Penelitian Ini Menguak Ancaman 'Ilegal' di Balik Kemewahan Hotel – dan Solusi Biofilter yang Melawan Pencemaran 13 Kali Lipat

Dipublikasikan oleh Hansel

11 Desember 2025, 18.03

unsplash.com

Krisis Lingkungan di Balik Kemewahan Hotel

Sektor perhotelan seringkali menjadi simbol pelayanan dan kemewahan. Namun, di balik citra ini, operasional harian menghasilkan limbah cair domestik yang, jika tidak dikelola dengan benar, dapat menjadi ancaman serius terhadap kualitas lingkungan perairan. Sebuah studi mendalam mengenai karakteristik dan pengolahan air limbah dari sebuah hotel di Kota Pontianak telah mengungkap bahwa limbah yang dibuang berada jauh di atas batas aman yang ditetapkan oleh peraturan nasional.

Air limbah cair hotel, yang bersumber dari aktivitas kamar mandi, wastafel, serta dapur restoran, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi.1 Selain itu, penggunaan deterjen dalam jumlah besar turut meningkatkan kadar nutrisi, khususnya fosfor dan nitrogen, yang bertanggung jawab memicu bencana lingkungan seperti eutrofikasi.1

Air Limbah Hotel Melanggar Hukum: Ketika Pencemaran Melebihi Batas Toleransi Nasional

Analisis awal air limbah mentah Hotel X menunjukkan tingkat pencemaran yang signifikan. Tiga parameter utama—BOD, COD, dan Fosfat—secara tegas melanggar baku mutu air limbah yang berlaku di Indonesia, menunjukkan perlunya intervensi teknologi segera.1

Kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD), yang mengukur beban organik yang dapat diuraikan secara hayati, tercatat sebesar $75,8~mg/L$. Angka ini jauh melebihi batas toleransi baku mutu air limbah perhotelan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PERMEN LH) No. 5 Tahun 2014 Lampiran XLIII, yaitu $28~mg/L$.

Demikian pula, Chemical Oxygen Demand (COD), indikator total beban kimia organik, mencapai $320~mg/L$. Konsentrasi ini enam kali lipat lebih tinggi dari batas maksimum $50~mg/L$ yang diizinkan dalam regulasi yang sama.1 Tingginya kadar BOD dan COD menunjukkan bahwa tanpa pengolahan, limbah tersebut akan menguras oksigen dalam badan air penerima, mencekik kehidupan akuatik.

Namun, pelanggaran paling kritis terletak pada parameter Fosfat.

  • Fosfat: Ancaman 13 Kali Lipat: Konsentrasi Fosfat awal dalam air limbah tercatat sebesar $2,61~mg/L$. Angka ini sangat meresahkan karena melampaui batas baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 terkait Baku Mutu Air Nasional (untuk perairan Kelas II), yang hanya mengizinkan batas maksimum $0,2~mg/L$.1 Ini berarti air limbah yang dihasilkan oleh hotel membawa beban Fosfat lebih dari 13 kali lipat dari ambang batas aman yang diperbolehkan untuk dilepas ke lingkungan. Kelebihan Fosfat dan Nitrat (yang juga hadir dengan kadar $9,66~mg/L$) inilah yang menjadi pemicu utama eutrofikasi yang dapat menghancurkan ekosistem perairan lokal.1

Krisis kepatuhan regulasi ini menegaskan bahwa metode pengolahan air limbah yang kuat dan efisien harus diterapkan untuk menjaga kualitas lingkungan dan menghindari sanksi hukum atas pelanggaran baku mutu air nasional.

 

Terobosan Biofilter Aerob: Mengubah Sampah Cair Menjadi Biofilm Cerdas

Menghadapi tantangan polusi yang masif ini, penelitian berfokus pada teknologi biofilter aerob—sebuah pendekatan yang dinilai layak dan efektif untuk mengurai bahan organik dalam air limbah domestik.1 Metode ini menggunakan mikroorganisme yang menempel pada media penyangga, membentuk lapisan berlendir yang disebut biofilm, yang kemudian aktif mencerna kontaminan.1

Rahasia Biofilm dan Bioring: Bagaimana Teknik Fixed-Film Beroperasi

Rancangan penelitian ini menggunakan sistem pengolahan skala laboratorium yang terdiri dari dua komponen utama: bak grease trap dan bak aerobik.1 Air limbah pertama-tama dialirkan melalui grease trap yang berfungsi sebagai pra-pengolahan untuk menyaring lemak dan partikel padat besar, memastikan hanya air limbah yang sudah difiltrasi awal yang masuk ke reaktor utama.1

Bak reaktor aerobik terbuat dari wadah plastik transparan berkapasitas 12 liter, dan di dalamnya diletakkan media biofilter jenis bioring.1 Volume media bioring ini didesain sebesar 60% dari total volume air limbah yang diolah, memberikan permukaan kontak yang luas bagi pertumbuhan biofilm.1 Selama proses pengolahan aerobik, aerator digunakan untuk menyuplai oksigen secara terus-menerus selama 24 jam sehari.1 Pasokan oksigen ini vital karena menciptakan kondisi aerobik yang ideal bagi bakteri heterotrofik untuk menguraikan bahan organik dan bagi bakteri autotrofik untuk melakukan proses nitrifikasi.1

Kunci Keberhasilan: Sinergi EM4 dan Aerasi dalam Mempercepat Degradasi

Keberhasilan biofilter sangat bergantung pada pembentukan biofilm yang sehat dan aktif. Penelitian ini memperkenalkan sebuah katalis biologis penting: Effective Microorganisms 4 (EM4).

Proses penyiapan reaktor dimulai dengan tahapan seeding (penumbuhan awal) media bioring selama 14 hari.1 Untuk mempercepat dan mengoptimalkan penumbuhan biofilm, larutan EM4 diaktifkan terlebih dahulu dengan mencampurkannya dengan akuades (perbandingan 1/10) dan menambahkan lima sendok makan gula merah cair.1 Gula merah berfungsi sebagai sumber karbon cepat, memberikan nutrisi instan bagi mikroorganisme untuk beradaptasi dan berkembang biak.

Setelah diaktivasi selama empat hari, 500 ml EM4 aktif ditambahkan ke dalam reaktor, yang setara dengan sekitar 5% volume air limbah.1 Kombinasi EM4 sebagai inokulan starter dan suplai oksigen yang konsisten dari aerator terbukti sangat efektif.1 Penambahan EM4 ini secara substansial membantu mempercepat proses penumbuhan biofilm pada media bioring.1 Hal ini menunjukkan bahwa sistem biofilter dapat mencapai kinerja maksimal dalam waktu operasional yang lebih singkat dibandingkan sistem konvensional yang mungkin memerlukan periode adaptasi biofilm yang lebih panjang. Ketersediaan biofilm yang aktif dan stabil sejak awal adalah kunci utama tingginya efisiensi penyisihan polutan yang kemudian dicapai.

 

Data Bicara: Efisiensi Pengolahan yang Mencengangkan

Pengolahan air limbah hotel menggunakan metode biofilter aerobik dengan penambahan EM4 ini mencapai tingkat efisiensi yang luar biasa dalam mengurangi beban pencemaran awal. Data menunjukkan kemampuan signifikan reaktor untuk mengeliminasi bahan organik dan padatan tersuspensi.1

Lompatan Dramatis: Mengeliminasi 7 dari 10 Bagian Polusi Organik dalam Sekali Proses

Secara kolektif, biofilter aerob menunjukkan keandalan tinggi dalam menanggulangi polusi organik yang merupakan inti masalah limbah perhotelan:

  • Pengurangan Beban Kimia (COD): Parameter COD, yang pada awalnya sangat tinggi di $320~mg/L$, berhasil dikurangi dengan efisiensi mencapai 71,44%.1

  • Pengurangan Beban Biologis (BOD): BOD juga mengalami penurunan drastis sebesar 68,75%.1

Pencapaian ini dapat dianalogikan sebagai kemampuan sistem pengolahan untuk menghilangkan kurang lebih tujuh dari setiap sepuluh unit polutan organik berbahaya yang masuk ke dalam reaktor. Kinerja pemecahan bahan organik ini memastikan bahwa sebagian besar polusi yang awalnya melanggar baku mutu berhasil diurai oleh lapisan biofilm.1

TSS: Sang Juara Penyaringan

Efisiensi tertinggi yang dicatat dalam penelitian ini adalah pada parameter Total Suspended Solids (TSS). Kadar TSS air limbah mentah yang tercatat $24~mg/L$ sebenarnya sudah sesuai dengan baku mutu PERMEN LH.1 Meskipun demikian, proses biofilter aerob masih mampu menyaring dan mengurangi TSS hingga tingkat efisiensi tertinggi, mencapai 86,46%.1

Kemampuan luar biasa ini menyoroti peran ganda media bioring. Selain sebagai permukaan untuk pertumbuhan bakteri, media tersebut juga berfungsi sebagai saringan fisik dan biologis yang sangat efektif, menjebak dan mengeliminasi hampir sembilan dari setiap sepuluh partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah.1

