Mengapa Evaluasi Keamanan Terowongan Utilitas Harus Sepanjang Siklus Hidup?
Dengan percepatan urbanisasi di Tiongkok, terowongan utilitas kota menjadi solusi penting untuk menata jaringan kabel dan pipa secara terintegrasi di bawah tanah. Namun, struktur kompleks ini memiliki potensi risiko tinggi dari tahap perencanaan hingga operasional. Maka, diperlukan metode evaluasi keamanan yang menyeluruh sepanjang seluruh siklus hidup proyek—mulai dari perencanaan, desain, konstruksi, hingga operasional dan pemeliharaan.
Penelitian oleh Sun et al. (2022) menjawab kebutuhan ini dengan membangun model evaluasi keamanan berdasarkan grey clustering dan metode bobot entropi, yang kemudian diuji pada proyek nyata di Zhengzhou, Tiongkok.
Pendekatan: Menggabungkan Teori Siklus Hidup dan Analisis Grey Clustering
Penelitian ini berangkat dari teori whole life cycle yang membagi proyek menjadi empat tahap:
- Perencanaan
- Desain
- Konstruksi
- Operasi dan Pemeliharaan
Untuk menilai risiko di setiap tahap, peneliti menetapkan 26 indikator evaluasi keamanan dan menghitung bobot pentingnya masing-masing menggunakan metode entropi, yang mempertimbangkan variasi data secara objektif. Kemudian, penilaian akhir dilakukan menggunakan grey clustering, metode yang cocok untuk data kecil dan tidak pasti.
Studi Kasus: Proyek Terowongan Utilitas Kota di Zhengzhou
Penelitian ini mengkaji proyek terowongan utilitas bawah tanah yang terdiri dari dua kompartemen:
- Kompartemen pertama: 12 kabel listrik dan 18 kabel komunikasi.
- Kompartemen kedua: dua pipa pemanas (diameter 600 mm), satu pipa air limbah (diameter 300 mm), dan satu pipa air bersih (diameter 300 mm).
Proyek ini selesai dibangun pada Agustus 2018. Lima pakar konstruksi diminta menilai tingkat keamanan 26 indikator dalam proyek ini berdasarkan skala 0–100.
Hasil: Konstruksi Menjadi Tahap Paling Kritis
Bobot indikator berdasarkan metode entropi menunjukkan bahwa fase konstruksi memiliki kontribusi risiko tertinggi (30%), disusul oleh fase operasi dan pemeliharaan (25%), desain (23%), dan terakhir perencanaan (20%).
Indikator dengan bobot tertinggi:
- Risiko kualitas konstruksi (2,5%)
- Tingkat teknologi konstruksi (1,7%)
- Risiko lingkungan internal saat operasi (1,5%)
- Kesalahan perencanaan eksternal (1,9%)
- Perancangan pencegahan bencana (2%)
Kesimpulan awal: proyek ini tergolong "relatif aman", namun tetap ada ruang peningkatan khususnya pada:
- Manajemen risiko konstruksi
- Pemeliharaan struktur
- Pemantauan keamanan lingkungan internal terowongan
Keunggulan Metode Grey Clustering dalam Evaluasi Infrastruktur
Grey clustering unggul dalam:
- Menangani data terbatas dan tidak pasti
- Memberi hasil yang intuitif dan mudah ditafsirkan
- Menyesuaikan klasifikasi keamanan ke dalam lima kategori: sangat tidak aman, kurang aman, cukup aman, relatif aman, dan sangat aman
Fungsi whitening segitiga pusat digunakan untuk menghindari inkonsistensi penilaian, sehingga hasilnya lebih stabil.
Rekomendasi Praktis Berdasarkan Temuan
- Fokus pada fase konstruksi. Kualitas bangunan dan teknologi konstruksi harus menjadi prioritas utama.
- Manajemen risiko selama operasi. Penting untuk mengembangkan sistem visualisasi dan pemantauan pintar berbasis IoT atau BIM.
- Pertimbangkan pencegahan dini di tahap desain. Termasuk desain sistem pelarian, ventilasi, alarm, dan perlindungan terhadap sabotase.
- Replikasi dan adaptasi model ke proyek lain. Model ini bisa disesuaikan ke proyek di kota lain dengan data lokal dan pendapat ahli.
Nilai Tambah untuk Dunia Nyata
Dalam konteks pengembangan kota pintar, sistem seperti ini bisa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam manajemen infrastruktur bawah tanah. Hal ini penting bagi pemangku kebijakan, kontraktor, serta operator infrastruktur untuk menilai keamanan secara objektif, bahkan tanpa data besar atau sistem evaluasi mahal.
Kritik dan Keterbatasan
Penelitian ini hanya mengandalkan lima pakar dan satu proyek sebagai studi kasus, yang membatasi generalisasi hasil. Peneliti merekomendasikan agar model ini diuji pada berbagai lokasi dan melibatkan lebih banyak responden serta pendekatan komparatif dengan metode lain seperti fuzzy AHP atau surrogate models.
Kesimpulan: Evaluasi Keamanan Terowongan yang Menyeluruh & Praktis
Studi ini menunjukkan bahwa pendekatan kombinasi siklus hidup + grey clustering + bobot entropi dapat:
- Mengidentifikasi risiko kritis pada setiap fase proyek
- Membantu pengambilan keputusan berbasis data
- Memberi alat evaluasi yang fleksibel, intuitif, dan efektif
Untuk masa depan pembangunan terowongan utilitas di wilayah urban padat seperti Asia Tenggara dan Timur Tengah, model ini layak dijadikan rujukan awal dalam sistem perencanaan dan pengelolaan infrastruktur bawah tanah.
Sumber Artikel : Shaonan Sun, Congyu Xu, Ailing Wang, Yixin Yang, Mengqi Su. (2022). Safety evaluation of urban underground utility tunnel with the grey clustering method based on the whole life cycle theory. Journal of Asian Architecture and Building Engineering, 21(6), 2532–2544.