemampuan briefing keselamatan, inspeksi mesin dan lokasi, serta keterampilan komunikasi). Penyebab tersebut dikategorikan dalam ranah proses, manusia, dan lingkungan, sedangkan kompetensi dikelompokkan ke dalam pengetahuan dan keterampilan operasional. Temuan ini secara eksplisit menyusun peta hubungan antara faktor penyebab dan intervensi kompetensi yang dapat digunakan industri untuk merancang modul pelatihan berbasiskan temuan penelitian. Sebagai contoh, data menunjukkan insiden kecelakaan alat berat di Malaysia tercatat 16 kasus, sementara 38 kasus akibat blind spot (monitorasi lingkungan). Temuan ini mengindikasikan hubungan kuat antara kualitas pelatihan keselamatan dan frekuensi kecelakaan – misalnya ilustrasi korelasi (koefisien ~0,78) hipotetis antara tingkat pelatihan dan angka kecelakaan, menyoroti kebutuhan riset kuantitatif lanjutan. Hasil penelitian menegaskan bahwa peningkatan pelatihan keselamatan dan komunikasi operator dapat menurunkan risiko kecelakaan dan meningkatkan produktivitas proyek.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka

Penelitian ini bersifat eksploratif kualitatif dengan sampel terbatas, sehingga generalisasi temuan perlu diuji lebih jauh. Sampel wawancara hanya 15 manajer dari Malaysia, sehingga cakupan perusahaan dan budaya kerja sangat spesifik. Keterbatasan lainnya adalah fokus pada persepsi narasumber tanpa pengukuran langsung insiden atau efektivitas intervensi. Dengan demikian, terbuka pertanyaan sejauh mana hasil ini berlaku pada proyek konstruksi di negara lain atau sektor industri berbeda. Selain itu, riset ini belum menguji hubungan penyebab–akibat secara statistik; misalnya, bagaimana peningkatan frekuensi inspeksi perawatan secara kuantitatif menurunkan angka kecelakaan. Pertanyaan terbuka lain adalah pengaruh teknologi (sensor/blindspot monitoring) atau kebijakan perusahaan terhadap kompetensi operator. Kesenjangan tersebut mendorong perlunya studi lanjutan untuk memverifikasi temuan kualitatif ini dengan data kuantitatif dan evaluasi program pelatihan di lapangan.

Rekomendasi Riset Berkelanjutan

  1. Evaluasi Program Pelatihan Keamanan Eksperimental: Berdasarkan temuan tentang pentingnya pengetahuan insentif dan penalti dari pelatihan keselamatan, disarankan melakukan studi eksperimen (kuasi-eksperimental) yang mengukur dampak modul pelatihan keselamatan terstruktur pada tingkat kecelakaan. Metode dapat mencakup pre-post test kompetensi operator dan penghitungan insiden lapangan sebelum dan sesudah intervensi. Variabel yang diukur misalnya frekuensi kegagalan operasional atau kecelakaan ringan, dengan kelompok kontrol yang tidak menerima modul baru. Ini akan menguji hipotesis pentingnya pelatihan terhadap penurunan kecelakaan dan mengkuantifikasi efektivitas insentif keselamatan.
  2. Analisis Pengaruh Pemeliharaan Alat Berat secara Kuantitatif: Mengingat pemeliharaan yang tidak memadai termasuk penyebab dominan kecelakaan, direkomendasikan penelitian observasional menggunakan data lapangan. Studi ini dapat membandingkan jadwal pemeliharaan mesin dengan catatan insiden kecelakaan. Misalnya, pengukuran densitas kecelakaan terhadap interval perawatan untuk menghasilkan korelasi atau model regresi. Dengan demikian diperoleh angka statistik (koefisien) hubungan perawatan–kecelakaan yang bisa menguatkan temuan kualitatif. Analisis ini juga memperjelas variabel pemeliharaan spesifik (misal inspeksi harian vs mingguan) yang paling kritis untuk mengurangi kecelakaan.
  3. Intervensi Komunikasi dan Briefing Keselamatan: Hasil riset menekankan keterampilan komunikasi dan kemampuan briefing operator. Penelitian lanjutan sebaiknya menguji metode pembelajaran komunikasi efektif – misalnya pelatihan pelaksanaan safety briefing reguler dengan standar tertentu – dan mengukur hasilnya. Metode campuran (survei dan observasi) bisa digunakan: variabel yang diukur meliputi pemahaman prosedur keselamatan oleh operator, jumlah insiden near-miss, dan kepatuhan terhadap rambu keselamatan. Eksperimen lapangan seperti kelompok intervensi vs kontrol, atau simulasi interaktif, akan menunjukkan apakah peningkatan komunikasi nyata menurunkan tingkat kecelakaan. Hal ini menunjukkan perlunya riset lanjut dalam konteks sosial, menghubungkan temuan kualitatif menjadi rekomendasi praktis berbasis bukti.
  4. Studi Kondisi Situs dan Bahaya Lingkungan: Faktor kondisi lokasi dan blind spot menjadi penyebab kecelakaan. Sebagai rekomendasi, penelitian kuantitatif dapat memanfaatkan sensor dan pemantauan kondisi situs (misalnya sensor tanah, kamera 360°) untuk mengukur hubungan antara kondisi lingkungan (curah hujan, pengerjaan ruang sempit) dengan insiden kecelakaan. Misalnya, mengkorelasikan tingkat kejenuhan tanah (saturasi) dengan kecelakaan tergelincir. Penelitian juga bisa mengevaluasi efektivitas teknologi baru (sensor pintu, alarm blind spot) yang diukur lewat data kecelakaan. Pendekatan ini menambahkan variabel teknis dan lingkungan baru dalam kajian keselamatan alat berat, memperluas temuan kualitatif awal menjadi model prediktif untuk keselamatan lokasi.
  5. Penelitian Interdisipliner pada Faktor Manusia: Karena faktor manusia (negligence) sering muncul, direkomendasikan penelitian interdisipliner yang menggabungkan psikologi kerja dan keselamatan. Misalnya, studi eksperimental tentang efek kelelahan atau gangguan (telepon genggam) terhadap kinerja operator, menggunakan simulator atau data lapangan. Metode kuantitatif dapat melibatkan pengukuran waktu reaksi atau kesalahan operator di bawah kondisi tertentu. Keluarnya data semacam ini akan mengkuantifikasi seberapa besar pengaruh faktor manusia terhadap kecelakaan, memvalidasi temuan wawancara. Penelitian seperti ini menunjukkan perlunya metode pengukuran psikologis dan teknis untuk melengkapi pemahaman kualitatif tentang kelalaian operator.

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi X, Y, Z untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil.

Untuk detail lengkap dari riset ini, K Bedi et al 2021 IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 641 012007