Optimalisasi Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan: Temuan Penting, Hambatan Lapangan, dan Implikasi Kebijakan

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

21 November 2025, 10.50

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Penelitian tesis Aberham Tayachew (2013) mengungkap kondisi nyata pengelolaan sampah padat di kota Debre Markos, Ethiopia—yang mencerminkan tantangan umum kota-kota berkembang, termasuk di Indonesia. Studi ini menemukan bahwa sistem pengelolaan sampah perkotaan menghadapi permasalahan serius seperti:

  • kurangnya fasilitas pengumpulan,

  • metode pembuangan yang tidak aman,

  • minimnya partisipasi masyarakat,

  • lemahnya regulasi dan pengawasan pemerintah,

  • rendahnya kapasitas teknis dan finansial daerah.

Temuan ini sangat penting bagi kebijakan karena menunjukkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya masalah teknis, tetapi isu kesehatan publik, lingkungan, dan tata kelola kota. Mengabaikan aspek ini dapat menimbulkan risiko besar seperti penyebaran penyakit, pencemaran tanah dan air, serta penurunan kualitas hidup masyarakat.

Dalam konteks kebijakan perkotaan, penelitian ini menegaskan perlunya transformasi sistemik: mulai dari perencanaan kota, edukasi masyarakat, hingga perbaikan infrastruktur dan pendanaan jangka panjang.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Dampak Pengelolaan Sampah yang Tidak Optimal Penelitian mencatat beberapa dampak nyata:

  • Pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah di lahan terbuka (open dumping).

  • Penyebaran penyakit seperti diare, infeksi kulit, dan penyakit pernapasan.

  • Sistem drainase tersumbat, menyebabkan banjir musiman.

  • Kualitas hidup warga menurun, terutama di wilayah padat penduduk.

  • Meningkatnya biaya kesehatan masyarakat sebagai konsekuensi dari sanitasi buruk.

Studi ini memperlihatkan urgensi intervensi kebijakan secara sistemik.

Hambatan Implementasi Menurut tesis tersebut, hambatan terbesar meliputi:

  • Kurangnya fasilitas pengangkutan dan pengumpulan sampah (Kendaraan tidak memadai, jadwal tidak jelas, dan rute tidak efisien).

  • Minimnya pendanaan untuk pengelolaan sampah (Pemerintah lokal banyak bergantung pada anggaran kecil yang tidak stabil).

  • Keterbatasan tenaga ahli dan kapasitas teknis.

  • Sistem hukum dan regulasi tidak ditegakkan.

  • Kurangnya kesadaran masyarakat (Warga sering membakar atau membuang sampah sembarangan).

Peluang Implementasi Meskipun banyak hambatan, penelitian menunjukkan peluang signifikan:

  • Partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan melalui edukasi dan sistem insentif.

  • Pemilahan sampah di sumber untuk mendukung daur ulang dan pengurangan volume sampah.

  • Kemitraan pemerintah–swasta (PPP) untuk pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA).

  • Program ekonomi sirkular seperti komposting dan daur ulang plastik.

  • Pendekatan berbasis teknologi untuk tracking sampah dan rute pengangkutan.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Membangun Sistem Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah yang Modern Perlu investasi pada kendaraan, rute cerdas, dan penjadwalan berbasis data.

  2. Mewajibkan Pemilahan Sampah di Sumber (Rumah Tangga, Pasar, Perkantoran) Kebijakan ini mendukung daur ulang dan mengurangi beban TPA. Business with Social Impact.

  3. Meningkatkan Anggaran dan Pembiayaan Berkelanjutan Skema tarif layanan kebersihan progresif atau retribusi berbasis volume dapat dipertimbangkan.

  4. Penegakan Hukum Lingkungan Sanksi tegas diperlukan untuk memperbaiki perilaku masyarakat dan bisnis.

  5. Pemberdayaan Masyarakat dan Edukasi Publik Melibatkan komunitas lokal, sekolah, dan tokoh masyarakat dalam program kebersihan. Manajemen Konstruksi dan Infrastruktur.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan pengelolaan sampah dapat gagal apabila:

  • Pemerintah terlalu fokus pada infrastruktur fisik tanpa edukasi perilaku.

  • Tidak ada pendanaan jangka panjang, sehingga inisiatif berhenti di tengah jalan.

  • Regulasi hanya formalitas tanpa pengawasan lapangan.

  • Pemangku kepentingan (masyarakat, industri, pemerintah) tidak disinergikan.

  • Infrastruktur TPA tidak dikelola sesuai standar kesehatan & lingkungan.

Jika kegagalan ini terjadi, kota akan terus mengalami siklus pencemaran dan masalah kesehatan tanpa penyelesaian sistematis.

Penutup

Penelitian Aberham Tayachew (2013) memberikan gambaran komprehensif tentang tantangan pengelolaan sampah padat di kota berkembang. Temuan ini sangat relevan bagi Indonesia, di mana urbanisasi cepat menciptakan tekanan besar terhadap sistem sanitasi dan pengelolaan sampah.

Dengan kebijakan yang berfokus pada tata kelola, edukasi masyarakat, infrastruktur modern, dan pembiayaan berkelanjutan, kota-kota dapat mengubah pengelolaan sampah dari masalah kronis menjadi sistem yang sehat, efisien, dan berkelanjutan.

Sumber

Tayachew, A. (2013).

Assessment of Solid Waste Management Practices and Challenges in Debre Markos Town, Ethiopia