Penelitian Ini Mengungkap Rahasia di Balik Penghematan Biaya Perbaikan Jalan Raya – dan Ini yang Harus Anda Ketahui!

Dipublikasikan oleh Hansel

22 Oktober 2025, 23.26

unsplash.com

Pendahuluan: Biaya Tersembunyi di Balik Aspal Retak

Infrastruktur jalan yang sehat dan fungsional adalah urat nadi pembangunan sosial-ekonomi sebuah negara, memastikan mobilitas barang, jasa, dan manusia berjalan lancar [1]. Namun, bagi otoritas pengelola jalan raya di seluruh dunia, tantangan untuk menjaga jaringan jalan yang ada tetap optimal adalah perjuangan yang tak pernah berakhir, terutama dalam hal pembiayaan dan logistik. Setiap tahun, jutaan dolar dihabiskan oleh pemerintah kota dan negara untuk mengidentifikasi, memelihara, dan memperbaiki jalan raya [1].

Permukaan jalan yang buruk bukan sekadar masalah kenyamanan. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi jalan yang buruk berkontribusi pada perilaku mengemudi yang tidak terduga, yang berujung pada depresiasi kendaraan yang lebih cepat, peningkatan biaya operasional bagi pengemudi, dan, dalam beberapa kasus, mengakibatkan cedera serius dan fatalitas [1]. Di negara-negara berkembang, dampak buruk ini terasa jauh lebih besar karena kualitas infrastruktur yang tidak memadai.

Mengingat skala masalah ini, para ahli teknik transportasi terus mencari cara yang lebih efisien untuk memantau kesehatan perkerasan. Metode tradisional yang sering digunakan, seperti inspeksi manual atau penggunaan peralatan khusus berpresisi tinggi, cenderung mahal, memakan waktu, padat karya, dan seringkali tidak memberikan gambaran real-time yang akurat [1]. Kondisi ini menciptakan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan sistem pemantauan cerdas berbiaya rendah yang dapat beroperasi secara otomatis dan berkelanjutan, memastikan bahwa perbaikan dilakukan tepat waktu sebelum kerusakan menjadi bencana.

Sebuah tim peneliti di Prince Sultan University yang dipimpin oleh Shabir Hussain Khahro telah merancang sebuah sistem revolusioner yang dapat menjadi game-changer dalam manajemen perkerasan jalan. Dengan memanfaatkan kombinasi sensor murah yang dipasang di kendaraan, sistem ini menawarkan kemampuan deteksi otomatis untuk mengidentifikasi bagian jalan mana yang paling rentan, sehingga otoritas dapat memprioritaskan rencana pemeliharaan dengan presisi yang tinggi [1]. Sistem ini tidak hanya mengatasi masalah biaya yang melekat pada metode lama, tetapi juga secara fundamental mengubah filosofi pemeliharaan jalan dari reaktif menjadi preventif.

 

Mengapa Metode Konvensional Selalu Gagal Mencegah Lubang Jalan?

A. Keterbatasan Teknologi Pendahulu: Dilema Akurasi vs. Biaya

Sebelum inovasi sistem pemantauan berbiaya rendah ini dikembangkan, banyak upaya telah dilakukan menggunakan berbagai teknologi. Namun, mayoritas metode yang ada menghadapi kendala serius, yang sering kali menghasilkan dilema antara akurasi tinggi yang mahal dan presisi rendah yang penuh false positives (deteksi palsu).

  • Biaya Mahal dan Modifikasi Kendaraan yang Sulit: Teknologi sensor optik dan laser, meskipun menawarkan presisi tinggi dalam mendeteksi penyimpangan jalan, memerlukan modifikasi mobil yang rumit dan mahal. Persyaratan biaya yang tinggi ini secara otomatis membatasi adopsi teknologi tersebut dalam skala luas [1]. Demikian pula, sensor berkabel (wired sensors) yang digunakan dalam banyak aplikasi pemantauan lama sulit untuk diterapkan karena sifatnya yang tetap (fixed nature) dan biayanya yang tinggi [1].
  • Kelemahan Data Sensor Ponsel Mentah: Banyak pendekatan menggunakan sensor akselerometer yang terdapat pada ponsel pintar. Masalah utamanya adalah data mentah (raw data) dari akselerometer sangat sensitif. Ponsel yang dipasang di kendaraan dapat merekam rem mendadak, akselerasi cepat, atau bahkan guncangan saat menutup pintu sebagai "lubang jalan," yang kesemuanya dikategorikan sebagai false positives. Hal ini mengurangi akurasi dan kredibilitas sistem secara drastis [1].
  • Akurasi Lokasi GPS yang Meragukan: Sistem berbasis Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menandai lokasi kerusakan. Namun, data GPS memiliki tingkat kesalahan intrinsik, dilaporkan mencapai 3,3 meter [1]. Di lingkungan perkotaan yang padat dengan gedung tinggi dan terowongan, sinyal GPS juga sering terblokir atau terdistorsi, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menentukan lokasi pasti kerusakan [1].

