Panduan Implementasi Predictive Maintenance di Organisasi Publik: Studi Kasus Rijkswaterstaat

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda

11 Agustus 2025, 12.06

sumber: pexels.com

Predictive Maintenance (PdM) — atau pemeliharaan prediktif — adalah strategi perawatan berbasis data yang bertujuan memprediksi kapan suatu aset akan mengalami kerusakan sehingga perbaikan bisa dilakukan sebelum kegagalan terjadi. Strategi ini memanfaatkan sensor (perangkat pengumpul data kondisi fisik aset), dashboard (antarmuka visual data), dan algoritma analitik (pemroses data prediksi) untuk meningkatkan keandalan dan mengurangi biaya perawatan.

Namun, implementasi PdM bukanlah sekadar memasang sensor atau software. Proses ini membutuhkan perubahan budaya organisasi, penyesuaian struktur kerja, dan integrasi lintas departemen. Di lingkungan organisasi publik seperti Rijkswaterstaat — lembaga pemerintah Belanda yang mengelola ribuan aset infrastruktur vital seperti jembatan, terowongan, kanal, dan jalan raya — tantangan ini jadi berlipat ganda.

Rijkswaterstaat sedang menjalankan program Data Gedreven Asset Management (DGAM) atau manajemen aset berbasis data. DGAM adalah pendekatan strategis untuk beralih dari preventive maintenance (pemeliharaan terjadwal) menuju PdM. Penelitian ini fokus membuat Predictive Maintenance Implementation Process (PIP) — panduan terstruktur yang dirancang untuk memandu implementation manager (manajer implementasi) menghadapi hambatan teknis, organisasi, dan sosial saat membawa PdM ke lingkungan yang kompleks.

Latar Belakang dan Tantangan Implementasi

Mengapa implementasi PdM di organisasi publik sulit? Penulis menemukan beberapa faktor utama yang membedakannya dari perusahaan swasta:

  1. Struktur Organisasi Terfragmentasi
    Rijkswaterstaat dibagi menjadi unit nasional dan regional. Unit nasional mengurus proyek besar atau kebijakan strategis, sedangkan unit regional mengurus operasi harian aset di wilayah masing-masing. Otonomi tinggi di level regional sering menyebabkan perbedaan prioritas dan hambatan koordinasi.
  2. Keragaman Aset
    Aset yang dikelola sangat bervariasi: dari jembatan, pintu air, terowongan, hingga jalan raya. Bahkan untuk jenis aset yang sama, seperti pintu air, komponen seperti pompa, sensor, dan metode pencatatan data bisa berbeda total.
  3. Proses Anggaran yang Kaku
    Anggaran tahunan ditetapkan pada Budget Day (Prinsjesdag) setiap bulan September, dan sulit diubah setelahnya. Ini membuat penyesuaian cepat terhadap kebutuhan proyek inovasi menjadi tantangan besar.
  4. Budaya Kerja yang Belum Data-Driven
    Berdasarkan wawancara internal, banyak staf belum terbiasa membuat keputusan berbasis data. Beberapa bahkan ragu terhadap manfaat DGAM, karena hasil langsungnya belum terlihat.

Kategori Tantangan

Dari wawancara dengan staf DGAM dan pegawai regional, penulis mengelompokkan tantangan ke dalam tiga kategori besar:

  • Organizational Processes (Proses Organisasi)
    Termasuk struktur birokrasi yang rumit, proses lama yang sulit diubah, dan koordinasi lintas unit yang lemah.
  • Technical Processes (Proses Teknis)
    Kualitas data rendah, data tidak lengkap, integrasi antar-sistem minim, serta kurangnya infrastruktur sensor di beberapa aset.
  • Social Factors (Faktor Sosial)
    Resistensi terhadap perubahan, ketidakjelasan manfaat bagi pengguna, dan kurangnya keterlibatan stakeholder sejak awal.

Kerangka Teoritis: Kombinasi Teori Inovasi dan PdM

Implementasi PdM dalam penelitian ini dilihat sebagai innovation implementation (implementasi inovasi). Penulis mengadopsi model Determinants and Consequences of Implementation Effectiveness dari Klein & Sorra (1996).

Model ini menekankan dua pilar utama:

  1. Implementation Climate (Iklim Implementasi) – Lingkungan yang mendukung keberhasilan inovasi, termasuk pelatihan, komunikasi jelas, dan insentif.
  2. Innovation-Values Fit (Kecocokan Nilai Inovasi) – Tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai dan kekuatan organisasi.

Tanpa kombinasi keduanya, inovasi cenderung gagal meski teknologinya bagus. Misalnya, jika sistem baru tidak sesuai dengan pola kerja yang menjadi kekuatan organisasi, adopsinya akan rendah.

Selain itu, penelitian menambahkan faktor khusus untuk PdM:

  • Kualitas Data dan Integrasi Sistem – Data harus akurat, lengkap, dan konsisten antar sistem.
  • Kapasitas Teknis – Ketersediaan sensor, dashboard, tenaga ahli, dan software analitik.
  • Fleksibilitas Algoritma – Model prediksi harus adaptif terhadap perubahan kondisi operasional.

Metodologi: Design Science Research

Penulis menggunakan Design Science Research Methodology (DSRM) untuk mengembangkan PIP. Langkah-langkahnya meliputi:

  1. Identifikasi masalah melalui studi literatur dan wawancara.
  2. Penentuan tujuan solusi bersama pengguna akhir (manajer implementasi DGAM).
  3. Desain awal PIP.
  4. Demonstrasi pada kasus nyata dan historis.
  5. Evaluasi efektivitas PIP.
  6. Iterasi perbaikan.
  7. Finalisasi dan komunikasi hasil.

Terdapat dua iterasi desain:

  • Versi 1: Diuji di Lock Eefde (kasus historis DGAM) dan Salland Twente Tunnel (lokasi implementasi aktif).
  • Versi 2: Perbaikan dengan penekanan pada kolaborasi nasional–regional dan penyusunan roadmap visual.

Predictive Maintenance Implementation Process (PIP)

PIP terdiri dari dua bagian utama:

Bagian "What" – Framework Factors

Daftar faktor yang harus dipenuhi agar implementasi PdM sukses:

  • Kepemimpinan dan Dukungan Manajemen – Komitmen pimpinan memastikan sumber daya memadai.
  • Kapasitas Teknis – Peralatan, perangkat lunak, dan tenaga ahli tersedia.
  • Kesiapan Organisasi – Proses internal siap mendukung keputusan berbasis data.
  • Pelatihan dan Kompetensi – Program peningkatan keterampilan staf disiapkan.
  • Pengelolaan Data – Standar kualitas data, keamanan, dan integrasi terjaga.

Bagian "How" – Langkah Implementasi

  1. Analisis Kebutuhan – Menentukan aset prioritas berdasarkan risiko dan dampak.
  2. Desain Sistem – Memilih sensor, metode pengumpulan data, dan dashboard analitik.
  3. Pilot Project – Uji coba di lokasi terbatas untuk validasi teknis dan organisasi.
  4. Evaluasi dan Perbaikan – Menggunakan umpan balik untuk iterasi selanjutnya.
  5. Ekspansi Skala – Menerapkan PdM ke aset lain dengan penyesuaian konteks lokal.

Roadmap Visual

Roadmap adalah representasi visual dari PIP yang:

  • Menyatukan visi dan pemahaman tim nasional–regional.
  • Menjelaskan tahapan dari persiapan hingga operasional penuh.
  • Menggambarkan framework factors dalam format yang mudah dipahami.

Hasil Demonstrasi PIP

Lock Eefde

Implementasi awal DGAM di sini menunjukkan pentingnya melibatkan tim regional sejak awal. Pendekatan sukarela (voluntary) lebih efektif daripada pendekatan wajib (mandatory).

Salland Twente Tunnel

Tantangan utama adalah standarisasi data dari kontraktor yang berbeda. Meski teknologi tersedia, variasi format data menghambat analisis.

Relevansi di Dunia Nyata

Temuan ini berlaku untuk berbagai industri:

  • Transportasi – Pengelolaan jembatan, rel kereta, dan bandara.
  • Manufaktur – Pabrik dengan lini produksi multi-komponen.
  • Energi – Pembangkit listrik dan jaringan distribusi.

Pelajaran Penting:

  • Dukungan organisasi sama pentingnya dengan kecanggihan teknologi.
  • Visualisasi roadmap mengurangi miskomunikasi antar-stakeholder.
  • Pelibatan pengguna sejak awal meningkatkan tingkat adopsi.

Opini dan Kritik

Kekuatan PIP:

  • Integrasi teori inovasi dengan faktor teknis PdM.
  • Fokus pada konteks organisasi publik.
  • Penggunaan roadmap untuk komunikasi yang jelas.

Kelemahan:

  • Minim metrik kuantitatif manfaat finansial.
  • Basis wawancara internal rawan bias.
  • Sedikit membahas performa teknis algoritma PdM.

Implikasi

Untuk Industri:

  • Gunakan framework factors sebagai checklist awal.
  • Bangun koordinasi lintas departemen sebelum proyek dimulai.
  • Sediakan pelatihan berkelanjutan untuk transisi budaya data-driven.

Untuk Pemerintah:

  • Fleksibilitas anggaran sangat penting.
  • Standarisasi format dan kualitas data harus menjadi kebijakan nasional.

Kesimpulan

Implementasi PdM adalah transformasi budaya dan proses, bukan sekadar proyek teknologi. PIP dari penelitian ini:

  • Mengidentifikasi faktor kunci keberhasilan.
  • Memberikan panduan langkah demi langkah.
  • Menyediakan roadmap yang memudahkan kolaborasi.

Dengan pendekatan ini, organisasi publik maupun swasta dapat meminimalkan risiko kegagalan dan memaksimalkan manfaat PdM untuk jangka panjang.
 

Sumber Paper:
M.M. van de Maat, Guiding the Implementation of Predictive Maintenance Projects by Developing a Predictive Maintenance Implementation Process, University of Twente, 2023.
Link Resmi PDF