Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah fundamental dalam pembangunan perkotaan: akses yang terbatas terhadap layanan esensial di kawasan kumuh—terutama air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak—secara langsung melanggengkan siklus kemiskinan dan memperburuk kesenjangan sosial. Latar belakang masalah yang diangkat adalah bahwa meskipun banyak intervensi dilakukan, sering kali terdapat kegagalan dalam implementasi karena kurangnya model kebijakan yang komprehensif, khususnya yang berkaitan dengan tata letak bangunan (building layout).
Kerangka teoretis studi ini memposisikan kebijakan yang terstruktur sebagai aspek penting untuk mencapai pembangunan perkotaan yang berkelanjutan di area-area rentan ini. Hipotesis yang mendasari karya ini adalah bahwa intervensi yang berhasil tidak dapat bersifat parsial, melainkan harus merupakan hasil dari interaksi kompleks antara kebijakan pemerintah, partisipasi komunitas, dan dukungan ekonomi. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menutup kesenjangan pengetahuan dengan "menciptakan model kebijakan untuk penataan bangunan di kawasan kumuh yang dapat mengarahkan pembentukan permukiman berkelanjutan."
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metodologi kuantitatif yang canggih, dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk tidak hanya mengukur hubungan antar variabel, tetapi juga untuk menguji dan menginterpretasikan dampak dari serangkaian kebijakan penataan bangunan terhadap tujuan akhir, yaitu "pembangunan permukiman berkelanjutan."
Proses metodologisnya melibatkan pengujian hipotesis mengenai hubungan antara berbagai variabel. Berdasarkan temuan yang disajikan, variabel-variabel ini mencakup "kebijakan pemerintah," "keterlibatan komunitas," dan "pemangku kepentingan non-pemerintah".
Kebaruan dari karya ini terletak pada penggunaan SEM untuk secara statistik memvalidasi sebuah model kebijakan holistik untuk pembangunan kawasan kumuh. Alih-alih hanya mengidentifikasi masalah secara kualitatif, penelitian ini memberikan bukti kuantitatif mengenai faktor-faktor mana yang memiliki dampak statistik paling signifikan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data menggunakan SEM menghasilkan serangkaian temuan yang jelas mengenai faktor-faktor penentu keberhasilan pembangunan permukiman berkelanjutan.
-
Peran Kritis Kebijakan Pemerintah: Temuan utama dari analisis SEM adalah adanya "korelasi yang penting dan menguntungkan antara kebijakan pemerintah dan keterlibatan komunitas." Studi ini menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah yang progresif dan inklusif memainkan peran krusial dalam mengarahkan pembangunan permukiman berkelanjutan, terutama dalam mendukung peningkatan akses ke infrastruktur dan layanan dasar.
-
Fokus pada Layanan Dasar dan Ekonomi: Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor spesifik yang paling berpengaruh. Ditemukan bahwa peningkatan akses ke layanan dasar—secara eksplisit disebut sebagai "air bersih, sanitasi"—merupakan faktor kunci yang mempengaruhi pembangunan permukiman berkelanjutan. Selain itu, dalam konteks lingkungan, kebijakan pemberdayaan ekonomi terbukti vital. Dukungan terhadap bisnis lokal dapat "menciptakan lapangan kerja lokal, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi tingkat kemiskinan."
-
Temuan Mengejutkan tentang Pemangku Kepentingan Non-Pemerintah: Salah satu "temuan menarik" dari analisis SEM adalah yang berkaitan dengan pemangku kepentingan non-pemerintah (seperti LSM). Meskipun diakui berkontribusi signifikan pada proyek pembangunan secara umum, investigasi ini "tidak menunjukkan bahwa mereka memiliki dampak besar pada pembangunan struktur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan" di kawasan kumuh.
Secara kontekstual, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa meskipun partisipasi komunitas dan dukungan LSM penting, intervensi yang paling berdampak dan berkelanjutan adalah intervensi yang dipimpin oleh kebijakan pemerintah yang kuat dan berfokus pada infrastruktur dasar (air/sanitasi) serta pemberdayaan ekonomi.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun kuat secara statistik, keterbatasan dari studi berbasis SEM adalah bahwa ia menunjukkan korelasi, bukan kausalitas absolut. Selain itu, temuan yang mengejutkan mengenai rendahnya dampak pemangku kepentingan non-pemerintah terhadap "struktur berkelanjutan" mungkin bersifat spesifik konteks dan memerlukan penelitian kualitatif lebih lanjut untuk memahami mengapa dampak tersebut tidak terdeteksi secara signifikan dalam model.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas. Ia memberikan cetak biru berbasis bukti bagi para pembuat kebijakan: untuk berhasil, program perbaikan kawasan kumuh harus merupakan paket terintegrasi yang dipimpin oleh pemerintah yang secara simultan menggabungkan (1) keterliba_tan komunitas yang proaktif, (2) investasi infrastruktur keras pada layanan dasar, dan (3) kebijakan pemberdayaan ekonomi.
Untuk penelitian di masa depan, temuan mengenai pemangku kepentingan non-pemerintah membuka jalan untuk investigasi yang sangat dibutuhkan. Penelitian selanjutnya harus mengeksplorasi mengapa kontribusi mereka mungkin tidak secara efektif diterjemahkan ke dalam hasil fisik yang ramah lingkungan, dan bagaimana sinergi antara pemerintah dan aktor non-pemerintah dapat ditingkatkan.
Sumber
Sastrodiningrat, M. R., Bisri, M., dkk. (2024). Rural management and agricultural development: Rural communities and aid. Transactions of the Chinese Society of Agricultural Machinery, 55(4).