Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Japanese Project Management (JPM) menawarkan pendekatan yang sangat relevan bagi negara berkembang untuk memperkuat daya saing industri dengan kerangka P2M (Project & Program Management) dan KPM (Kaikaku Project Management)—berbasis inovasi, pengembangan, dan perbaikan berkelanjutan (3K: Kakusin, Kaihatsu, Kaizen).
Model ini telah terbukti mendongkrak kualitas di sektor konstruksi, efisiensi di manufaktur, dan adaptabilitas di sektor IT. Bagi Indonesia, JPM bisa menjadi landasan kebijakan publik yang memperkuat produktivitas, kualitas SDM, dan daya tahan industri nasional.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Dampak Positif
-
Konstruksi: Usung standar mutu tinggi dengan model design & build yang prioritaskan kualitas.
-
Manufaktur: Terapkan praktik lean, 5S, dan kaizen untuk efisiensi dan inovasi.
-
IT: Tingkatkan penanganan risiko, knowledge-sharing, dan percepatan proyek.
Hambatan
-
Perubahan budaya kerja dan pola pikir manajerial.
-
Terbatasnya SDM terampil dalam P2M/KPM.
-
Biaya investasi awal yang tinggi untuk sistem berkualitas.
Peluang Strategis
-
Regulasi nasional bisa mengintegrasikan JPM dalam manajemen proyek besar.
-
UMKM manufaktur bakal berkembang dengan lean dan kaizen.
-
Materi relevan Pengantar Lean Manufacturing, memperkenalkan filosofi perbaikan berkelanjutan.
5 Rekomendasi Kebijakan Publik Praktis
-
Adopsi Model JPM dalam Regulasi Proyek Strategis
JPM (P2M/KPM) perlu menjadi standar di proyek infrastruktur, manufaktur, dan IT. -
Integrasi Kaizen dalam Kurikulum Vokasi
Pendidikan vokasi harus menyertakan prinsip perbaikan berkelanjutan untuk membentuk budaya kerja unggul. -
Berikan Insentif bagi Industri Lean/5S
Dukungan fiskal/non-fiskal untuk perusahaan yang menerapkan efisiensi ala JPM. -
Tingkatkan Kompetensi SDM melalui Sertifikasi JPM
Program pelatihan dan sertifikasi dengan standar internasional dan filosofi Jepang. -
Dorong Kolaborasi Pemerintah–Industri–Akademisi
Sinergi multipihak diperlukan untuk mengimplementasikan JPM secara efektif.
Kritik: Risiko Jika Tanpa Kebijakan Serius
-
Industri domestik kehilangan daya saing global.
-
Budaya stagnan dan inefisien merugikan sektor produktif.
-
Proyek strategis bisa gagal karena mutu dan ketepatan waktu tidak terkelola.
Penutup: Relevansi Strategis untuk Indonesia
Mengadaptasi JPM bukan soal meniru mentah-mentah, melainkan menyesuaikannya dengan konteks lokal. Dengan kebijakan publik yang mendorong inovasi (Kakusin), pengembangan (Kaihatsu), dan perbaikan berkelanjutan (Kaizen), Indonesia berpotensi memperkuat ketahanan dan daya saing industri di era global.
Sumber
-
Low Foon Siang & Chong Heap Yih. A Comparative Approach of Japanese Project Management in Construction, Manufacturing and IT Industries.