Sungai Cimanuk sebagai Sumber Daya Air Strategis
Sungai Cimanuk merupakan salah satu sungai utama di Jawa Barat yang memiliki potensi besar sebagai sumber air baku untuk berbagai keperluan, mulai dari air minum, irigasi, hingga industri dan perikanan. Dengan aliran sepanjang 180 km dan daerah pengaliran seluas 3.557 km² yang melintasi lima kabupaten, sungai ini sangat vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun, perkembangan aktivitas manusia seperti industri, permukiman, dan pertanian berpotensi menurunkan kualitas air sungai. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara berkesinambungan dan penilaian terhadap kesesuaian air dengan peruntukannya menjadi sangat penting.
Pengambilan Sampel dan Evaluasi Kualitas Air
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air di empat titik strategis sepanjang sungai, mulai dari hulu (Bayongbong) hingga hilir (Jatibarang). Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di lapangan dan laboratorium, meliputi parameter fisika (suhu, pH, DO), kimia (BOD, COD, detergen, amonia, logam berat), dan biologi (kolitinja). Penilaian mutu air menggunakan metode STORET yang membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan SK Gubernur Jawa Barat No. 38 Tahun 1991.
Kondisi Kualitas Air dari Hulu ke Hilir
Oksigen Terlarut (DO) dan Indikator Organik
- DO di hulu Bayongbong berkisar 5,6–8,6 mg/L, memenuhi baku mutu (>3 mg/L).
- Di Sukaregang (area industri), DO menurun menjadi 4,7–7,7 mg/L.
- Di hilir Tomo dan Jatibarang, DO sedikit membaik dengan kisaran 4,6–8,1 mg/L.
- BOD dan COD meningkat di area industri Sukaregang dan Tomo, dengan BOD mencapai 15 mg/L dan COD hingga 90 mg/L, menandakan pencemaran organik yang cukup tinggi.
Parameter Kimia dan Logam Berat
- pH air relatif stabil antara 6–8,9, masih sesuai baku mutu.
- Detergen meningkat di hilir hingga 0,8 mg/L, melebihi batas 0,2 mg/L, indikasi limbah domestik.
- Amonia bebas mencapai 0,178 mg/L di Tomo, di atas batas 0,02 mg/L, berpotensi toksik bagi biota air.
- Logam mangan (Mn) dan seng (Zn) terdeteksi dengan kadar yang kadang melebihi ambang batas, terutama seng yang mencapai 0,094 mg/L (batas 0,02 mg/L).
Parameter Biologi: Kolitinja
- Jumlah kolitinja sangat tinggi, dari 1.200 hingga 8.000.000 jumlah/100 mL, jauh melebihi batas 2.000 jumlah/100 mL, menunjukkan pencemaran mikrobiologis serius yang berasal dari limbah domestik dan peternakan.
Penilaian Status Mutu Air
- Berdasarkan metode STORET dan baku mutu SK Gub. No. 38/1991, status mutu air di hulu Bayongbong adalah “cemar ringan” (skor -10), sedangkan di hilir Jatibarang “cemar sedang” (skor -12).
- Dengan klasifikasi PP No. 82/2001 kelas I, status mutu di hulu adalah “cemar sedang” dan di hilir “cemar berat”.
- Kelas II PP 82/2001 menunjukkan status “cemar sedang” dari hulu ke hilir.
- Secara umum, kualitas air menurun dari hulu ke hilir akibat akumulasi limbah dan aktivitas manusia.
Diskusi: Implikasi dan Tantangan Pengelolaan
Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun kualitas air di hulu relatif baik, penurunan kualitas di hilir cukup signifikan terutama akibat limbah industri dan domestik. Parameter BOD, COD, amonia, detergen, logam berat, dan kolitinja menjadi indikator utama pencemaran yang harus mendapat perhatian serius.
Fenomena ini sejalan dengan kondisi sungai besar lain di Jawa Barat seperti Citarum dan Cisadane, yang juga mengalami pencemaran berat akibat aktivitas manusia. Penanganan limbah dan pengelolaan daerah aliran sungai yang terpadu menjadi kunci keberhasilan menjaga kualitas air.
Rekomendasi dan Upaya Perbaikan
- Pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah industri dan domestik.
- Penerapan teknologi pengolahan limbah yang efektif.
- Edukasi masyarakat untuk tidak membuang limbah langsung ke sungai.
- Rehabilitasi daerah aliran sungai dengan penanaman vegetasi riparian.
- Pemantauan kualitas air secara berkala menggunakan metode STORET dan teknologi modern.
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Cimanuk secara umum masih memenuhi persyaratan untuk berbagai pemanfaatan di hulu, namun mengalami penurunan mutu menuju hilir akibat pencemaran organik, kimia, dan mikrobiologis. Status mutu air bervariasi dari cemar ringan hingga cemar berat tergantung lokasi dan klasifikasi baku mutu yang digunakan. Upaya pengelolaan terpadu dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya air ini demi keberlangsungan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Sumber Asli Artikel
Armaita Sutriati. “Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi Pemanfaatannya Studi Kasus: Sungai Cimanuk.” Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung.