Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane Secara Online dan Analisis Status Mutu Air Menggunakan Metode STORET

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

11 Juni 2025, 12.33

pixabay.com

Dinamika Kualitas Air Sungai Cisadane dan Tantangan Pemantauan

Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai penting di Indonesia yang melintasi lima wilayah administratif, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Tangerang Selatan. Sungai sepanjang 126 km ini memiliki peran vital sebagai sumber air baku untuk PDAM, industri, pertanian, dan kebutuhan rumah tangga masyarakat di sekitarnya. Namun, tingginya aktivitas manusia dan industri di sepanjang aliran sungai menyebabkan beban pencemaran yang signifikan, sehingga kualitas air mengalami penurunan yang dinamis dan berkelanjutan.

Penurunan kualitas air ini menuntut adanya pemantauan yang cepat, akurat, dan berkelanjutan agar pencemaran dapat dicegah dan dikendalikan secara efektif. Selama ini, pemantauan kualitas air dilakukan secara manual dan parsial yang memiliki keterbatasan waktu, biaya, dan cakupan. Oleh karena itu, penelitian oleh Ramadhawati dkk. (2021) memperkenalkan pemantauan kualitas air Sungai Cisadane secara online menggunakan teknologi telemetri Onlimo yang dapat memberikan data real-time dan kontinu.

Metode Penelitian: Teknologi Telemetri Onlimo dan Analisis Metode STORET

Penelitian ini menggunakan tiga stasiun pengamatan yang strategis di Sungai Cisadane, yaitu:

  • Stasiun 1 (Bendung Empang Bogor): Bagian hulu dengan topografi tinggi, didominasi pemukiman, industri, dan lahan pertanian.
  • Stasiun 2 (Bendung Pasar Baru Tangerang): Bagian hilir di kawasan pusat Kota Tangerang dengan aktivitas permukiman, industri, dan irigasi.
  • Stasiun 3 (Pos Pemantauan DLH Tangerang): Bagian hilir dekat area permukiman dan industri.

Pemantauan menggunakan sensor multiparameter Onlimo yang mengukur suhu, daya hantar listrik (DHL), total dissolved solids (TDS), kekeruhan, dissolved oxygen (DO), pH, dan nitrat secara otomatis dan mengirim data ke pusat secara online dengan interval yang dapat diatur, termasuk fitur early warning system (EWS).

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode STORET, sebuah metode evaluasi status mutu air yang menggunakan data time series untuk memberikan gambaran kualitas air secara menyeluruh dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan.

Hasil dan Pembahasan

Suhu dan Dissolved Oxygen (DO)

  • Suhu air di Stasiun 1 berkisar 24,6–26,2°C, Stasiun 2 antara 26,78–29,43°C, dan Stasiun 3 antara 26,4–29,34°C. Suhu bagian hulu cenderung lebih rendah dibanding hilir, dipengaruhi oleh topografi dan tekanan udara.
  • Nilai DO menurun dari hulu ke hilir, dengan Stasiun 1 mencapai 4,86 mg/L, Stasiun 2 hanya 1,36 mg/L, dan Stasiun 3 berkisar 0,41–4,46 mg/L. Nilai DO di hilir tidak memenuhi baku mutu minimum 4 mg/L untuk kelas II, menunjukkan tekanan pencemaran organik yang tinggi.

Penurunan DO ini berkaitan dengan peningkatan bahan organik dari limbah domestik dan industri yang terdekomposisi, mengurangi oksigen terlarut. Selain itu, nilai kekeruhan yang tinggi di Stasiun 1 (13,89–105,5 NTU) menghambat difusi oksigen.

TDS, Daya Hantar Listrik (DHL), dan Kekeruhan

  • Nilai TDS di ketiga stasiun relatif rendah, berkisar 0–100 mg/L, memenuhi baku mutu kelas II (<1000 mg/L).
  • DHL berkisar antara 0,7–16,67 μS/cm, menunjukkan dominasi zat organik yang tidak terionisasi sehingga nilai DHL rendah meski TDS ada.
  • Kekeruhan bervariasi, dengan nilai tertinggi di Stasiun 3 mencapai 269,69 NTU, akibat akumulasi sedimen dan limpasan permukaan terutama saat curah hujan tinggi (440,1 mm di Stasiun 3).

Kekeruhan yang tinggi dapat menghambat fotosintesis dan mengganggu ekosistem perairan.

pH dan Nitrat

  • pH di Stasiun 1 berfluktuasi antara 4,48–8,18, Stasiun 2 antara 6,43–6,8, dan Stasiun 3 antara 4,48–6,98. Hanya Stasiun 2 yang secara konsisten memenuhi baku mutu kelas II (6–9).
  • Nitrat di Stasiun 1 dan 2 cukup tinggi, mencapai 17,93 mg/L dan 105,59 mg/L, melebihi batas baku mutu 10 mg/L, terutama di Stasiun 2 yang dipengaruhi oleh limbah domestik dan industri. Stasiun 3 memiliki nitrat lebih rendah (1,23–2,43 mg/L).

Nitrat tinggi umumnya berasal dari limbah pertanian, domestik, dan aktivitas MCK di sepanjang sungai.

Status Mutu Air Berdasarkan Metode STORET

  • Stasiun 1 (Bendung Empang) menunjukkan status mutu air bervariasi dari baik hingga tercemar sedang dengan skor STORET bulanan -14.
  • Stasiun 2 (Bendung Pasar Baru) berada pada kategori tercemar ringan hingga sedang dengan skor bulanan -18, kualitas air menurun akibat aktivitas permukiman, industri, dan perkantoran.
  • Stasiun 3 (DLH Tangerang) juga tercemar ringan hingga sedang dengan skor bulanan -13, dipengaruhi oleh limbah domestik dan industri.

Secara keseluruhan, Sungai Cisadane berada dalam kategori tercemar sedang, dengan parameter utama yang tidak memenuhi baku mutu adalah DO, pH, TDS, dan nitrat.

Dampak Aktivitas Manusia terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane

Sungai Cisadane bagian hilir (Stasiun 2 dan 3) mengalami penurunan kualitas air yang signifikan akibat limbah domestik dan industri dari permukiman padat, kawasan perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kuliner. Limbah ini meningkatkan bahan organik dan nutrien yang menyebabkan penurunan DO dan pH, serta peningkatan TDS dan nitrat.

Curah hujan yang tinggi di hilir juga berkontribusi terhadap peningkatan kekeruhan dan pengangkutan limbah ke sungai. Aktivitas MCK di sepanjang sungai memperparah kontaminasi nitrat, sehingga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan masyarakat.

Opini dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Pemanfaatan teknologi pemantauan online seperti Onlimo memberikan keunggulan signifikan dibandingkan metode manual, yaitu data real-time, efisiensi waktu dan biaya, serta kemampuan early warning system. Hal ini sesuai dengan tren global dalam pengelolaan sumber daya air yang mengutamakan teknologi digital dan partisipasi multi-pihak.

Penelitian ini konsisten dengan temuan Siahaan et al. (2011) dan Namara et al. (2016) yang menunjukkan penurunan kualitas air dari hulu ke hilir Sungai Cisadane. Namun, teknologi Onlimo memberikan data yang lebih cepat dan akurat sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan yang lebih responsif.

Kesimpulan dan Rekomendasi

  • Kualitas air Sungai Cisadane secara umum tergolong tercemar sedang, terutama di bagian hilir, dengan parameter DO, pH, TDS, dan nitrat yang tidak memenuhi baku mutu kelas II.
  • Penurunan kualitas air disebabkan oleh limbah domestik, industri, pertanian, dan aktivitas masyarakat di sepanjang sungai.
  • Teknologi pemantauan online Onlimo efektif memberikan data kualitas air secara real-time dan mendukung analisis metode STORET.
  • Diperlukan pengelolaan limbah yang lebih baik, pengawasan ketat, serta edukasi masyarakat untuk mengurangi beban pencemaran.
  • Monitoring kualitas air secara terus-menerus dengan teknologi online harus menjadi standar pengelolaan sumber daya air sungai.

Sumber:
Ramadhawati, D., Wahyono, H. D., & Santoso, A. D. (2021). Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane Secara Online dan Analisa Status Mutu Menggunakan Metode STORET. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 13(2), 76-91.