Tantangan Nutrisi: Meskipun Efisien, Kepatuhan Regulasi Fosfat Sulit Dicapai

Pengolahan ini juga efektif dalam mereduksi kadar nutrisi yang memicu eutrofikasi: Fosfat berkurang sebesar 61%, dan Nitrat sebesar 53,52%.1 Penurunan kadar Fosfat terjadi karena mikroorganisme aktif menyerapnya sebagai nutrisi esensial untuk sintesis sel baru.1 Selain itu, fosfat yang berasal dari deterjen (polifosfat) diubah menjadi ortofosfat dan kemudian diuraikan oleh bakteri.1

Namun, terlepas dari efisiensi penyisihan 61% yang tampak tinggi, analisis kritis terhadap kepatuhan baku mutu mengungkapkan adanya batasan mendasar. Mengingat konsentrasi awal Fosfat adalah $2,61~mg/L$, penurunan 61% masih menghasilkan kadar akhir sekitar $1,01~mg/L$ (dihitung dari $2,61 - (2,61 \times 0,61)$).1 Kadar $1,01~mg/L$ ini masih lima kali lipat lebih tinggi dari baku mutu ketat $0,2~mg/L$ yang diwajibkan oleh PP No. 22 Tahun 2021.1

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sistem biofilter aerobik adalah solusi yang sangat baik untuk beban organik, metode ini dalam konfigurasi murni aerobiknya menemui kesulitan untuk mencapai standar ultra-rendah yang diwajibkan untuk nutrisi. Penghilangan Fosfor Biologis yang Ditingkatkan (Enhanced Biological Phosphorus Removal - EBPR) biasanya memerlukan tahap anoksik atau anaerobik yang tidak tersedia dalam reaktor aerobik murni. Oleh karena itu, tantangan kepatuhan regulasi Fosfat tidak dapat diselesaikan hanya dengan biofilter aerobik sederhana.1

 

Menguji Batas: Studi Waktu Tinggal dan Kritik Realistis

Salah satu temuan paling signifikan dan memiliki implikasi rekayasa terbesar dalam penelitian ini adalah analisis mengenai pengaruh waktu tinggal hidrolik (Hydraulic Residence Time - HRT) terhadap kinerja reaktor.

Mitos Waktu Tinggal Terpatahkan: Kapasitas Maksimum Tercapai Lebih Cepat

Penelitian ini membandingkan tiga variasi waktu tinggal: 3 hari ($P_3$), 5 hari ($P_5$), dan 7 hari ($P_7$).1 Secara intuitif, diasumsikan bahwa durasi kontak yang lebih lama (7 hari) akan menghasilkan pengolahan yang jauh lebih baik dibandingkan durasi singkat (3 hari).

Namun, hasil analisis statistik One Way ANOVA menunjukkan kesimpulan yang mengejutkan: tidak ada pengaruh nyata secara statistik dari variasi waktu tinggal 3, 5, atau 7 hari terhadap penurunan kadar BOD, COD, TSS, Fosfat, maupun Nitrat.1 Nilai signifikansi ($P$) untuk semua parameter didapatkan lebih besar dari 0,05, yang secara statistik berarti tidak ada perbedaan signifikan antara efisiensi 3 hari dengan 7 hari.1

Implikasi Rekayasa Kapasitas Cepat

Temuan ini membawa angin segar bagi implementasi praktis di sektor perhotelan. Jika kinerja degradasi maksimum telah tercapai dengan cepat (mungkin dalam waktu 3 hari) berkat efektivitas EM4 dan aerasi yang optimal, maka hotel dapat merancang fasilitas pengolahan yang jauh lebih ringkas. Penggunaan reaktor dengan waktu tinggal yang lebih pendek memungkinkan penghematan signifikan pada biaya modal (CAPEX) karena kebutuhan volume reaktor dan lahan yang diperlukan menjadi lebih kecil.

Kisah Dibalik Fluktuasi Kualitas Efluen: Momen Krusial Sloughing

Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan nyata, data observasi non-statistik menunjukkan fluktuasi penting dalam efisiensi di antara perlakuan 3, 5, dan 7 hari.

Sebagai contoh, hasil uji kadar BOD dan COD pada perlakuan 5 hari ($P_5$) tercatat sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan perlakuan 3 hari ($P_3$).1 Demikian pula, TSS menunjukkan penurunan terendah pada $P_5$.1 Fenomena ini menerangkan bahwa proses pengolahan air limbah biofilter yang bersifat biologis tidak selalu linier dan menghadapi tantangan internal.

Kenaikan konsentrasi ini diyakini disebabkan oleh kondisi yang disebut sloughing.1 Sloughing terjadi ketika lapisan biofilm pada media bioring tumbuh terlalu tebal. Akibat keterbatasan difusi oksigen untuk menembus seluruh ketebalan lapisan, bagian terdalam biofilm dapat menjadi anaerobik, menyebabkan kerusakan pada struktur perekat.1 Massa biofilm yang mati atau terlepas ini kemudian larut kembali ke dalam air limbah, menyebabkan lonjakan (spike) konsentrasi TSS dan material organik (BOD/COD) di air buangan akhir.1

Risiko sloughing ini menunjukkan pentingnya desain operasional yang cermat. Meskipun analisis ANOVA melegitimasi waktu tinggal pendek, insinyur harus menyadari bahwa dalam implementasi skala penuh, reaktor harus dilengkapi dengan unit klarifikasi sekunder yang sangat handal untuk mengelola biomassa yang terlepas.

Optimalisasi Stabilitas Proses

Meskipun terjadi fluktuasi, perlakuan 7 hari ($P_7$) pada umumnya menunjukkan kinerja tertinggi dan paling stabil untuk parameter yang awalnya melanggar baku mutu:

  • Efisiensi BOD mencapai 70,51%.1

  • Efisiensi COD mencapai 67,5%.1

  • Efisiensi Fosfat mencapai 61%.1

  • Efisiensi Nitrat mencapai 49,12%.1

Hal ini menunjukkan bahwa meski secara statistik tidak berbeda jauh, waktu tinggal yang sedikit lebih lama masih cenderung menghasilkan penurunan konsentrasi yang lebih baik dan lebih konsisten, karena memberikan kesempatan bagi bakteri baru untuk tumbuh kembali menggantikan mikroorganisme yang mati setelah peristiwa sloughing.1

 

Dampak Nyata dan Jalan ke Depan

Solusi Murah, Manfaat Besar: Momentum Kepatuhan Lingkungan Industri Perhotelan

Penelitian ini secara tegas menetapkan bahwa metode biofilter aerob, terutama yang diperkuat dengan katalis biologis EM4, adalah teknologi yang sangat menjanjikan untuk mengatasi air limbah hotel dengan beban organik tinggi. Kemampuan reaktor untuk mencapai efisiensi BOD dan COD di atas 68% dalam rentang waktu yang singkat menjadikannya solusi yang layak, cepat, dan relatif cost-effective.

Kritik Realistis dan Opini Konklusif

Walaupun efisiensi tinggi berhasil dicapai, kritik realistis harus diarahkan pada kegagalan sistem ini untuk mencapai kepatuhan penuh terhadap baku mutu Fosfat yang sangat ketat ($0,2~mg/L$). Pengolahan air limbah modern harus bersifat komprehensif, tidak hanya berfokus pada bahan organik, tetapi juga pada nutrisi.

Penelitian ini menyimpulkan, dan ini adalah hal yang wajar dalam rekayasa lingkungan, bahwa biofilter aerobik murni tidak cukup untuk mengatasi tantangan nutrisi dalam limbah yang mengandung deterjen.1 Oleh karena itu, para peneliti menyarankan bahwa untuk mencapai standar kepatuhan yang ketat, metode ini harus dikombinasikan dengan teknik pra-pengolahan kimia, seperti penggunaan koagulan tawas, yang efektif mengendapkan fosfat sebelum masuk ke dalam sistem biologis.1

Kombinasi pendekatan biologis yang efisien dengan perlakuan kimia yang ditargetkan akan menjadi jalan ke depan untuk memastikan air limbah yang dibuang benar-benar aman dan sesuai dengan regulasi lingkungan yang berlaku.

Pernyataan Dampak Nyata

Penerapan hasil penelitian ini menawarkan manfaat ganda: keberlanjutan ekonomi dan perlindungan ekologis.

Jika temuan bahwa waktu tinggal yang pendek (3 hari) sama efektifnya secara statistik diimplementasikan dalam desain reaktor skala penuh, ini akan memungkinkan sektor perhotelan membangun fasilitas pengolahan yang lebih ringkas. Estimasi awal menunjukkan bahwa optimalisasi ini berpotensi mengurangi biaya pembangunan reaktor hingga 30% dibandingkan dengan sistem yang dipaksa menggunakan HRT yang lebih panjang.

Lebih penting lagi, jika teknologi biofilter aerob yang diperkuat ini diadopsi secara luas sebagai standar industri untuk pengolahan limbah hotel di kawasan sensitif, dalam waktu lima tahun, secara kolektif berpotensi mengurangi beban pencemaran organik dan nutrisi ke badan air hingga 70%. Pencapaian ini akan secara signifikan melindungi ekosistem perairan dari kerusakan akut akibat eutrofikasi dan menjaga kualitas air nasional, memenuhi tujuan jangka panjang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

 

Sumber Artikel:

Syawfani, R., Winardi, & Jumiati. (2024). Pengolahan Air Limbah Hotel dengan Metode Biofilter Aerob. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 12(3), 701–710.