Mengapa Temuan Ini Bisa Mengubah Dunia? Peta Jalan Menuju Tata Kelola Berbasis Sains
Infrastruktur jalan adalah tulang punggung fundamental yang menopang pergerakan barang, jasa, dan sumber daya, menjadi pilar penting bagi berfungsinya ekonomi global.1 Pemeliharaan yang tepat pada rute transportasi, khususnya perkerasan, tidak hanya menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna, tetapi juga sangat penting untuk meminimalkan biaya operasional yang terkait dengan kerusakan dini.1
Namun, di banyak wilayah, termasuk Peru, terdapat defisiensi signifikan: negara ini kekurangan sistem pemantauan yang efisien dan akurat untuk menilai infrastruktur secara berkala.1 Kurangnya sistem ini menghambat perencanaan konservasi jalan yang terstruktur dan berdampak negatif pada durabilitas jalan, yang pada akhirnya meningkatkan biaya operasional jangka panjang.1
Masalah ini menjadi sangat akut di tingkat pemerintah lokal. Pemerintahan kotamadya sering kali memiliki sumber daya ekonomi yang terbatas. Mereka kesulitan membeli dan mengoperasikan peralatan pengujian konvensional yang mahal untuk mengukur kondisi jalan.1 Akibatnya, pemeliharaan sering kali bersifat reaktif—menunggu kerusakan besar terjadi—bukan prediktif.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Laura Fabiana Jáuregui Gallegos dan timnya berupaya menutup kesenjangan pengetahuan ini. Studi yang berfokus pada manajemen pemeliharaan jalan lokal—yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah—mengajukan proposal inovatif: penggunaan teknologi cerdas yang efisien, efektif, dan berbiaya rendah.1
Penelitian ini membandingkan metode konvensional (Merlin Roughness Meter dan Inspeksi Visual) dengan teknologi canggih (aplikasi Roadroid dan drone DJI Mavic 2 Pro) pada ruas jalan AR-780 Polobaya di Arequipa, Peru.1 Tujuannya adalah memberikan alternatif komprehensif kepada pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi fungsional (Indeks Kekasaran Internasional/IRI) dan evaluasi permukaan (Indeks Kondisi Perkerasan/PCI) dengan keputusan yang didasarkan pada sains, dan dengan demikian berkontribusi pada kesejahteraan penduduk.1
Fokus utama studi ini adalah pergeseran filosofi pengelolaan infrastruktur. Dengan data yang cepat dan murah, pemerintah lokal yang sebelumnya hanya mampu melakukan pemeliharaan reaktif kini dapat mengidentifikasi masalah pada tahap awal, mencegah kegagalan kecil berkembang menjadi masalah struktural yang membutuhkan biaya rehabilitasi puluhan kali lipat lebih besar. Hal ini adalah kunci untuk memaksimalkan anggaran terbatas dan mencapai manajemen jaringan jalan yang berkelanjutan.1
Revolusi Data di Tangan Pemerintah Daerah: Menguji Akurasi Aplikasi dan Drone
Akurasi adalah syarat mutlak agar teknologi cerdas dapat menjadi sumber tepercaya di media massa. Penelitian ini menetapkan bahwa alat digital berbiaya rendah dapat mereplikasi hasil alat konvensional yang mahal dengan korelasi yang hampir sempurna, menjadikannya valid untuk kepatuhan standar global.
Validasi Indeks Kekasaran (IRI) dengan Aplikasi Roadroid
Indeks Kekasaran Internasional (IRI) adalah standar global untuk mengukur kehalusan permukaan perkerasan.1 Secara tradisional, pengukuran IRI dilakukan menggunakan peralatan khusus seperti Merlin Roughness Meter. Studi ini membandingkan metode tersebut dengan aplikasi Roadroid, yang memanfaatkan akselerometer smartphone yang terpasang di kendaraan.1
Hasilnya menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara kedua metode ini:
- Lajur Kanan: Nilai kekasaran rata-rata Roadroid ($1.57~m/km$) dibandingkan dengan Merlin ($1.63~m/km$), menghasilkan variasi rata-rata hanya 4.007%.1
- Lajur Kiri: Nilai Roadroid ($1.56~m/km$) dibandingkan dengan Merlin ($1.7~m/km$), dengan variasi rata-rata 8.71%.1
Secara statistik, koefisien determinasi ($R^{2}$) yang diperoleh mencapai 0.997 untuk lajur kanan dan 0.998 untuk lajur kiri.1 Nilai $R^{2}$ yang mendekati 1.0 ini mengindikasikan bahwa data yang dihasilkan Roadroid memiliki hubungan linear yang sangat kuat dengan hasil yang diperoleh dari alat konvensional, membuktikan keandalannya.