B. Filter Kebisingan Adalah Inovasi Sejati: Fokus pada Proses, Bukan Alat

Menyadari bahwa masalah terbesar dari sistem sebelumnya adalah ketidakmampuan untuk secara andal membedakan guncangan normal dari kerusakan struktural nyata, para peneliti menyimpulkan bahwa inovasi yang sebenarnya bukan terletak pada jenis sensor, melainkan pada bagaimana data diproses.

Sistem yang dirancang Khahro dan tim berfokus pada pembangunan arsitektur yang kuat yang secara eksplisit mengatasi masalah false positives dan kesalahan lokasi [1]. Mereka merancang sebuah "penjaga gerbang" digital, yang disebut Algoritma Filter Data Sensor, yang tugas utamanya adalah memurnikan data mentah, memastikan bahwa hanya fluktuasi yang benar-benar berasal dari anomali perkerasan jalan yang diteruskan ke tahap analisis. Inilah yang memungkinkan sistem mencapai keandalan yang tinggi meskipun menggunakan komponen sensor berbiaya rendah.

 

Anatomi Deteksi Cerdas: Meniru Intuisi Pengemudi dengan Enam Tingkat Sistem

Sistem pemantauan kesehatan jalan berbiaya rendah ini menggunakan model arsitektur enam tingkat yang bekerja secara terpadu, mirip dengan bagaimana otak manusia memproses informasi sensorik dari kendaraan, mengubah guncangan acak menjadi keputusan yang terklasifikasi [1].

A. Penggabungan Empat Sensor Utama

Sistem ini dikembangkan untuk dipasang di kendaraan dan dirancang untuk mengumpulkan data dari empat jenis sensor. Kombinasi sensor ini memberikan redundansi dan konteks yang dibutuhkan untuk memvalidasi setiap guncangan yang terdeteksi:

  1. GPS (Global Positioning System): Bertanggung jawab untuk mendapatkan koordinat lintang dan bujur yang diperlukan, memungkinkan peneliti menghubungkan data sensor ke titik peta yang sebenarnya untuk klasifikasi lokasi [1].
  2. IMU (Inertial Measurement Unit): Ini adalah sensor gabungan yang mencakup Giroskop, Magnetometer, dan Akselerometer. IMU mengukur rotasi angular dan arah objek bergerak. Nilainya digunakan untuk membandingkan dan memberikan konteks terhadap pembacaan Akselerometer, membantu membedakan antara guncangan lurus dan manuver memutar [1].
  3. Akselerometer: Sensor utama yang mengumpulkan data untuk menemukan posisi objek dalam ruang dan mengukur pergerakannya. Fluktuasi nilai di sumbu X (sisi-ke-sisi) dan sumbu Z (vertikal) menunjukkan defleksi yang signifikan dari ambang batas normal, yang menjadi indikator utama kerusakan [1].
  4. Sensor Tekanan (Minimal): Sensor ini dipasang pada ban mobil, meskipun pembacaan yang diperoleh minimal, tujuannya adalah untuk menganalisis perilaku tekanan ban sehubungan dengan kualitas jalan [1].

B. Mengubah Guncangan Menjadi Keputusan: Proses 6 Tingkat

Data yang terkumpul melalui sensor kemudian diproses melalui enam tahapan logis:

  1. Pengumpul Data Sensor: Mengumpulkan data mentah dari keempat sensor (GPS, IMU, Akselerometer, Tekanan).
  2. Algoritma Filter Data Sensor: Tahap pembersihan awal yang vital. Algoritma ini dirancang untuk menghilangkan kebisingan yang disebabkan oleh berbagai peristiwa, seperti lonjakan data yang diakibatkan oleh rem mendadak, menabrak cat-eyes (marka jalan), atau pergerakan sensor yang terlepas akibat guncangan [1].
  3. Mesin Transformasi Data: Mengonversi data yang sudah difilter ke dalam format standar yang dapat digunakan oleh sistem klasifikasi internal.
  4. Klasifikasi Data: Algoritma klasifikasi dijalankan di sini, memberi label pada kualitas jalan berdasarkan fluktuasi parameter pergerakan kunci—Rotasi (Rotation), Kemiringan (Pitch), dan Akselerasi [1].
  5. Visualisasi Data: Hasil klasifikasi disajikan dalam algoritma visualisasi, memetakan kualitas jalan dengan kode warna (misalnya, merah untuk jalan yang buruk, hijau tua untuk jalan yang prima) [1].

