Fenomena kekeringan pada musim kemarau akibat menurunnya sumber air tanah, seperti sumur, menjadi masalah serius di kawasan perumahan perkotaan. Sebaliknya, intensitas hujan yang tinggi saat musim penghujan sering menyebabkan banjir dan bencana lainnya. Dalam konteks ini, pemanenan air hujan (rainwater harvesting) menjadi solusi sederhana dan murah yang belum banyak diterapkan masyarakat, padahal sangat penting sebagai alternatif sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Paper karya Mohamad Haifan dkk. (2023) ini mengangkat penerapan sistem pemanen air hujan di salah satu rumah warga di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, dengan tujuan mengolah air hujan menjadi air bersih yang aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Metode dan Komponen Sistem Pemanen Air Hujan
Sistem pemanenan air hujan yang diterapkan terdiri dari tiga komponen utama:
- Catchment (Penangkap Air Hujan): Permukaan atap rumah yang berfungsi menangkap air hujan.
- Delivery System (Sistem Penyaluran): Talang dan pralon yang mengalirkan air hujan dari atap ke tempat penampungan.
- Storage Reservoir (Tempat Penyimpanan): Toran air berkapasitas 700 liter sebanyak empat buah, yang menampung air hujan sebelum diproses lebih lanjut.
Air hujan yang masuk ke toran pertama disaring melalui filter pertama untuk menghilangkan kotoran kasar, kemudian air diendapkan selama sekitar 2 jam. Selanjutnya air dialirkan ke filter kedua yang berada di lantai bawah untuk penyaringan lebih halus sebelum masuk ke proses elektrolisis.
Teknologi Elektrolisis untuk Pengolahan Air Hujan
Teknologi elektrolisis yang digunakan dikembangkan oleh Vincentius Kirjito dari Yayasan Bina Swadaya. Proses ini menggunakan arus listrik DC yang dialirkan ke air hujan untuk menghasilkan dua jenis air berdasarkan pH:
- Air dengan pH tinggi (basa) 11-13: Aman dan sehat untuk dikonsumsi.
- Air dengan pH rendah (asam) 4-7: Digunakan untuk perawatan luar, seperti perawatan kulit.
Air basa dan asam ditampung dalam bak terpisah, masing-masing dua bak untuk air basa dan satu bak untuk air asam.
Studi Kasus: Implementasi di Perumahan Villa Mutiara, Ciputat
Instalasi pemanen air hujan dipasang di rumah warga di Jl. Intan II BB 10-12, dengan empat toran air berkapasitas total 2800 liter. Air hujan yang jatuh di atap dialirkan melalui talang dan pralon ke toran, kemudian disaring dan diendapkan sebelum diproses elektrolisis.
Hasil Pemanfaatan
- Air hasil elektrolisis dengan pH tinggi digunakan oleh warga dan jamaah majelis taklim Al Amin untuk keperluan konsumsi sehari-hari.
- Air dengan pH rendah digunakan untuk perawatan kulit dan dipercaya memberikan manfaat kesehatan.
- Beberapa warga dari luar daerah seperti Ciputat, Ciledug, dan Serang datang untuk mengambil air hasil elektrolisis ini.
Analisis dan Manfaat Sistem
- Sederhana dan Murah: Teknologi yang digunakan tidak memerlukan keahlian khusus dan biaya relatif rendah sehingga mudah diterapkan di rumah tangga.
- Mengatasi Kekurangan Air: Sistem ini menjadi alternatif sumber air saat musim kemarau ketika sumur mulai kering.
- Kualitas Air Terjamin: Proses elektrolisis efektif membunuh mikroba dan meningkatkan pH air sehingga aman diminum.
- Manfaat Kesehatan: Air basa yang dihasilkan dipercaya menyehatkan dan air asam bermanfaat untuk perawatan luar.
- Pengurangan Risiko Banjir: Dengan memanen air hujan, limpasan air berkurang sehingga risiko banjir di kawasan perumahan dapat ditekan.
Kritik dan Saran Pengembangan
- Skala Terbatas: Sistem ini baru diterapkan di satu rumah, perlu pengembangan skala komunitas agar manfaat lebih luas.
- Pemeliharaan: Keberhasilan jangka panjang tergantung pada pemeliharaan filter dan sistem elektrolisis oleh pengguna.
- Edukasi Masyarakat: Perlu sosialisasi berkelanjutan agar masyarakat memahami pentingnya menjaga kebersihan atap dan penampungan.
- Pengembangan Teknologi: Integrasi sistem filtrasi tambahan dan monitoring kualitas air secara berkala akan meningkatkan keamanan air.
- Replikasi: Model ini dapat direplikasi di daerah lain dengan potensi curah hujan tinggi dan masalah kekurangan air tanah.
Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian sebelumnya oleh Yulistyorini (2011) dan Aryanto (2017) juga menegaskan pentingnya pemanenan air hujan sebagai alternatif pengelolaan sumber daya air di perkotaan. Studi di wilayah lain menunjukkan bahwa teknologi sederhana dan biaya rendah sangat efektif meningkatkan akses air bersih di rumah tangga.
Kesimpulan
Penerapan sistem pemanen air hujan dengan proses elektrolisis di Perumahan Villa Mutiara, Ciputat, memberikan solusi nyata atas masalah kekurangan air bersih di perkotaan. Sistem ini mudah diterapkan, murah, dan menghasilkan air yang aman dikonsumsi serta bermanfaat untuk kesehatan. Dengan pengelolaan yang baik dan edukasi masyarakat, teknologi ini berpotensi menjadi model konservasi air yang dapat dikembangkan di berbagai wilayah urban di Indonesia.
Sumber Artikel
Mohamad Haifan, Sri Handayani, Ismojo. “Penerapan Sistem Pemanen Air Hujan (Rain Water Harvesting) Skala Rumah Tangga: Studi Kasus di RT 004/01, Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.” Lentera Karya Edukasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3 No. 2, 2023, hlm. 63-72.