Nyaris Celaka di Meja Kerja, Saya Belajar 52 Cara Mencegah Bencana dari Sebuah Paper Ilmiah

Dipublikasikan oleh Melchior Celtic

15 Oktober 2025, 15.26

Nyaris Celaka di Meja Kerja, Saya Belajar 52 Cara Mencegah Bencana dari Sebuah Paper Ilmiah

Kecelakaan yang Nyaris Terjadi di Meja Kerja Saya

Pagi ini, saya hampir celaka di meja kerja sendiri. Bukan karena mesin berat atau bahan kimia berbahaya, tapi karena kabel charger laptop yang menjuntai. Sambil buru-buru bangkit untuk mengambil kopi, kaki saya tersangkut. Selama sepersekian detik, dunia saya miring. Cangkir kopi di tangan saya terlempar, untungnya ke arah yang aman, dan saya berhasil menyeimbangkan diri sebelum jatuh menimpa tumpukan buku. Jantung saya berdebar kencang.

Itu adalah insiden kecil, sebuah gangguan yang mudah dilupakan. Tapi setelah adrenalin mereda, saya duduk dan menatap "sarang ular" di bawah meja saya: kabel monitor, charger ponsel, lampu meja, dan extension cord yang sudah bekerja keras. Saya sadar, di ruang kerja yang seharusnya paling aman ini, saya telah mengabaikan sebuah risiko yang sangat jelas.

Kejadian sepele itu memicu sebuah pertanyaan di benak saya: jika saya bisa begitu buta terhadap bahaya di lingkungan saya yang terkendali, bahaya apa saja yang tersembunyi di tempat-tempat di mana taruhannya adalah nyawa?

Rasa penasaran ini membawa saya ke sebuah "lubang kelinci" di internet, dan saya menemukan sebuah paper penelitian yang menarik. Judulnya terdengar teknis: "Identifikasi Bahaya Proses Blasting dan Painting di Perusahaan Fabrikasi Menggunakan Job Hazard Analysis (JHA)". Paper ini, ditulis oleh Arina 'arofatuz Zakiyah dan timnya, pada dasarnya adalah sebuah cerita detektif di sebuah pabrik fabrikasi baja di Surabaya. Para peneliti ini tidak mencari penjahat, melainkan mencari "tersangka" lain: setiap potensi bahaya yang bisa mencelakai pekerja.  

Mereka menggunakan sebuah metode yang disebut Job Hazard Analysis (JHA) untuk memetakan setiap risiko dalam dua proses kerja spesifik: blasting (pembersihan karat dengan semprotan pasir bertekanan tinggi) dan painting (pengecatan industri). Hasilnya? Mereka menemukan 52 potensi bahaya yang berbeda. Angka itu mengejutkan saya dan membuat saya ingin tahu lebih dalam.  

Membedah Sebuah Dunia yang Asing: Perjalanan ke Jantung Pabrik Fabrikasi Baja

Bayangkan sebuah dunia yang jauh dari kantor kita yang nyaman. Sebuah dunia yang didominasi oleh suara bising, percikan api, dan bau tajam bahan kimia. Inilah dunia pabrik fabrikasi baja. Paper ini membawa kita ke dua area spesifik di sana.

Pertama, area blasting. Ini bukan sekadar membersihkan debu. Proses ini adalah badai terkendali, di mana "pasir steel grit dengan angin bertekanan tinggi" ditembakkan ke permukaan baja untuk melucuti karat dan kotoran. Prosesnya sangat keras dan menghasilkan debu yang luar biasa banyak.  

Kedua, area painting. Lupakan kuas cat yang lembut. Di sini, pengecatan adalah proses industrial untuk melindungi baja dari korosi. Pekerja menggunakan cat dan thinner dalam jumlah besar, sering kali dengan metode semprot yang memenuhi udara dengan uap kimia.  

Di tengah lingkungan yang penuh risiko ini, bagaimana para peneliti bisa menemukan 52 bahaya? Mereka menggunakan Job Hazard Analysis (JHA).

Cara terbaik untuk memahami JHA adalah dengan sebuah analogi. Bayangkan Anda sedang menulis resep masakan yang rumit untuk seorang pemula. Dengan JHA, Anda tidak hanya menulis langkah-langkahnya ("potong bawang", "panaskan minyak"), tapi Anda juga bertanya dengan paranoid, "Apa hal terburuk yang bisa terjadi di setiap langkah?"

  • Langkah: Potong bawang. Bahaya: Pisau tajam, bawang licin. Risiko: Jari teriris. Pengendalian: Gunakan talenan yang stabil, pastikan pisau selalu tajam (pisau tumpul lebih berbahaya), dan ajarkan teknik memotong yang benar.

  • Langkah: Panaskan minyak. Bahaya: Minyak panas. Risiko: Terciprat ke kulit atau mata, menyebabkan luka bakar. Pengendalian: Gunakan wajan yang dalam, jangan masukkan bahan basah ke minyak panas, dan sediakan penutup wajan.

Para peneliti di paper ini menerapkan logika "koki paranoid" yang sama ke tujuh tahapan kerja di pabrik, mulai dari saat pekerja mempersiapkan diri di pagi hari hingga saat mereka membersihkan area kerja di sore hari. Mereka memecah setiap proses menjadi bagian-bagian kecil, mengidentifikasi bahaya, dan merekomendasikan cara pengendaliannya. Ini adalah sebuah model berpikir yang sangat kuat untuk menyelesaikan masalah secara proaktif.  

Peta Harta Karun Bahaya: Menemukan 52 Risiko di Tujuh Tahapan Kerja

Saat saya menyelami tabel-tabel hasil penelitian, saya menemukan pola yang menarik. Ke-52 bahaya ini bukan sekadar daftar acak; mereka menceritakan sebuah kisah tentang bagaimana kecelakaan kerja terjadi. Saya mengelompokkannya menjadi tiga tema besar.

Bahaya Bukan Dimulai dari Mesin, Tapi dari Pikiran dan Tubuh Manusia

Hal yang paling mengejutkan dari penelitian ini adalah titik awalnya. Analisis bahaya tidak dimulai dari mesin yang meledak atau tumpahan bahan kimia. Analisis ini dimulai dari dalam diri pekerja itu sendiri. Tabel pertama dalam paper ini didedikasikan sepenuhnya untuk "Persiapan Pekerja".  

Di sini, bahaya yang teridentifikasi bukanlah hal-hal fisik, melainkan kondisi internal:

  • Kesehatan pekerja kurang baik: Risiko yang ditimbulkan adalah pekerja bisa jatuh sakit saat bekerja, yang tentu saja menurunkan konsentrasi dan kewaspadaan.

  • Pekerja kurang mengetahui peraturan K3: Ini adalah resep bencana. Pekerja yang tidak tahu aturannya tidak akan tahu cara melindungi diri sendiri atau rekan kerjanya.

  • Konflik kerja: Ini bukan lagi masalah personal, tapi masalah keselamatan. Konflik bisa menyebabkan "stres kerja," dan pekerja yang stres lebih mungkin melakukan human error—faktor yang disebut sebagai penyebab 80-85% kecelakaan kerja.  

Ini adalah sebuah pengungkapan yang mendalam. Para peneliti secara sadar menempatkan faktor manusia sebagai prioritas pertama. Ini menyiratkan bahwa sistem keselamatan paling canggih sekalipun akan gagal jika manusianya tidak dalam kondisi prima—baik secara fisik maupun mental. Bahaya terbesar sering kali bukanlah mesin yang rusak, melainkan pikiran yang terganggu atau tubuh yang lelah. Ini berarti, budaya kerja yang mendukung kesehatan mental, memberikan pelatihan yang memadai (safety induction, toolbox meeting), dan memastikan pekerja kompeten adalah fondasi dari semua upaya keselamatan.

Drama di Balik Kabel, Selang, dan Lantai yang Berlubang: Ketika Hal Sepele Menjadi Mematikan

Ketika kita membayangkan kecelakaan industri, mungkin yang terlintas adalah ledakan dahsyat. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar bahaya justru datang dari hal-hal yang "membosankan" dan sering kita anggap remeh.

Saya menemukan bahaya-bahaya ini tersebar di beberapa tabel:

  • Dari persiapan peralatan: "Penempatan kompresor... tidak rata" yang bisa membuatnya terjatuh, atau "Kabel tidak terisolasi" yang berisiko sengatan listrik dan kebakaran.  

  • Dari persiapan lokasi: "Lantai licin dan berlubang" yang bisa membuat pekerja terpeleset atau tersandung, dan "Area kerja kotor" yang bisa menjadi sarang penyakit.  

