Penjelasan Mengenai Ketahanan Pangan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana

01 Maret 2024, 10.10

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Food_isecurity_map_2010.png

Ketahanan pangan, juga dikenal sebagai jaminan pangan, merujuk pada ketersediaan pangan dan kemampuan individu untuk mengaksesnya. Ketika sebuah rumah tangga memiliki ketahanan pangan, berarti penghuninya tidak mengalami kelaparan atau hidup dalam ketakutan akan kelaparan. Faktor-faktor seperti kekeringan, gangguan dalam distribusi, kekurangan bahan bakar, instabilitas ekonomi, konflik, dan lain sebagainya dapat mengganggu ketahanan pangan. Evaluasi ketahanan pangan mencakup keswadayaan individu (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal, yang melibatkan berbagai risiko.

Komponen utama ketahanan pangan, menurut World Health Organization, meliputi ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan mencakup kemampuan memiliki pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar, sedangkan akses pangan melibatkan kemampuan untuk mendapatkan bahan pangan yang bernutrisi secara ekonomi dan fisik. Pemanfaatan pangan mencakup kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan tepat, sementara FAO menambahkan kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam jangka waktu yang panjang.

Di India, kebijakan pangan seperti subsidi yang diberikan oleh pemerintah berdampak pada akses masyarakat terhadap bahan pangan. Melalui sebuah rencana ambisius, pemerintah India berencana memberikan subsidi kepada dua pertiga populasi negara tersebut. Rencana ini akan memberikan lima kilogram bahan pangan berharga murah setiap bulannya kepada 800 juta penduduk miskin.

Pertumbuhan produksi pangan per kapita selalu meningkat sejak tahun 1961. Sumber: Food and Agriculture Organization.

Sejarah Singkat

Ketahanan pangan adalah kondisi yang berkaitan dengan ketersediaan pangan yang berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan telah ada sepanjang sejarah manusia. Misalnya, sejak 10.000 tahun yang lalu, lumbung padi Tiongkok berperan sebagai pusat peradaban Tiongkok kuno dan Mesir kuno. Pada masa kelaparan, masyarakat mengalami kesulitan hidup tanpa makanan yang cukup. Namun, konsep ketahanan pangan pada awalnya hanya dipahami pada tingkat nasional, di mana suatu negara dianggap memiliki ketahanan pangan jika produksi pangan meningkat untuk memenuhi permintaan dan menjaga stabilitas harga. Definisi baru mengenai ketahanan pangan diperkenalkan pada Konferensi Tingkat Tinggi Pangan Dunia pada tahun 1966. Definisi ini menekankan ketahanan pangan dari sudut pandang individu daripada negara.

Pilar Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan berkaitan dengan aspek produksi, distribusi, dan pertukaran pangan. Produksi pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepemilikan lahan, manajemen tanah, pemilihan dan manajemen tanaman pertanian, serta pemuliaan dan manajemen hewan ternak. Distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan. Infrastruktur dan teknologi penyimpanan pangan memengaruhi jumlah bahan pangan yang hilang selama proses distribusi. Akses pangan mengacu pada kemampuan seseorang untuk membeli dan mengalokasikan bahan pangan, serta faktor selera dan preferensi individu dan rumah tangga. Akses terhadap bahan pangan bergantung pada pendapatan, kepemilikan lahan, dan lokasi geografis. Pemanfaatan pangan dipengaruhi oleh keamanan pangan, penyediaan fasilitas kesehatan, sanitasi, dan edukasi tentang nutrisi dan penyiapan makanan. Stabilitas pangan mencakup kemampuan seseorang untuk mendapatkan bahan pangan secara konsisten selama periode waktu tertentu, baik dalam situasi transisi, musiman, maupun permanen. Stabilitas pangan merupakan tingkat tertinggi dalam kepemilikan atau penguasaan pangan, setelah ketahanan pangan dan kemandirian pangan.

Tantangan Menuju Ketahanan Pangan

  1. Erosi Tanah dan Degradasi Lahan: Proses erosi tanah oleh angin dan degradasi lahan akibat praktik pertanian intensif mengancam kesuburan tanah dan hasil panen. Sekitar 40% lahan pertanian dunia mengalami degradasi serius, yang jika terus berlanjut dapat mengakibatkan kekurangan pangan di beberapa wilayah, seperti yang terjadi di Afrika.

  2. Hama dan Penyakit: Penyakit tanaman seperti penyakit Ug99 pada gandum dapat mengakibatkan kerugian hasil panen hingga 100%, mengancam ketersediaan pangan. Pemanfaatan keanekaragaman genetika dapat membantu dalam menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit.

  3. Krisis Air Global: Penurunan tinggi muka air tanah akibat pemompaan berlebihan telah menyebabkan kelangkaan air di beberapa negara. Hal ini berpotensi menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan dan kenaikan harga pangan, seperti yang terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika.

  4. Perebutan Lahan: Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat, dengan beberapa negara atau perusahaan mengamankan lahan di negara lain untuk tujuan pertanian atau produksi biofuel. Ini dapat mengakibatkan persaingan yang lebih ketat dalam akses lahan untuk produksi pangan.

  5. Perubahan Iklim: Fenomena cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat akibat perubahan iklim. Ini akan berdampak pada produktivitas pertanian dan ketersediaan pangan di masa depan, serta dapat meningkatkan harga pangan. Daerah-daerah di sekitar Himalaya dan sungai-sungai besar seperti Ganga di India dapat terpengaruh secara signifikan oleh perubahan iklim, mengancam ketahanan pangan penduduk setempat.

Dampak dari tantangan ini dapat mengancam ketahanan pangan global dan memerlukan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang tepat untuk menjaga ketersediaan pangan di masa depan.


Dissadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan