Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah persimpangan krusial yang dihadapi oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), anak perusahaan BUMN di sektor konstruksi jalan tol. Di satu sisi, HKI tengah mengalami ekspansi peran strategis yang signifikan, terlibat dalam proyek-proyek kompleks seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan merambah pasar di luar proyek penugasan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Di sisi lain, ekspansi ini dihadapkan pada tuntutan digitalisasi yang tak terelakkan, sejalan dengan arah kebijakan nasional INDI 4.0 dan tren global Industri 4.0.
Masalah inti yang diidentifikasi adalah ketidakmampuan sistem manajemen proses bisnis (BPM) HKI saat ini untuk menopang pertumbuhan dan kompleksitas tersebut. Proses bisnis yang ada dikelola secara manual menggunakan perangkat lunak umum seperti Microsoft Word, Excel, atau Visio. Pendekatan ini terbukti menimbulkan serangkaian inefisiensi kritis: rentan terhadap kesalahan saat pembaruan SOP, sulitnya mengidentifikasi proses yang redundan antar departemen, kesulitan dalam proses audit karena dokumentasi yang tersebar dan tidak konsisten, serta kurangnya standardisasi yang menghambat adaptasi karyawan baru atau yang mengalami mutasi. Dengan demikian, hipotesis yang mendasari studi ini adalah bahwa adopsi alat bantu BPM yang terotomatisasi dan terintegrasi merupakan sebuah keharusan strategis. Tujuan penelitian ini dirumuskan secara jelas: mengidentifikasi kriteria utama untuk memilih alat BPM yang paling sesuai dengan kebutuhan HKI, dan mengevaluasi alternatif yang ada untuk menghasilkan sebuah usulan yang berbasis bukti.
Metodologi dan Kebaruan
Untuk menjawab tantangan tersebut, penulis mengadopsi metodologi penelitian campuran (mixed-methods) yang menggabungkan kedalaman analisis kualitatif dengan objektivitas kuantitatif.
Pada fase kualitatif, identifikasi masalah diawali dengan analisis kesenjangan, pemetaan business model canvas, dan studi literatur. Langkah krusial berikutnya adalah penentuan kriteria pemilihan alat BPM, yang digali melalui wawancara semi-terstruktur dengan para pemangku kepentingan kunci dari departemen Sistem & TI. Pendekatan value-focused thinking digunakan untuk memastikan bahwa kriteria yang muncul benar-benar merefleksikan nilai dan prioritas organisasi. Transkrip wawancara kemudian dianalisis secara sistematis menggunakan metode analisis konten dengan bantuan perangkat lunak Atlas.ti.
Pada fase kuantitatif, evaluasi terhadap empat alternatif alat BPM—ARIS Express, EA Sparx, SAP Signavio, dan Bizagi—dilakukan menggunakan metode Simple Multi-Attribute Rating Technique (SMART). Proses pembobotan dan penilaian kriteria ini dilaksanakan melalui
Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para kepala departemen inti dan pendukung, memastikan bahwa keputusan akhir mencerminkan konsensus dari level manajerial.
Kebaruan dari penelitian ini terletak pada aplikasi metodis dari kerangka kerja pengambilan keputusan multikriteria (Multi-Criteria Decision-Making - MCDM) pada sebuah studi kasus nyata di BUMN sektor konstruksi Indonesia. Alih-alih hanya memberikan rekomendasi umum, karya ini menyajikan sebuah proses yang transparan, dapat direplikasi, dan berbasis data untuk memandu sebuah keputusan investasi teknologi yang strategis.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data yang cermat menghasilkan temuan yang jelas dan dapat ditindaklanjuti.
Pertama, dari fase kualitatif, analisis konten terhadap wawancara berhasil menyaring enam kriteria utama yang dianggap paling vital oleh para pemangku kepentingan dalam pemilihan alat BPM. Kriteria tersebut adalah: biaya, integrasi sistem, keamanan sistem, kemudahan penggunaan (UI/UX), kesesuaian fitur, dan dukungan pasca-implementasi. Identifikasi kriteria ini memastikan bahwa evaluasi selanjutnya berakar kuat pada kebutuhan riil organisasi.
Kedua, puncak dari temuan kuantitatif adalah hasil analisis SMART. EA Sparx memperoleh nilai tertinggi secara keseluruhan, menjadikannya alat BPM yang direkomendasikan untuk HKI. Kontekstualisasi temuan ini sangat penting: EA Sparx tidak hanya unggul secara absolut, tetapi juga menawarkan
kombinasi manfaat dan biaya yang paling seimbang di antara keempat alternatif. Kemenangannya diperkuat lebih lanjut oleh hasil analisis sensitivitas yang konsisten, yang menunjukkan bahwa rekomendasi ini tetap kokoh bahkan ketika bobot kriteria diubah. Rekomendasi ini secara langsung menjawab masalah awal; misalnya, kemampuan integrasi EA Sparx akan mengatasi masalah proses yang silo, sementara kemampuannya untuk menghubungkan model proses dengan SOP dapat membantu mengatasi masalah dokumen yang usang (di mana studi menemukan 17% dari 236 SOP perusahaan saat ini sudah kedaluwarsa).
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penelitian ini secara jujur mengakui batasannya, yaitu hanya berfokus pada pemilihan alat BPM dan tidak mengeksplorasi metode optimisasi proses bisnis lainnya. Sebagai refleksi kritis, perlu dicatat bahwa metode SMART, meskipun terstruktur, sangat bergantung pada input subjektif dari para peserta FGD untuk pembobotan dan penilaian. Validitas hasilnya bergantung pada keahlian dan objektivitas para partisipan. Selain itu, penelitian ini merupakan sebuah
usulan alat, sehingga evaluasi terhadap keberhasilan implementasi aktualnya di HKI secara alami berada di luar cakupan studi ini dan menjadi area untuk penelitian di masa depan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Implikasi dari penelitian ini bersifat praktis dan akademis. Secara praktis, tesis ini tidak hanya memberikan rekomendasi produk, tetapi juga menyajikan sebuah peta jalan implementasi yang komprehensif. Rekomendasi kunci bagi HKI meliputi: (1) melakukan simulasi proses bisnis menggunakan EA Sparx sesuai siklus hidup BPM, (2) menetapkan tata kelola dan peran yang jelas untuk memastikan akuntabilitas, (3) memanfaatkan EA Sparx sebagai repositori pengetahuan terpusat, (4) menghubungkan model BPM langsung ke SOP untuk meningkatkan ketertelusuran, dan (5) menyediakan pelatihan pengguna yang komprehensif untuk memastikan adopsi yang sukses.
Untuk penelitian di masa depan, penulis menyarankan eksplorasi metode MCDM alternatif seperti AHP untuk memvalidasi hasil, melakukan studi longitudinal pasca-implementasi untuk mengukur kinerja aktual, dan menilai dampak manajemen perubahan organisasi terhadap adopsi alat BPM. Sebagai refleksi akhir, karya ini memberikan kontribusi signifikan dengan menyediakan sebuah kerangka kerja yang solid dan berbasis bukti untuk menavigasi kompleksitas transformasi digital, sebuah panduan yang sangat berharga bagi organisasi lain yang menghadapi tantangan serupa.
Sumber
Astuti, R. D. (2025). Proposed Business Process Management (BPM) Tools for Optimizing Business Process Management at PT Hutama Karya Infrastruktur. Tesis Akhir, Program Magister Administrasi Bisnis, Institut Teknologi Bandung.