Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada aspirasi Jammu untuk mentransformasi citranya dari kota transit tradisional menjadi kota "kelas dunia" yang ramah pengunjung. Latar belakang masalahnya adalah kekacauan visual akibat rambu jalan ad-hoc yang tidak standar dan kondisi ruang bawah jembatan layang (flyover) yang terbengkalai menjadi tempat pembuangan sampah dan sumber bau. Kerangka teoretis proyek ini adalah konsep "Administrative Wakefulness" (kesadaran administratif) dan Placemaking. Tujuannya adalah meningkatkan legabilitas kota (city legibility) bagi komuter melalui informasi yang jelas dan mereklamasi ruang sisa infrastruktur abu-abu menjadi aset hijau ekologis.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif dengan triangulasi data. Tim peneliti melakukan audit fisik terhadap kepatuhan standar rambu, observasi kondisi tanaman, dan wawancara dengan pemangku kepentingan kota serta warga. Kebaruan proyek ini terletak pada pendekatan ganda: pembenahan infrastruktur informasi (kognitif) dan remediasi ekologis (visual/lingkungan) pada koridor mobilitas utama secara bersamaan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi Analisis implementasi proyek mengungkap dampak signifikan pada kualitas ruang publik:
-
Peningkatan Legabilitas: Penggantian rambu liar dengan signage standar IRC 67-2012 yang memiliki retro-reflektivitas tinggi berhasil mengurangi kebingungan navigasi bagi pengemudi dan turis, meningkatkan keselamatan lalu lintas.
-
Reklamasi Ruang Negatif: Instalasi taman vertikal di pilar-pilar flyover efektif mengubah area yang sebelumnya kumuh dan bau menjadi koridor hijau yang menyerap polusi udara dan meredam efek Urban Heat Island.
-
Persepsi Publik: Warga menganggap intervensi ini sebagai "perubahan pola pikir cerdas" (smart thinking change over), yang meningkatkan kebanggaan sipil terhadap estetika kota.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Studi ini mengidentifikasi risiko kritis pada aspek pemeliharaan berkelanjutan. Taman vertikal adalah sistem hidup yang menuntut irigasi dan perawatan konstan; kegagalan dalam hal ini akan mengubahnya menjadi "dinding mati" yang merusak pemandangan. Secara kritis, studi juga menyoroti tantangan tata kelola visual, di mana risiko iklan liar atau vandalisme kembali menutupi rambu dan infrastruktur baru masih tinggi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, studi ini membuktikan bahwa pemulihan estetika dan fungsi dasar adalah langkah awal krusial sebelum melangkah ke teknologi tinggi dalam Smart City. Rekomendasi utamanya adalah pelembagaan protokol pemeliharaan yang ketat untuk aset hijau dan integrasi lapisan digital (seperti kode QR pada rambu) di masa depan untuk menghubungkan infrastruktur fisik dengan informasi pariwisata digital.
Sumber
Studi Kasus C13: Urban mobility - Wayfinding Signage and Vertical Gardens. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 108-115). National Institute of Urban Affairs (NIUA).