  • Dari proses housekeeping: "Peralatan berantakan" yang bisa membuat orang tersandung atau terluka.  

Bahaya-bahaya kecil ini bisa memicu efek domino yang mematikan. Bayangkan seorang pekerja berjalan di "lantai licin" sambil membawa peralatan. Ia "terpeleset," lalu terjatuh menimpa "plat baja tajam" yang tergeletak karena "peralatan berantakan." Dalam skenario lain, ia mungkin menyenggol drum berisi "cat/thinner" yang mudah terbakar, menyebabkan kebakaran.

Pola ini mengajarkan kita bahwa disiplin adalah alat keselamatan. Rekomendasi pengendalian yang paling sering muncul dalam paper ini adalah "Penerapan housekeeping yang baik sesuai 5R". Ini bukan sekadar anjuran untuk bersih-bersih. Ini adalah strategi manajemen risiko. Menjaga kerapian, memastikan semua alat berada di tempatnya, dan segera membersihkan tumpahan adalah tindakan pencegahan kecelakaan yang paling fundamental.  

  • 🚀 Hasilnya luar biasa: Dari 52 bahaya, sebagian besar berasal dari hal-hal yang kita anggap sepele, seperti kabel yang berserakan atau lantai yang tidak rata.

  • 🧠 Inovasinya: Pendekatan JHA memaksa kita untuk melihat setiap objek—bukan sebagai alat, tapi sebagai bagian dari sistem yang bisa gagal kapan saja.

  • 💡 Pelajaran: Jangan pernah meremehkan kekuatan dari "kerapian". Disiplin dalam menjaga lingkungan kerja adalah bentuk pencegahan kecelakaan paling mendasar.

Di Dalam Badai Pasir dan Kabut Cat: Mengurai Risiko yang Tak Terlihat

Tentu saja, ada juga bahaya-bahaya dramatis yang spesifik untuk proses blasting dan painting. Namun, yang paling menarik perhatian saya bukanlah risiko ledakan yang instan, melainkan risiko yang membunuh secara perlahan dan tak terlihat.

Dalam proses blasting, bahaya utamanya adalah "Debu atau pasir steel grit." Risikonya bukan sekadar batuk, tapi "gangguan pernapasan, sesak nafas, iritasi mata, gangguan paru-paru". Paparan terus-menerus terhadap debu silika bisa menyebabkan penyakit paru-paru yang tidak dapat disembuhkan.  

Dalam proses painting, musuh tak terlihatnya adalah "Uap dan bau cat/thinner." Ini bukan hanya soal bau yang menyengat. Risikonya jauh lebih mengerikan: "kanker, gangguan ginjal". Bahan kimia yang terhirup hari ini bisa merusak organ tubuh secara permanen bertahun-tahun kemudian.  

Selain itu, ada juga bahaya "Kebisingan" dari mesin kompresor yang bisa menyebabkan "tuli permanen," dan "Posisi kerja tidak ergonomis" yang menyebabkan "sakit pinggang atau nyeri sendi" kronis.  

Ini mengubah cara saya memandang risiko. Keselamatan bukan hanya tentang mencegah apa yang bisa membunuhmu hari ini, tapi juga tentang mencegah apa yang bisa membunuhmu 20 tahun dari sekarang. Ini menyoroti betapa krusialnya alat pengendalian yang sering tak terlihat: ventilasi yang baik ("pemasangan exhaust fan"), pemantauan lingkungan kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, seperti masker respirator berkualitas tinggi.

Apa yang Paling Mengejutkan Saya (dan Sedikit Kritik Halus)

Setelah membaca keseluruhan paper, saya terkejut dengan betapa sederhananya sebagian besar solusi yang diusulkan. Saya mengharapkan rekomendasi tentang robot canggih atau sistem AI yang kompleks. Kenyataannya, solusi yang paling sering diulang adalah: "Pelaksanaan inspeksi K3 secara berkala," "Pastikan pekerja mengikuti prosedur," dan "Penerapan housekeeping yang baik".  

Pelajaran terbesarnya adalah: keunggulan dalam keselamatan (dan mungkin dalam banyak hal lain) tidak datang dari solusi ajaib, melainkan dari eksekusi yang konsisten dan tanpa henti terhadap hal-hal dasar.

Namun, ada satu hal yang membuat saya berpikir. Meski temuannya hebat dan sangat detail, ada satu pola dalam kolom "Upaya Pengendalian" yang sedikit mengganjal. Hampir setiap bahaya diakhiri dengan rekomendasi "Menggunakan APD" (Alat Pelindung Diri). Tentu, APD itu vital. Tapi dalam hierarki pengendalian risiko yang juga disinggung di paper ini, APD adalah garis pertahanan terakhir, bukan yang pertama. Hirarki ini memprioritaskan solusi dari yang paling efektif ke yang paling tidak efektif: eliminasi (hilangkan bahaya), substitusi (ganti dengan yang lebih aman), rekayasa teknik (pasang pelindung mesin), kontrol administratif (buat prosedur), dan terakhir, APD.

Ketergantungan pada APD mungkin mencerminkan realitas di lapangan—lebih mudah memberikan helm daripada merancang ulang seluruh proses untuk menghilangkan bahaya dari akarnya. Paper ini adalah potret yang jujur, tapi juga pengingat bahwa kita harus selalu menantang diri untuk mencari solusi yang lebih tinggi di piramida pengendalian.

Mencuri Ilmu K3 untuk Kehidupan Sehari-hari

Mungkin Anda berpikir, "Ini semua menarik, tapi saya bekerja di kantor, bukan di pabrik baja." Di sinilah letak keindahan dari JHA. Ini bukan hanya metode untuk K3; ini adalah kerangka berpikir universal untuk mengurangi risiko dalam tugas apa pun.

Bayangkan Anda seorang manajer proyek. Anda bisa menggunakan JHA untuk membedah proyek Anda. Setiap fase adalah "tahapan kerja." Anda bertanya, "Apa yang bisa membuat kita gagal di sini? Ketergantungan pada vendor? Kode yang buggy? Komunikasi yang buruk?" Anda mengidentifikasi risiko dan membuat rencana mitigasi sebelum masalah terjadi.

Bahkan Anda bisa menerapkan JHA mini untuk hari Anda.

  • Tugas: Menulis laporan penting.

  • Potensi Bahaya: Gangguan dari media sosial, kelelahan, kebuntuan ide.

  • Risiko: Laporan terlambat atau berkualitas buruk.

  • Pengendalian: Matikan notifikasi (rekayasa teknik), gunakan teknik Pomodoro (prosedur), siapkan kopi (bahan pendukung).

Kemampuan untuk memecah proses, mengidentifikasi potensi kegagalan, dan secara proaktif mengendalikannya adalah skill fundamental di abad ke-21. Ini bukan hanya tentang keselamatan fisik; ini tentang kompetensi profesional dan efektivitas. Jika Anda tertarik untuk mengasah kemampuan analisis dan manajemen seperti ini dalam konteks profesional yang lebih luas, program-program yang ditawarkan di (https://diklatkerja.com/) bisa menjadi langkah awal yang sangat baik untuk membangun fondasi tersebut.

Kesimpulan: Bekerja Lebih Cerdas dengan Melihat yang Tak Terlihat

Kembali ke meja kerja saya. Kabel yang hampir membuat saya celaka tadi pagi sekarang sudah saya rapikan dengan cable organizer. Sebuah tindakan kecil, sebuah "upaya pengendalian" sederhana.

Paper tentang pabrik baja di Surabaya ini mengajarkan saya sebuah pelajaran berharga. Tanda sejati seorang profesional—baik itu pekerja baja, dokter bedah, atau penulis—bukan hanya kemampuan untuk melakukan tugasnya dengan baik, tetapi juga kemampuan untuk melihat dan menetralkan apa yang bisa salah. Keselamatan bukanlah tentang menghindari pekerjaan; ini tentang menciptakan kondisi di mana pekerjaan yang luar biasa dapat terjadi tanpa rasa takut atau kegagalan.

Penelitian ini memberi kita cetak biru untuk mengembangkan kewaspadaan itu. Ia mengajak kita untuk melihat dunia di sekitar kita dengan mata seorang "detektif bahaya," mencari petunjuk-petunjuk kecil yang bisa mengarah pada masalah besar, dan menyelesaikannya sebelum terjadi.

Tentu saja, tulisan ini hanya menggores permukaan dari sebuah penelitian yang padat dan detail. Jika Anda seorang profesional K3, engineer, atau sekadar seorang kutu buku seperti saya yang terpesona oleh metodologi di baliknya, saya sangat merekomendasikan untuk membaca paper aslinya.

(https://doi.org/10.55123/insologi.v3i2.3422)