Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan: Pentingnya Multistage ESIA dalam Proyek Jalan Nasional

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

31 Oktober 2025, 10.03

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Pedoman yang diterbitkan oleh United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP, 2001) menjadi tonggak penting dalam memperbaiki praktik pembangunan jalan yang ramah lingkungan dan sosial di kawasan Asia-Pasifik. Dokumen ini menekankan bahwa kerusakan lingkungan akibat proyek jalan—seperti degradasi tanah, polusi air/udara, hingga gangguan sosial dan hilangnya warisan budaya—seringkali bersifat permanen.

Temuan utamanya menyoroti perlunya proses Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) yang bersifat multistage dan berkelanjutan, bukan sekadar formalitas pada tahap perencanaan awal. Pendekatan multistage ini memastikan bahwa dampak lingkungan dan sosial dipantau dari tahap konsepsi, desain, konstruksi, hingga pascaoperasi.

Bagi Indonesia, temuan ini sangat relevan. Proyek infrastruktur jalan nasional seperti Jalan Tol Trans Jawa dan Jalan Trans Papua sering menghadapi kritik terkait dampak lingkungan dan sosial yang kurang terkelola. Integrasi multistage ESIA dapat menjadi landasan kebijakan baru dalam green infrastructure governance.

Untuk mendukung implementasi kebijakan ini, pelatihan profesional sangat dibutuhkan. Kursus yang relevan untuk meningkatkan kompetensi ini antara lain Pembangunan Infrastruktur dan Pelestarian Lingkungan Hidup, yang membahas pentingnya AMDAL (setara ESIA di Indonesia).

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Penerapan ESIA secara bertahap dan berkelanjutan menawarkan sejumlah keunggulan, namun juga menghadapi tantangan kelembagaan dan teknis.

Dampak Positif

  • Peningkatan Kualitas Keputusan: Mencegah kerusakan lingkungan permanen dengan mengintegrasikan hasil ESIA ke dalam desain teknik di setiap tahapan proyek.

  • Transparansi dan Kepercayaan Publik: Keterlibatan publik dalam proses screening dan evaluation meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi potensi konflik sosial.

  • Efektivitas Mitigasi: Pemantauan berkelanjutan (monitoring and post-evaluation) menjamin bahwa upaya mitigasi yang direncanakan benar-benar efektif di lapangan.

Hambatan Utama

  • Kualitas Data: Kurangnya data lingkungan dan sosial yang akurat dan up-to-date mempersulit analisis awal yang komprehensif.

  • Koordinasi Kelembagaan: Tidak adanya struktur kelembagaan yang jelas (single window) dalam ESIA menyebabkan lemahnya koordinasi antar lembaga (PUPR, KLHK, Bappenas).

  • Partisipasi Rendah: Rendahnya kesadaran dan partisipasi publik, terutama di daerah terpencil, menghambat efektivitas kebijakan berbasis konsultasi.

Peluang

  • Digitalisasi Data: Penggunaan sistem geo-mapping dan data lingkungan terpadu membuka peluang untuk analisis dampak berbasis bukti (real-time).

  • Dukungan Global: Dukungan dari lembaga internasional (ADB, UNEP, OECD) dapat memfasilitasi adopsi standar ESIA komprehensif di Asia Tenggara.

  • Peningkatan Kapasitas Lintas Disiplin: Pelatihan seperti Manajemen Konstruksi dan Infrastruktur dapat memperkuat kapasitas aparatur dalam mengelola proyek yang kompleks.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

Untuk mengadopsi prinsip multistage ESIA dari ESCAP, Indonesia dapat menerapkan langkah-langkah berikut:

  1. Wajibkan Multistage ESIA untuk Proyek Strategis: Proses ESIA harus mencakup tahap screening, examination, analysis, monitoring, dan evaluation dengan laporan terbuka untuk publik di setiap fase.

  2. Bangun Kelembagaan Koordinatif Antarinstansi: Bentuk unit lintas kementerian (PUPR, KLHK, Bappenas) yang memiliki mandat jelas untuk memastikan kepatuhan ESIA di seluruh tahapan proyek.

  3. Tingkatkan Keterlibatan Publik dan Transparansi: Sediakan forum konsultasi dan sistem pengaduan masyarakat yang mudah diakses dan aktif, bukan sekadar memenuhi syarat formal.

  4. Integrasikan Pelatihan Profesional Berkelanjutan: Tingkatkan kompetensi teknis melalui pelatihan khusus seperti Penerapan Environmental Management System ISO 14001:2015 atau kursus lain yang fokus pada Social Safeguard Management.

  5. Gunakan Teknologi Pemantauan dan Database Terpadu: Kembangkan dashboard nasional yang memanfaatkan citra satelit dan GIS untuk memantau dampak lingkungan dan sosial setiap proyek jalan secara real-time.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan multistage ESIA berpotensi gagal bila hanya dijadikan formalitas administratif tanpa komitmen implementatif yang kuat. Risiko kegagalan utamanya meliputi:

  • Disintegrasi Desain: Laporan ESIA tidak terintegrasi ke dalam desain teknik proyek, sehingga mitigasi dampak diabaikan saat konstruksi.

  • Penegakan Hukum Lemah: Minimnya sanksi atau penegakan hukum terhadap pelanggaran rekomendasi lingkungan dan sosial.

  • Akuntabilitas Profesional: Kurangnya akuntabilitas profesional dari konsultan ESIA dan pelaksana proyek.

Tanpa reformasi kelembagaan dan mekanisme sanksi yang tegas, pendekatan multistage ESIA berpotensi hanya menjadi dokumen tanpa makna substantif.

Penutup

Pedoman ESCAP ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur jalan yang berkelanjutan memerlukan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Pendekatan multistage ESIA menghadirkan model tata kelola pembangunan yang lebih adaptif, transparan, dan partisipatif.
Dengan menerapkan prinsip ini, Indonesia dapat memperkuat ketahanan sosial-lingkungan dalam proyek infrastruktur besar dan menghindari dampak jangka panjang yang merugikan.

Sumber

United Nations ESCAP. (2001). Multistage Environmental and Social Impact Assessment of Road Projects: Guidelines for a Comprehensive Process. New York: United Nations.