Optimalisasi Kualitas Farmasi Melalui Pendekatan Quality by Design (QbD): Refleksi atas Formulasi Nanopartikel Imiquimod untuk Produk Obat Investigasi

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra

02 Agustus 2025, 11.37

Pendahuluan

Dalam dunia farmasi modern, pendekatan Quality by Design (QbD) tidak hanya merepresentasikan cara baru dalam pengembangan obat, melainkan juga paradigma filosofis yang memprioritaskan kualitas sebagai fondasi dari inovasi ilmiah. Paper berjudul “Quality by Design (QbD) Approach for a Nanoparticulate Imiquimod Formulation as an Investigational Medicinal Product” menawarkan studi mendalam dan terstruktur mengenai bagaimana prinsip-prinsip QbD diterapkan dalam perancangan dan evaluasi formulasi nanopartikel Imiquimod (IMQ), khususnya dalam konteks pengujian klinis fase I/II untuk pengobatan actinic keratosis (AK).

Konsep dan Kerangka Teori: Inti Filosofis QbD dalam Pengembangan Obat

Apa itu QbD?

QbD merupakan pendekatan sistematik dalam pengembangan farmasi yang mengintegrasikan metode statistik, manajemen risiko, dan kontrol kualitas sejak tahap perancangan produk. Konsep ini menekankan pemahaman menyeluruh atas produk dan proses untuk menjamin konsistensi kualitas. Dalam studi ini, elemen-elemen QbD utama meliputi:

  • Quality Target Product Profile (QTPP) sebagai panduan desain produk akhir.

  • Critical Quality Attributes (CQAs) seperti ukuran partikel, pH, dan stabilitas mikrobiologis.

  • Critical Material Attributes (CMAs) dan Critical Process Parameters (CPPs) yang diidentifikasi melalui diagram Ishikawa dan matriks estimasi risiko.

Signifikansi Imiquimod Nanopartikel

IMQ adalah molekul kecil dengan kelarutan air rendah, yang ideal untuk diformulasikan sebagai nanosuspensi. Penurunan ukuran partikel ke skala nanometer memperbesar luas permukaan spesifik, yang meningkatkan laju disolusi dan penetrasi kulit melalui folikel rambut. Dengan ukuran target 300–400 nm, formulasi ini diharapkan memberikan pelepasan terkontrol dan efek terapeutik yang lebih baik dengan risiko efek samping sistemik yang lebih rendah dibandingkan produk komparator, Aldara.

Eksplorasi Argumentatif: Dari Desain Hingga Produksi

Desain Formulasi: Sinergi Antara Ilmu Material dan Biopermeabilitas

Paper ini menegaskan bahwa pemilihan bahan bukan hanya keputusan teknis, melainkan strategis. Misalnya:

  • Polysorbate 80 dipilih sebagai surfaktan tunggal karena stabilitasnya terhadap kristal IMQ dan kemampuannya mendispersikan jojoba wax sebagai fase minyak.

  • Carbopol 974P digunakan sebagai agen pengental berkat kemampuan membentuk gel stabil dalam rentang pH luas, memastikan viskositas tinggi dan waktu tinggal yang cukup di permukaan kulit.

  • pH 4–6 dipertahankan untuk menjaga stabilitas nanokristal dan efektivitas pengawet (methyl dan propylparaben).

Identifikasi Risiko: Diagram Ishikawa dan Matrik Risiko

Penulis secara sistematis mengidentifikasi faktor kritis yang dapat memengaruhi kualitas produk, mulai dari bahan baku (CMAs) hingga parameter proses (CPPs). Analisis ini membentuk tulang punggung QTPP dan memungkinkan kontrol ketat terhadap variabilitas antar-batch.

Metodologi Eksperimen: Pendekatan Statistik dan Validasi Model

Desain Eksperimen (DoE): Bukti Kuantitatif untuk Optimalisasi

Untuk mengoptimalkan proses wet media milling, dua parameter diuji:

  • Waktu milling (60–240 menit)

  • Kecepatan rotasi (250–650 rpm)

Dengan menggunakan pendekatan central composite design (CCD), penulis menemukan bahwa:

  • Ukuran partikel menurun secara non-linear terhadap kedua parameter.

  • Waktu milling memiliki dampak signifikan terhadap Polydispersity Index (PdI).

