Penentu Inovasi Teknologi Konstruksi di Malaysia: Studi Strategis pada Sektor Konstruksi Berat

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

15 Mei 2025, 14.45

Unsplash.com

Pendahuluan

 

Dalam beberapa dekade terakhir, industri konstruksi Malaysia mengalami lonjakan signifikan, terutama pada proyek-proyek besar seperti KLIA, MRT, dan Jembatan Kedua Penang. Namun, di balik geliat pertumbuhan fisik tersebut, muncul pertanyaan besar: apakah perusahaan konstruksi lokal cukup inovatif dalam mengadopsi teknologi baru? Disertasi oleh Ng Weng Seng berjudul "The Determinants of Firms' Innovativeness on Construction Technology in Malaysian Heavy Construction Sector" (2012) mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan pendekatan kuantitatif dan komprehensif.

 

Fokus Penelitian dan Relevansi

 

Penelitian ini sangat relevan dalam konteks adopsi teknologi pada sektor konstruksi berat (heavy construction), yang sering kali dianggap konservatif dan lamban terhadap perubahan. Sementara sektor manufaktur telah lama menjadi fokus kajian inovasi, sektor konstruksi justru kurang mendapat sorotan, padahal kontribusinya terhadap PDB Malaysia sangat signifikan.

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan utama yang memengaruhi tingkat inovasi perusahaan, dengan fokus pada:

  • Struktur pasar
  • Karakteristik organisasi dan tugas
  • Lingkungan kompetitif industri
  • Jaringan kerja eksternal

 

Metodologi: Pendekatan Kuat dan Representatif

 

Studi ini menggunakan pendekatan survei dengan responden dari perusahaan Grade 7 yang terdaftar di CIDB—kategori tertinggi dalam klasifikasi kontraktor di Malaysia. Sebanyak 14 hipotesis diuji melalui teknik regresi berganda dan analisis faktor untuk menilai pengaruh masing-masing determinan terhadap tingkat inovasi.

 

Hasil Utama: Faktor Penentu Inovasi

1. Lingkungan Kompetitif Industri

Faktor ini memiliki pengaruh paling signifikan terhadap tingkat inovasi.

Perusahaan yang beroperasi di lingkungan kompetitif cenderung lebih adaptif terhadap teknologi baru.

Dua indikator penting: ketidakpastian lingkungan dan rivalitas kompetitif.

 

2. Jaringan Eksternal (External Cooperation Linkage)

Kolaborasi dengan universitas, pusat riset, dan lembaga pemerintah sangat menentukan keberhasilan adopsi inovasi.

Menariknya, kerja sama dengan universitas paling kuat pengaruhnya dibanding lembaga lainnya.

 

3. Karakteristik Organisasi dan Tugas

Jenis konstruksi, kehadiran serikat pekerja, dan intensitas manajemen turut memengaruhi inovasi.

Semakin kompleks proyek dan semakin tinggi keahlian SDM, semakin tinggi potensi adopsi teknologi.

 

4. Struktur Pasar

Fragmentasi industri dan lokasi operasi memiliki pengaruh, tetapi tidak sekuat dua faktor pertama.

 

Studi Statistik dan Validitas

 

Sebanyak 13 dari 14 hipotesis terbukti signifikan.

Skor reliabilitas (Cronbach's Alpha) tinggi untuk semua variabel.

Regresi berganda menguatkan bahwa variabel kompetisi industri dan jaringan eksternal adalah prediktor terkuat.

 

 

Studi Kasus dan Implikasi Nyata

 

Misalnya, perusahaan yang terlibat dalam proyek MRT lebih cenderung mengadopsi teknologi Building Information Modeling (BIM) dan sensor monitoring karena tuntutan teknis dan jadwal ketat. Perusahaan yang memiliki kerja sama dengan institusi seperti Universiti Teknologi Malaysia juga dilaporkan lebih progresif dalam inovasi material dan manajemen proyek.

 

Kritik dan Potensi Perbaikan

 

Keterbatasan geografis: Studi hanya fokus pada Malaysia, belum membandingkan dengan negara serumpun.

Keterbatasan data longitudinal: Studi ini bersifat cross-sectional, sehingga belum melihat tren jangka panjang.

Kurangnya integrasi dengan variabel budaya organisasi, yang juga diyakini memengaruhi inovasi.

 

Kaitan dengan Penelitian Sebelumnya

 

Temuan ini menguatkan teori Rogers tentang difusi inovasi, yang menekankan pentingnya konteks sosial dan jaringan dalam penyebaran teknologi. Juga sejalan dengan studi Aouad et al. (2010) tentang pentingnya kepemimpinan dan kerja sama lintas sektor dalam mempercepat inovasi konstruksi.

 

Relevansi dengan Tren Global

 

  • Smart Construction dan Digital Twin kini menjadi arus utama dalam pembangunan infrastruktur global.
  • Negara seperti Singapura dan Jepang lebih maju karena fokus pada kolaborasi triple helix (pemerintah-industri-akademisi).
  • Malaysia perlu memperkuat ekosistem inovasinya melalui insentif riset dan pembentukan pusat teknologi konstruksi.

 

Kesimpulan: Membangun Inovasi dari Dalam

 

Disertasi ini menyimpulkan bahwa tingkat inovasi perusahaan konstruksi berat di Malaysia tidak hanya ditentukan oleh ukuran atau lokasi perusahaan, tetapi lebih pada sejauh mana mereka mampu bersaing di lingkungan dinamis dan membangun kerja sama yang aktif dengan pihak luar. Inovasi bukanlah hasil dari kebetulan, tetapi buah dari strategi, kolaborasi, dan adaptasi.

 

Referensi

 

Ng, W. S. (2012). The Determinants of Firms’ Innovativeness on Construction Technology in Malaysian Heavy Construction Sector. Universiti Utara Malaysia.