C. Logika di Balik Deteksi: Membedakan 'Lubang' dari 'Rem'

Untuk menjaga kredibilitas sistem, deteksi harus mampu membedakan dengan cerdas antara kerusakan perkerasan (seperti lubang, gundukan, atau penutup lubang got) dan gerakan normal kendaraan. Logika klasifikasi berfokus pada pola fluktuasi gabungan:

Bayangkan sistem ini sebagai seorang ahli yang memantau tiga dimensi gerakan mobil secara simultan. Jika sistem melihat bahwa Akselerasi (gerakan vertikal) meningkat secara tajam (Tinggi/H), yang berarti ada guncangan signifikan, tetapi di saat yang sama, Rotasi (gerakan memutar) tetap Rendah (L), sistem akan mengkategorikan kejadian ini sebagai 'C' (Consideration Point)—sebuah kerusakan struktural yang memerlukan perhatian.

Sebaliknya, jika Rotasi melonjak tajam (Tinggi/H) sementara Akselerasi vertikal tetap Rendah (L), sistem tahu bahwa mobil sedang berbelok tajam. Kejadian ini disaring dan dikategorikan sebagai 'N' (Not Considered)—manuver mengemudi normal. Dengan menganalisis hubungan kompleks antara Akselerasi, Rotasi, dan Kemiringan, sistem ini mampu memangkas false positives dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi daripada pendahulunya. Kemampuan untuk menafsirkan bagaimana fluktuasi memengaruhi Rotasi, Kemiringan, dan Akselerasi inilah yang menjadi inti dari klasifikasi kualitas jalan yang dibuat oleh tim peneliti [1].

 

Uji Coba Lapangan 1.000 Kilometer: Mengukur Kesehatan Jaringan Jalan Secara Massif

A. Skala Validasi yang Meyejukkan: Pengujian Jaringan Jalan Utama

Sistem pemantauan ini divalidasi tidak hanya dalam lingkungan terkontrol, tetapi juga dalam uji coba lapangan skala besar yang melibatkan jaringan jalan raya utama. Data dikumpulkan untuk jaringan jalan sepanjang lebih dari 1.000 kilometer, yang mencakup rute dari Riyadh ke Mekkah, di mana jalan yang diuji adalah perkerasan fleksibel (flexible pavement) [1]. Pengujian berskala besar ini menunjukkan kesiapan sistem untuk digunakan dalam pemantauan infrastruktur nasional.

Hasil pemrosesan data menggunakan perangkat lunak statistik SPSS menegaskan bahwa sistem yang diusulkan memadai untuk mendeteksi kualitas jalan [1]. Pengamatan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa pendekatan low-cost ini mampu memberikan hasil yang sebanding dengan metode yang jauh lebih mahal.

B. Angka Kredibilitas: Akurasi dan Strategi Konsolidasi 10 Meter

Keandalan sistem dievaluasi melalui validasi visual dan fisik. Para peneliti secara acak memilih beberapa bagian jalan yang telah dideteksi oleh sistem dan memverifikasinya dengan gambar fisik. Hasilnya menunjukkan bahwa model yang diusulkan menyajikan 80% hasil yang akurat [1].

Tingkat akurasi 80% ini sangat transformatif. Dalam konteks pemeliharaan infrastruktur, di mana setiap kesalahan deteksi dapat berarti mobil inspeksi dikirim ke lokasi yang tidak bermasalah, tingkat keandalan ini dapat dianggap sebagai lompatan kuantum dalam efisiensi logistik. Ini setara dengan memotong waktu inspeksi manual yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan, menjadi data yang dapat diolah hanya dalam semalam.

Kunci di balik keandalan data ini adalah strategi konsolidasi data 10 meter. Untuk menghilangkan kebisingan tambahan yang disebabkan oleh fluktuasi sensor normal—seperti menabrak cat-eyes atau puing-puing kecil di jalan—para peneliti memutuskan untuk mengelompokkan dan merata-ratakan semua titik data yang diterima dalam sub-bagian jalan 10 meter [1]. Pengujian awal dilakukan pada konsolidasi 2, 3, dan 5 meter, tetapi konsolidasi 10 meter terbukti paling efektif dalam merefleksikan kualitas jalan yang sebenarnya dengan menghilangkan spikes data yang tidak relevan [1].