  • Kondisi optimal adalah 650 rpm selama 135 menit, menghasilkan ukuran partikel 349.99 nm dan PdI 0.205 (dengan nilai observasi sangat dekat).

Validasi Model

Hasil eksperimental menunjukkan deviasi kecil (kurang dari 10%) dari nilai prediksi, memperkuat validitas model. Ini mencerminkan kekuatan metode QbD dalam memberikan keandalan produksi dalam skala GMP.

Implementasi Strategi Kontrol: Kualitas sebagai Proses Bukan Produk

Penulis menetapkan serangkaian kontrol kualitas (QC) dan in-process controls (IPC) untuk memverifikasi konsistensi antar-batch. Beberapa indikator utama:

  • Ukuran partikel dan PdI stabil pada kisaran yang ditentukan.

  • Kandungan IMQ berada antara 94–105%, dalam batas yang disyaratkan.

  • pH stabil di kisaran 4.0–6.0.

  • Pengujian mikrobiologis dan impuritas memenuhi standar Ph.Eur.

Konsistensi ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan teknis formulasi, tetapi juga pembenaran filosofi QbD: kualitas harus dibangun sejak awal.

Refleksi Teoretis: Makna Lebih Dalam dari Ukuran Partikel dan pH

Implikasi Ukuran Partikel

Ukuran partikel <400 nm memungkinkan migrasi optimal ke folikel rambut, yang merupakan reservoir penting untuk pelepasan obat transdermal. Imiquimod dalam bentuk nanokristal dapat disimpan hingga 10 hari di folikel, mendukung pelepasan berkelanjutan tanpa meningkatkan paparan sistemik.

Makna pH dalam Formulasi

pH bukan hanya tentang kenyamanan kulit, tetapi juga tentang kontrol solubilitas. IMQ, sebagai basa lemah (pKa 7.3), menunjukkan peningkatan solubilitas pada pH rendah. Namun, peningkatan ini justru bisa berbahaya, karena meningkatkan pelepasan sistemik dan menurunkan efektivitas gel. Oleh karena itu, pH 4–6 menjadi titik keseimbangan antara stabilitas fisik, efektivitas pengawet, dan struktur gel.

Kritik terhadap Pendekatan Metodologis

Kekuatan

  • Keterpaduan sistematis antara QTPP, CMAs, CPPs, dan CQAs menjadikan studi ini sebagai studi kasus ideal penerapan QbD.

  • DoE dan validasi model menunjukkan pemahaman mendalam terhadap hubungan sebab-akibat.

Kelemahan atau Kekurangan Potensial

  • Pendekatan empiris terhadap jumlah siklus homogenisasi tekanan tinggi menunjukkan ruang untuk penguatan dengan pendekatan statistik.

  • Konsentrasi surfaktan dan pengawet ditetapkan berdasarkan literatur dan uji coba terbatas; optimalisasi lebih lanjut bisa memperkuat formulasi.

Potensi Ilmiah dan Implikasi Masa Depan

Formulasi IMI-Gel menunjukkan bahwa pendekatan QbD dapat diterapkan secara efektif dalam produk obat investigasi akademik tanpa kompromi terhadap standar industri. Implikasi lebih luas:

  • Reproduksibilitas tinggi dalam skala kecil membuka jalan bagi kolaborasi akademik-industri.

  • Formulasi nanopartikel berbasis QbD dapat diaplikasikan untuk senyawa lain dengan tantangan bioavailabilitas rendah.

  • Metodologi ini memfasilitasi proses persetujuan regulatori karena dokumentasi kontrol risiko dan kualitas yang kuat.

Kesimpulan

Paper ini tidak hanya mendemonstrasikan bagaimana pendekatan QbD dapat diimplementasikan dalam pengembangan produk obat investigasi berbasis nanopartikel, tetapi juga memperlihatkan integrasi cerdas antara konsep farmasetika, teknik formulasi, dan manajemen risiko. Melalui studi ini, IMI-Gel tampil sebagai contoh teladan dari sains farmasi modern: berbasis data, teoritis kokoh, dan berorientasi pada pasien.

DOI resmi paper: https://doi.org/10.3390/pharmaceutics15020514

Jika Anda ingin saya ubah ke format dokumen .docx atau PDF, atau menambahkan grafik/struktur tabel untuk publikasi, silakan beri tahu.