Implikasi fungsionalnya sangat penting. Meskipun ada sedikit variasi numerik, kedua metode secara konsisten mengklasifikasikan Indeks Kelayakan Layanan Saat Ini (PSI) jalan AR-780 sebagai "GOOD" (Baik). Kesamaan kualitatif ini memvalidasi Roadroid sebagai alat yang dapat diandalkan untuk memantau kondisi fungsional jalan secara cepat.1
Validasi Indeks Kondisi Perkerasan (PCI) dengan Drone DJI Mavic 2 Pro
Indeks Kondisi Perkerasan (PCI) mengukur kerusakan struktural dan permukaan, yang secara konvensional membutuhkan inspeksi visual manual yang memakan waktu lama.1 Penelitian ini membandingkan inspeksi visual dengan analisis fotogrametri dari drone DJI Mavic 2 Pro, yang terbang pada ketinggian 50 meter dan mengambil gambar dengan tumpang tindih 70%.1
Hasil perbandingan PCI untuk ruas jalan 2 km menunjukkan:
- Akurasi Tinggi untuk Pemantauan: PCI rata-rata konvensional adalah 76.75, sementara PCI rata-rata drone adalah 82.04.1 Variasi rata-rata antara kedua metodologi tersebut hanya 6.89%.1 Kedua metode mengklasifikasikan kondisi jalan sebagai "VERY GOOD".1
Namun, tim peneliti mencatat temuan krusial yang mengejutkan: meskipun cepat dan berbiaya rendah, metode visual konvensional masih memberikan akurasi dan detail yang lebih besar untuk diagnosis kegagalan perkerasan. Keterbatasan ini berasal dari fakta bahwa drone komersial yang digunakan tidak memiliki presisi sumbu Z (sumbu vertikal) milimetrik yang diperlukan untuk mengukur deformasi perkerasan secara spesifik, seperti kedalaman alur.1 Oleh karena itu, drone paling optimal digunakan sebagai alat triage (pemilahan) cepat, bukan pengganti mutlak untuk diagnosis presisi tinggi.
Lonjakan Efisiensi yang Mengejutkan Peneliti: Waktu dan Biaya yang Hilang
Lompatan efisiensi yang ditawarkan oleh teknologi cerdas ini adalah faktor yang paling transformatif bagi pemerintah daerah yang beroperasi dengan anggaran terbatas. Data menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya sedikit lebih cepat atau lebih murah, tetapi secara fundamental mengubah skala waktu dan biaya yang diperlukan untuk evaluasi.
Efisiensi Waktu: 60 Kali Lebih Cepat Seperti Pengisian Daya Instan
Efisiensi waktu dalam pengumpulan data adalah keunggulan utama teknologi cerdas.
1. Kecepatan Roadroid (IRI)
Metode konvensional Merlin Roughness Meter hanya memiliki kinerja 1 kilometer per jam ($1~km/h$).1
Sebaliknya, aplikasi Roadroid—dioperasikan dari kendaraan yang bergerak—mencapai kinerja $1.08~km/min$.1
Perbedaan ini menempatkan Roadroid 60 kali lebih cepat daripada metode Merlin.1 Lompatan efisiensi ini setara dengan peningkatan kapasitas pemantauan tahunan dari 1 km jalan menjadi 60 km dalam waktu kerja yang sama.
2. Kecepatan Drone (PCI)
Untuk evaluasi PCI yang intensif, studi di Arequipa menunjukkan bahwa inspeksi visual manual membutuhkan waktu 30 jam untuk mencakup seluruh area penelitian.1
Dengan menggunakan drone, proses pengumpulan dan analisis data dapat diselesaikan hanya dalam 3 jam.1
Penggunaan drone terbukti 10 kali lebih cepat daripada inspeksi visual.1 Waktu kerja yang dihemat ini dapat dialihkan oleh tim teknik sipil ke kegiatan yang menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti perencanaan detail dan pengawasan perbaikan fisik.
Penghematan Biaya: Kontribusi Nyata terhadap Anggaran Daerah
Efisiensi waktu berbanding lurus dengan penghematan biaya, yang memberikan margin profitabilitas positif bagi pemerintah daerah.
A. Pengurangan Biaya Roadroid
Analisis biaya per kilometer menunjukkan bahwa evaluasi IRI dengan Merlin mencapai S/ 901.40 Soles, sementara Roadroid hanya S/ 681.29 Soles.1
Hal ini berarti Roadroid 24.42% lebih hemat biaya per kilometer dibandingkan alat konvensional.1
B. Penguranan Biaya Drone
Pengurangan biaya yang paling signifikan terlihat pada pengukuran PCI. Inspeksi visual konvensional memakan biaya S/ 1,422.73 Soles per kilometer, sedangkan metode drone hanya S/ 375.00 Soles per kilometer.1
Penggunaan drone menghasilkan 73.64% penghematan biaya per kilometer dibandingkan inspeksi visual.1
Penghematan dramatis sebesar 73.64% pada pengukuran PCI secara fundamental mengubah alokasi anggaran. Anggaran yang sebelumnya terperangkap dalam proses monitoring yang lambat dan mahal kini dapat dibebaskan dan dialihkan langsung untuk pekerjaan perbaikan fisik, seperti pembelian material dan pelaksanaan konstruksi. Ini adalah mekanisme kunci untuk memaksimalkan anggaran operasional.
