Pentingnya Kualitas Air Sungai Surabaya
Air sungai merupakan sumber daya vital bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Sungai Surabaya, sebagai anak sungai Kali Brantas, menjadi sumber utama air minum bagi sekitar 2,7 juta penduduk dan suplai industri di wilayah Surabaya. Namun, perkembangan industri dan aktivitas domestik di sekitar sungai menyebabkan pencemaran yang mengancam kualitas air dan keberlanjutan penggunaannya. Penelitian oleh M. Khadik Asrori dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur ini memetakan kualitas air Sungai Surabaya dengan fokus pada parameter fisika, kimia, dan biologi untuk memberikan gambaran kondisi terkini dan rekomendasi pengelolaan.
Studi Kasus dan Data Kunci
Pemanfaatan Sungai Surabaya
Sungai Surabaya mengalir dari DAM Mlirip menuju pintu air Jagir dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum sebesar 256 juta m³ per tahun serta 38 juta m³ untuk kebutuhan industri (Indriani et al., 2016). Sungai ini juga menjadi tempat pembuangan limbah industri dan domestik yang menyebabkan penurunan kualitas air.
Parameter Kualitas Air
- BOD (Biochemical Oxygen Demand): Berdasarkan data 2010-2013, kadar BOD berkisar antara 2,56 hingga 11,94 mg/L dengan rata-rata 4,186 mg/L. Standar baku mutu kelas 1 maksimal 2 mg/L dan kelas 2 maksimal 3 mg/L. Nilai ini menunjukkan pencemaran organik yang cukup tinggi, terutama pada musim hujan akibat limbah domestik dan industri.
- COD (Chemical Oxygen Demand): Kadar COD berkisar antara 8,19 sampai 46,5 mg/L dengan rata-rata 17,05 mg/L. Beberapa bagian sungai memenuhi baku mutu kelas 1 dan 2, namun sebagian sudah tercemar berat.
- TSS (Total Suspended Solid): Nilai TSS sangat bervariasi, dengan puncak 2116,7 mg/L pada 2008 dan rata-rata 162,9 mg/L (2010-2013). Standar baku mutu maksimal 50 mg/L, sehingga Sungai Surabaya mengalami pencemaran padatan tersuspensi yang serius.
- DO (Dissolved Oxygen): Kadar DO meningkat dari 2,1 menjadi 7,35 mg/L antara 2010 hingga 2018, rata-rata sekitar 3,5 mg/L. Kadar ini masih memenuhi standar kelas 1 dan 2 (minimal 4-6 mg/L).
- pH: Berkisar antara 7,2 hingga 7,8, tergolong netral dan sesuai baku mutu.
- Nitrat dan Fosfat: Nitrat berkisar 1,05–2,38 mg/L, masih dalam batas aman. Fosfat mencapai 0,187–0,959 mg/L, melebihi batas 0,2 mg/L, menandakan potensi eutrofikasi.
Analisis dan Dampak Pencemaran
Peningkatan BOD dan COD menunjukkan tingginya beban bahan organik dan kimia yang harus diurai oleh mikroorganisme, berpotensi menurunkan kadar oksigen dan mengancam biota air. TSS yang tinggi mengganggu penetrasi cahaya dan fotosintesis organisme air. Fosfat yang melebihi ambang batas dapat memicu pertumbuhan alga berlebih (blooming) yang menurunkan kualitas air dan ekosistem.
Pencemaran ini berasal dari limbah domestik, industri, dan pertanian yang belum terkelola dengan baik. Data menunjukkan sekitar 60% pencemaran berasal dari limbah domestik, dengan kontribusi signifikan dari industri yang melebihi kapasitas pengolahan limbah.
Strategi Pengelolaan dan Mitigasi
Penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk mengatasi pencemaran Sungai Surabaya:
- Penguatan Pengawasan Limbah: Meningkatkan pengawasan terhadap pembuangan limbah industri dan domestik agar sesuai standar.
- Optimalisasi Sistem Monitoring: Menambah titik pengamatan, menggunakan sensor kualitas air modern dan biomonitoring untuk deteksi dini pencemaran.
- Rehabilitasi dan Restorasi: Penanaman vegetasi riparian, pengelolaan zona penyangga, dan pengaturan tata guna lahan di daerah aliran sungai.
- Pengolahan Air Limbah: Integrasi teknologi biofilter dan pengolahan biologis dalam sistem pengolahan air minum dan limbah.
Perbandingan dengan Studi Lain dan Tren Global
Penelitian lain di Kalimas River dan DAS Brantas menunjukkan pola serupa: pencemaran air sungai akibat limbah domestik dan industri yang memerlukan pengelolaan terpadu. Secara global, pengelolaan kualitas air sungai menjadi fokus utama dalam pembangunan berkelanjutan, dengan pemanfaatan teknologi digital dan kolaborasi multi-pihak sebagai kunci keberhasilan.
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Surabaya telah mengalami pencemaran yang signifikan, terutama dari bahan organik, padatan tersuspensi, dan nutrien yang berlebihan. Kondisi ini mengancam sumber air minum dan ekosistem sungai. Pemantauan berkala dan strategi pengelolaan terpadu sangat diperlukan untuk memulihkan kualitas air dan menjaga keberlanjutan pemanfaatan sungai bagi masyarakat dan industri.
Sumber Asli Artikel
Asrori, M. Khadik. "Pemetaan Kualitas Air Sungai di Surabaya." Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.