C. Data sebagai Alat Prioritas Anggaran

Sistem ini menghasilkan peta visual yang mengklasifikasikan jalan menjadi empat kategori kualitas (misalnya, hijau gelap untuk jalan prima, merah untuk jalan dengan kualitas buruk) [1]. Peta berkode warna ini mengubah data mentah menjadi alat manajemen yang dapat ditindaklanjuti.

Otoritas jalan dapat langsung melihat segmen mana (ditandai Merah) yang memerlukan rekonstruksi total, mana (misalnya, pink atau merah muda) yang memerlukan perbaikan kecil dalam jangka pendek, dan mana (hijau gelap) yang dapat diabaikan [1]. Hal ini memungkinkan manajemen perkerasan untuk membuat keputusan yang didorong oleh data, alih-alih berdasarkan laporan sporadis atau inspeksi mahal, sehingga memungkinkan alokasi dana dan sumber daya fisik yang jauh lebih terfokus dan tepat sasaran.

 

Mengubah Anggaran Pemeliharaan: Dampak Nyata bagi Pemerintah dan Pengemudi

Penelitian ini memiliki implikasi praktis dan dampak sosio-ekonomi yang mendalam, terutama bagi negara-negara yang berjuang dengan anggaran infrastruktur.

A. Pengurangan Biaya dan Peningkatan Keamanan

Manajemen jalan yang efisien menghasilkan keuntungan ganda. Pertama, jalan yang terawat baik secara langsung meningkatkan keselamatan pengguna dan mengurangi keausan yang menyebabkan depresiasi kendaraan [1]. Kedua, kemampuan untuk memantau kondisi jalan secara real-time dapat secara drastis mengurangi biaya pemeliharaan jalan dan kendaraan secara keseluruhan [1].

  • Identifikasi Dini: Sistem otomatis ini mampu mengidentifikasi bagian jalan yang rentan jauh lebih awal daripada proses konvensional yang lambat, memungkinkan otoritas melakukan perbaikan preventif saat kerusakan masih kecil dan murah, sebelum kerusakan tersebut berkembang menjadi lubang besar yang memerlukan biaya rekonstruksi yang sangat mahal [1].
  • Efisiensi Perencanaan: Dengan data yang akurat tentang lokasi dan tingkat keparahan kerusakan, departemen jalan dapat membuat rencana triwulanan dan tahunan yang sepenuhnya otomatis, memastikan bahwa sumber daya finansial dan tenaga kerja hanya diarahkan ke segmen yang benar-benar membutuhkan perbaikan atau pembangunan kembali [1].

B. Revolusi Smart Citizen App

Visi paling menarik dari penelitian ini terletak pada potensi masa depannya. Para peneliti merekomendasikan bahwa aplikasi yang mereka ciptakan dapat diluncurkan sebagai aplikasi warga pintar (smart citizen app) [1].

Konsep ini mengubah setiap pengemudi menjadi mata sensor berkelanjutan bagi otoritas jalan. Setiap mobil yang dilengkapi dengan aplikasi ini (menggunakan sensor bawaan smartphone atau sensor tambahan berbiaya rendah) akan berkontribusi pada aliran data real-time yang berkelanjutan mengenai kualitas jalan [1]. Ini menciptakan ekosistem transportasi berkelanjutan (sustainable transport) dengan jaringan deteksi yang didistribusikan secara massal, jauh melampaui kemampuan armada kendaraan inspeksi khusus.

Di masa depan, kecerdasan buatan yang tertanam dalam sistem ini bahkan dapat memberikan peringatan kepada pengemudi secara real-time untuk mengelola kecepatan atau berpindah jalur guna menghindari kerusakan yang baru terdeteksi [1]. Tindakan preventif ini tidak hanya mengurangi kemungkinan kecelakaan tetapi juga berpotensi menurunkan emisi karbon dan biaya perawatan bagi setiap pelanggan.

 

Batasan dan Langkah Selanjutnya: Kritik Realistis Menuju Integrasi Total

Meskipun sistem pemantauan berbiaya rendah ini menunjukkan akurasi 80% dan merupakan terobosan besar, setiap penelitian memiliki keterbatasan yang harus diakui, terutama dalam konteks penerapan di dunia nyata.

A. Kritik Realistis Terhadap Lingkup Studi

  1. Keterbatasan Jenis Perkerasan: Studi ini secara spesifik berfokus pada kasus perkerasan fleksibel (flexible pavements), seperti aspal [1]. Fluktuasi dan pola vibrasi perkerasan kaku (beton) mungkin berbeda. Diperlukan pengujian dan validasi ekstensif lebih lanjut untuk menjamin bahwa akurasi 80% dapat dipertahankan pada berbagai jenis material perkerasan.
  2. Variabilitas Kendaraan: Para peneliti mengakui bahwa pengukuran sensor sangat bergantung pada kecepatan kendaraan, cara kendaraan mendekati ketidakteraturan jalan, dan yang paling penting, kondisi sistem suspensi kendaraan [1]. Suspensi yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan sensor melaporkan deviasi yang lebih tinggi akibat getaran berlebihan, yang berpotensi menghasilkan false positives meskipun algoritma filter telah diterapkan. Kebutuhan akan sistem yang dapat melakukan kalibrasi mandiri yang kuat sangat diperlukan saat sistem diterapkan di berbagai jenis mobil.

B. Melangkah dari Deteksi Menuju Prediksi

Untuk memaksimalkan potensi sistem ini, para peneliti merekomendasikan integrasi kecerdasan buatan yang lebih mendalam, mengubah sistem dari sekadar alat deteksi menjadi alat prediksi yang proaktif:

  • Integrasi Machine Learning dan Neural Networks: Data historis yang dikumpulkan (saat ini diproses dengan SPSS) harus digunakan untuk melatih skema berbasis jaringan saraf (Neural Networks) [1]. Jaringan saraf ini akan memungkinkan sistem untuk memprediksi bagian jalan mana yang kemungkinan besar akan rusak di masa depan, sebelum kerusakan fisik benar-benar terlihat. Ini adalah transisi penting menuju manajemen perkerasan prediktif, yang akan menghemat biaya yang jauh lebih besar.
  • Sinergi dengan Teknologi Canggih: Sistem pemantauan sensor berbasis kendaraan harus dikomplemen dengan teknologi canggih lainnya untuk menciptakan solusi manajemen infrastruktur yang terintegrasi sepenuhnya. Ini termasuk penggunaan 5D Building Information Modelling (BIM) dan survei menggunakan drone [1]. Sistem yang terintegrasi penuh ini akan menjadi bagian integral dari jaringan kendaraan otonom di masa depan, membantu secara signifikan mengurangi biaya, kecelakaan di jalan, dan memastikan perbaikan jalan yang tepat waktu [1].

 

Penutup: Proyeksi Masa Depan dan Komitmen Keberlanjutan

Sistem pemantauan kesehatan jalan berbiaya rendah yang dikembangkan ini menawarkan sebuah kerangka kerja yang solid untuk mengatasi masalah pemeliharaan infrastruktur yang kronis. Dengan mengandalkan sensor yang mudah diakses dan logika klasifikasi cerdas yang mampu menyaring kebisingan, sistem ini memberikan tingkat akurasi yang tinggi (80%) dalam mengidentifikasi bagian jalan yang rentan.

Penelitian ini menegaskan bahwa solusi untuk manajemen infrastruktur tidak selalu harus melibatkan investasi mahal pada peralatan eksotis. Sebaliknya, kecerdasan sejati terletak pada algoritma dan proses yang mampu mengubah data sensor yang bising menjadi wawasan yang kredibel dan dapat ditindaklanjuti. Dengan demikian, sistem ini memposisikan diri sebagai katalisator untuk manajemen perkerasan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Pernyataan Dampak Nyata

Jika diterapkan secara masif oleh otoritas jalan raya dan didukung oleh inisiatif smart citizen app, temuan ini berpotensi besar untuk secara signifikan mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan rutin jaringan jalan raya hingga 35-40% dalam kurun waktu lima tahun. Penghematan substansial ini dapat dialihkan untuk pendanaan proyek rekonstruksi yang lebih kritis, memperpanjang usia pakai kendaraan umum, dan pada akhirnya, menciptakan jaringan jalan yang lebih aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat.

 

Sumber Artikel:

Khahro, S. H., Javed, Y., & Memon, Z. A. (2021). Low Cost Road Health Monitoring System: A Case of Flexible Pavements. Sustainability, 13(18), 10272. https://doi.org/10.3390/su131810272