Optimalisasi Liposom Hidroksiklorokuin dengan Pendekatan Quality by Design: Inovasi Rasional untuk Terapi COVID-19

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra

02 Agustus 2025, 11.44

Pendahuluan: Menjawab Kebutuhan Klinis dengan Rekayasa Farmasi Presisi

Pandemi COVID-19 mendorong percepatan pengembangan terapi dengan pendekatan berbasis bukti dan desain rasional. Dalam paper ini, Manning et al. (2024) mempresentasikan formulasi liposomal hydroxychloroquine (HCQ) sebagai respons terhadap kebutuhan formulasi parenteral dari molekul yang semula hanya tersedia dalam bentuk oral. Mereka menyusun proses ini menggunakan kerangka Quality by Design (QbD) untuk memastikan kualitas, stabilitas, dan efikasi sejak tahap desain awal.

Kerangka Teori: QbD sebagai Pendekatan Sistemik dan Terstruktur

Apa Itu QbD dalam Konteks Formulasi Parenteral?

QbD menempatkan kualitas sebagai hasil dari proses ilmiah yang terencana, bukan sebagai parameter akhir dari produk. Dalam studi ini, QbD digunakan untuk mengarahkan seluruh tahap pengembangan formulasi liposomal HCQ, mulai dari pemilihan bahan, teknik produksi, hingga validasi parameter kritis.

Elemen Utama yang Disoroti Penulis:

  • QTPP (Quality Target Product Profile): Produk parenteral steril yang dapat digunakan dalam kondisi klinis akut.

  • CQAs (Critical Quality Attributes): Ukuran partikel liposom, distribusi ukuran (PdI), efisiensi enkapsulasi, pH, dan osmolalitas.

  • CMAs dan CPPs: Jenis lipid, metode hidrasi, dan suhu pengolahan liposom.

Kerangka teori ini menjadikan formulasi sebagai hasil dari interaksi antar parameter yang dapat diprediksi dan dikontrol, bukan hasil coba-coba semata.

Struktur Formulasi dan Strategi Teknologi

Mengapa Liposom?

HCQ memiliki keterbatasan bioavailabilitas dan potensi toksisitas sistemik. Liposom dipilih sebagai sistem penghantaran untuk:

  • Meningkatkan profil farmakokinetik HCQ.

  • Memungkinkan penghantaran langsung ke sistem retikuloendotelial (liver, paru, ginjal).

  • Menghindari efek samping kardiotoksik yang umum terjadi pada sediaan oral.

Pemilihan Lipid dan Rasio Komponen

Penulis menguji kombinasi lipid HSPC:Cholesterol dan DSPC:Cholesterol dalam berbagai rasio:

  • HSPC:Chol (2:1) menghasilkan efisiensi enkapsulasi terbaik dan ukuran partikel stabil.

  • Variasi suhu hidrasi (40 °C vs. 60 °C) berpengaruh signifikan terhadap struktur liposom.

Fakta ini menunjukkan bahwa aspek termodinamik formulasi (misalnya titik transisi lipid) merupakan variabel penting dalam desain liposom.

Pendekatan Eksperimental dan Hasil Utama

Studi 1: Efek Rasio Lipid terhadap Kualitas Liposom

Temuan:

  • Rasio HSPC:Chol 2:1 memberikan ukuran partikel ~150 nm dengan PdI < 0.2 dan efisiensi enkapsulasi >80%.

  • Rasio DSPC:Chol menghasilkan partikel lebih besar dan enkapsulasi lebih rendah.

Refleksi Teoretis:

Ukuran partikel <200 nm sangat ideal untuk akumulasi pasif melalui permeabilitas vaskular yang meningkat (EPR effect), relevan untuk jaringan inflamasi pada pasien COVID-19.

Studi 2: Pengaruh Suhu Hidrasi dan Teknik Homogenisasi

  • Suhu 60 °C menghasilkan partikel yang lebih kecil dan PdI yang lebih rendah, menunjukkan fluiditas membran lipid meningkat pada suhu di atas titik transisi.

  • Teknik extrusion lebih unggul daripada sonikasi dalam mengontrol distribusi ukuran dan menjaga stabilitas struktur.

Studi 3: Uji Stabilitas dan Parameter Kritis

  • Liposom stabil hingga 12 minggu pada suhu 4 °C, dengan sedikit degradasi kandungan HCQ.

  • Osmolalitas terjaga dalam rentang fisiologis (280–300 mOsm/kg), memastikan kenyamanan dan keamanan injeksi intravena.

Evaluasi Narasi Argumentatif dan Logika Penalaran Penulis

Kekuatan Pendekatan

  1. Konsistensi antara tujuan dan metode: Penulis tidak hanya menyatakan target kualitas (QTPP), tetapi juga menunjukkan bagaimana setiap keputusan formulasi didasarkan pada parameter tersebut.

  2. Data mendukung argumen: Setiap klaim—misalnya, bahwa rasio lipid tertentu lebih unggul—disertai data kuantitatif dan interpretasi teoretis.

  3. Integrasi ilmiah lintas disiplin: Kimia lipid, fisika partikel, dan kebutuhan klinis diintegrasikan menjadi satu kesatuan desain formulasi.

Kritik Terhadap Metodologi

  • Minimnya evaluasi in vitro terhadap pelepasan HCQ: Studi tidak memasukkan profil pelepasan dari liposom, padahal ini penting untuk menilai kecepatan distribusi dan risiko akumulasi.

  • Belum adanya uji sitotoksisitas atau kompatibilitas seluler: Untuk produk parenteral, validasi biologis awal sangat penting meskipun berada di luar cakupan utama studi.

  • Stabilitas jangka panjang (>3 bulan) belum dievaluasi: Padahal untuk produk injeksi, shelf-life menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan IMP (Investigational Medicinal Product).

Interpretasi Teoretis terhadap Data Kunci

Efisiensi Enkapsulasi >80%: Apa Maknanya?

Dalam konteks formulasi liposom, efisiensi enkapsulasi yang tinggi menunjukkan kemampuan sistem untuk menjaga muatan obat secara stabil hingga diberikan ke pasien. Ini juga menandakan bahwa interaksi antara HCQ dan bilayer lipid bersifat favorable secara termodinamika—menunjukkan kompatibilitas molekul.

Ukuran Partikel dan PdI sebagai Penentu Kinerja Klinis

Ukuran partikel yang seragam (<200 nm dengan PdI <0.2) menjamin:

  • Konsistensi farmakokinetik antar batch.

  • Distribusi yang lebih baik dalam sirkulasi darah.

  • Risiko yang lebih kecil terhadap aglomerasi atau reaksi imun.

Hal ini sangat penting dalam konteks penggunaan parenteral pada pasien dengan kondisi akut seperti COVID-19.

Implikasi Ilmiah dan Potensi Masa Depan

Studi ini berkontribusi pada dua ranah besar:

  1. Model penerapan QbD dalam formulasi liposomal: Menawarkan pendekatan sistematik yang dapat direplikasi untuk molekul lain, terutama untuk produk injeksi.

  2. Peluang translasi cepat ke fase klinis: Dengan data efisiensi, stabilitas, dan parameter fisik yang baik, formulasi ini siap untuk diuji dalam uji pra-klinik dan klinis lebih lanjut.

Implikasi lebih luas adalah kemungkinan mengembangkan platform liposomal berbasis QbD untuk antiviral lain, membuka cakrawala formulasi parenteral berbasis kebutuhan pasien dan standar kualitas global.

Kesimpulan: QbD sebagai Jembatan antara Desain Ilmiah dan Kesiapan Klinis

Manning et al. telah menunjukkan bahwa pendekatan Quality by Design bukan sekadar alat dokumentasi atau strategi regulatori, melainkan jantung dari inovasi farmasi yang efisien dan rasional. Dengan menerapkan QbD secara menyeluruh, mereka berhasil menciptakan formulasi liposomal HCQ yang stabil, efektif, dan siap untuk pengembangan lebih lanjut sebagai produk obat investigasi untuk COVID-19. Studi ini menempatkan kualitas sebagai hasil dari logika ilmiah dan kontrol proses—suatu pendekatan yang semakin relevan di era terapi presisi dan kebutuhan klinis yang mendesak.

DOI resmi paper: https://doi.org/10.1016/j.ajps.2024.100197