Mengkritisi Batasan dan Strategi Intervensi yang Tepat
Meskipun data sangat mendukung adopsi teknologi cerdas, laporan yang kredibel harus menyertakan kritik realistis mengenai di mana batas teknologi ini berada dan bagaimana cara mengintegrasikannya secara bijak.
Keterbatasan Drone dan Pentingnya Detail Millimetrik
Kritik utama terletak pada presisi pengukuran PCI. Perbedaan akurasi sebesar 6.89% antara metode konvensional dan drone 1 disebabkan oleh ketidakmampuan drone komersial untuk mencapai presisi yang diperlukan pada sumbu Z.1 Dalam teknik sipil, detail milimetrik sering diperlukan untuk mendiagnosis keparahan kegagalan struktural, seperti retakan yang sangat halus atau kedalaman alur.
Opini dan Kritik Realistis
Oleh karena itu, teknologi drone tidak boleh dipandang sebagai pengganti total untuk metode presisi tinggi, melainkan sebagai alat triage jaringan jalan yang sangat efisien. Hasil yang diperoleh dari drone dapat dioptimalkan jika dilengkapi dengan survei perataan topografi, yang dapat memberikan akurasi sumbu Z yang hilang.
Strategi Triage dan Prioritas Intervensi
Data PCI adalah panduan manajemen yang menentukan apakah unit jalan memerlukan maintenance (pemeliharaan) atau rehabilitation (rehabilitasi struktural).1 Analisis pada jalan AR-780 menunjukkan bahwa kedua metode memiliki perbedaan dalam identifikasi unit jalan yang membutuhkan perbaikan struktural (rehabilitasi):
- Inspeksi Konvensional: 17 unit membutuhkan rehabilitasi.
- Inspeksi Drone: 5 unit membutuhkan rehabilitasi.
Poin pentingnya, kedua metode bertepatan pada 5 unit sampel yang sama-sama diklasifikasikan membutuhkan intervensi rehabilitasi.1
Strategi yang direkomendasikan adalah menggunakan efisiensi drone untuk memprioritaskan sebagian besar jaringan jalan ke kategori perawatan umum (maintenance), dan hanya mengirimkan tim inspeksi visual (metode yang lebih mahal tetapi lebih akurat) ke unit-unit yang diidentifikasi secara konsisten oleh kedua metode sebagai sangat kritis (membutuhkan rehabilitasi). Ini memastikan bahwa sumber daya inspeksi yang mahal hanya digunakan di area di mana diagnosis presisi millimetrik benar-benar diperlukan, sehingga memaksimalkan efektivitas biaya operasional secara keseluruhan.
Proyeksi Dampak Nyata: Mengubah Anggaran Infrastruktur dalam Lima Tahun
Temuan utama dari penelitian ini adalah proposal manajemen pemeliharaan yang efisien bagi pemerintah daerah. Studi ini memproyeksikan potensi dampak adopsi teknologi cerdas ini ke seluruh jaringan jalan lokal beraspal di Arequipa, yang totalnya mencapai 149.64 kilometer.1
Dengan menggunakan unit biaya yang dioptimalkan oleh Roadroid dan drone, total penghematan operasional tahunan akan sangat besar:
- Penghematan IRI (Roadroid): Total biaya konvensional adalah S/ 134,885.50 Soles, sementara Roadroid adalah S/ 101,947.68 Soles. Ini menghasilkan penghematan sebesar S/ 32,937.82 Soles per tahun.1
- Penghematan PCI (Drone): Total biaya konvensional adalah S/ 202,897.32 Soles, sementara drone adalah S/ 56,115.00 Soles. Ini menghasilkan penghematan sebesar S/ 146,782.32 Soles per tahun.1
Total pengurangan biaya operasional untuk monitoring dan evaluasi jaringan jalan lokal di Arequipa mencapai S/ 179,720.14 Soles setiap tahunnya.
Pernyataan dampak nyata ini menegaskan bahwa adopsi teknologi cerdas adalah terobosan manajemen bagi pemerintah daerah dengan keterbatasan fiskal. Jika tren penghematan ini dipertahankan selama lima tahun, pemerintah daerah dapat menghemat hampir S/ 900.000 Soles (sekitar S/ 898,600.70 Soles). Dana yang dialokasikan kembali ini tidak lagi digunakan untuk biaya inspeksi yang mahal, melainkan dapat dialokasikan kembali secara langsung untuk pekerjaan perbaikan nyata dan pemeliharaan perkerasan, dalam waktu lima tahun. Dengan demikian, teknologi ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk benar-benar menutup kesenjangan infrastruktur yang selama ini menghambat pembangunan daerah.1
Sumber Artikel: