Pendahuluan: Menata Ulang Landasan Mutu Uji Klinik
Dalam disertasinya, Katharina Klatte menyajikan pendekatan inovatif dan reflektif terhadap integrasi Quality by Design (QbD) dalam ranah uji klinik, membangun jembatan antara teori manajemen mutu dan praktik klinis kontemporer. Lewat penyusunan sistematis dan berbasis studi empiris, Klatte menjawab satu pertanyaan besar: bagaimana QbD bisa mengatasi kegagalan mutu yang selama ini terjadi dalam uji klinik?
Disertasi ini tak hanya memformulasikan ulang pengertian mutu di dunia klinik, tetapi juga menganalisis kebijakan regulasi, metode risk assessment, serta peluang dan batasan penerapan QbD dalam konteks industri farmasi Eropa.
Kontribusi Ilmiah Disertasi
H2: Apa yang Dibawa Klatte ke Meja Akademik?
-
Formulasi teoritis menyeluruh atas QbD dalam konteks uji klinik.
-
Penilaian kritis terhadap efektivitas pendekatan QbD berdasarkan data empiris dari proyek IMI-2 "Trials@Home".
-
Pengembangan argumen reflektif tentang integrasi regulasi, etika, dan risiko dalam desain studi klinik.
Dengan demikian, Klatte menyatukan tiga dimensi: konseptual, operasional, dan reflektif, menjadikan disertasi ini kontribusi penting dalam diskusi lintas disiplin antara farmasi, regulasi, dan ilmu manajemen risiko.
Kerangka Teoretis: Mutu sebagai Rancangan, Bukan Temuan
Quality by Design dalam Ranah Klinik
Klatte mendefinisikan QbD sebagai pendekatan proaktif untuk menjamin mutu, dimulai dari desain studi dan dilandasi pemahaman ilmiah, manajemen risiko, serta nilai pasien. Ia mengkritik model tradisional yang hanya menekankan inspeksi, dan menggantinya dengan logika sistem mutu berbasis pemahaman kausal dan kontrol terencana.
ICH Guidelines dan Pilar Regulatif
Kerangka QbD yang dijabarkan mengacu kuat pada:
-
ICH E6(R2): Prinsip Good Clinical Practice terbaru,
-
ICH E8(R1): Pendekatan klinik berbasis kualitas,
-
ICH Q8–Q10: Panduan mutu berbasis desain dari sisi industri.
Namun, Klatte tidak hanya mengulang dokumen regulatif. Ia justru menginterpretasikan ulang isi dan semangat ICH sebagai alat transformasi budaya mutu dalam pengembangan obat.
Struktur Argumentatif Disertasi
H3: Dari Teori Menuju Praktik Sistemik
Disertasi dibagi dalam tiga bagian utama:
-
Bagian I – Dasar Teoretis dan Historis QbD
Klatte memulai dengan mengulas sejarah kegagalan mutu dalam uji klinik dan bagaimana QbD berkembang dari industri manufaktur ke bidang studi klinik. Ia menjelaskan bahwa budaya “post-hoc checking” dalam klinik gagal melindungi partisipan, dan QbD menjadi solusi untuk “mendesain” kualitas ke dalam sistem. -
Bagian II – Studi Empiris dan Kasus Proyek IMI Trials@Home
Di bagian ini, Klatte meneliti pendekatan QbD dalam studi decentralized clinical trials (DCT) yang dilakukan oleh public-private partnership Eropa, menganalisis:-
Keterlibatan tim multidisiplin,
-
Integrasi risiko dalam desain protokol,
-
Penetapan Quality Tolerance Limits (QTLs) dan Key Risk Indicators (KRIs).
Ia menunjukkan bahwa meski prinsip QbD diadopsi, hambatan organisasi dan keterbatasan regulasi menghambat keberhasilannya secara penuh.
-
-
Bagian III – Refleksi, Kritik, dan Rekomendasi Kebijakan
Klatte memberikan kritik mendalam atas bias struktural, hambatan kepemimpinan, serta kebutuhan akan redefinisi peran regulator dalam mendorong QbD.
Hasil dan Sorotan Kuantitatif
Studi Trials@Home – Implikasi Praktik QbD
Dalam studi empirisnya, Klatte menunjukkan:
-
Dari 8 tim proyek, hanya 3 yang menyatakan penerapan QbD secara menyeluruh.
-
Hanya 2 dari 7 protokol studi yang memasukkan risk control plan eksplisit.
-
Meskipun tim menyadari pentingnya QbD, keterbatasan waktu dan kompleksitas prosedural membuat penerapan cenderung parsial.
Refleksi Teoretis: Apa Makna Data Ini?
Data ini memperlihatkan bahwa kesadaran akan QbD telah tumbuh, tetapi belum disertai mekanisme struktural dan budaya organisasi yang mendukung implementasi menyeluruh. Ini membuka perdebatan: apakah QbD hanyalah “slogan” jika tidak didukung insentif sistemik?
Elemen-Elemen Kunci dalam QbD Klinik menurut Klatte
Klatte mengidentifikasi enam pilar utama QbD dalam studi klinik:
-
Identifikasi proses dan data kritikal
-
Analisis risiko berbasis konteks studi
-
Penggunaan QTL dan KRI dalam pengawasan mutu
-
Desain protokol dan formulir yang koheren
-
Kolaborasi lintas fungsi (tim multidisiplin)
-
Keterlibatan pasien sebagai pusat desain mutu
Yang menarik, Klatte menekankan bahwa QbD bukan hanya soal teknik dan regulasi, tetapi juga soal etika dan filosofi: apakah kita benar-benar memprioritaskan keselamatan dan kualitas dari awal?
Kritik terhadap Metodologi dan Logika Pemikiran
Kekuatan:
-
Pendekatan holistik antara teori dan praktik,
-
Argumentasi interdisipliner yang mencakup ilmu regulasi, etika, dan manajemen risiko,
-
Refleksi mendalam terhadap bias organisasi dan dinamika kekuasaan.
Catatan Kritis:
-
Keterbatasan Studi Empiris
Fokus pada satu proyek (Trials@Home) bisa membatasi generalisasi. Disertasi akan lebih kuat jika menambahkan studi komparatif dari sektor swasta. -
Kurang Visualisasi Data
Analisis numerik yang dibahas bersifat deskriptif. Tabel atau grafik bisa membantu pembaca memahami signifikansi perbandingan antar tim/protokol. -
Ketergantungan pada Narasi Kualitatif
Sebagian besar data disajikan melalui wawancara dan observasi, tanpa triangulasi kuantitatif.
Implikasi Ilmiah dan Potensi Jangka Panjang
Perubahan Budaya Mutu
Klatte menyerukan perubahan mendasar dalam budaya organisasi—dari kepatuhan administratif ke tanggung jawab ilmiah terhadap mutu. Ini memerlukan pelatihan lintas peran, pelibatan pasien, dan kolaborasi transdisipliner.
Reformasi Regulatif
Regulator harus bergeser dari hanya menjadi penilai akhir ke peran sebagai mitra mutu, yang mendorong penggunaan QbD secara aktif.
Kontribusi Akademik
Disertasi ini dapat menjadi referensi penting untuk:
-
Kurikulum manajemen risiko klinik,
-
Evaluasi audit mutu,
-
Rancangan studi terdesentralisasi.
Kesimpulan: Menempatkan Kualitas sebagai Desain, Bukan Kejadian
Disertasi Katharina Klatte mengingatkan kita bahwa mutu bukanlah keberuntungan statistik di akhir studi, melainkan hasil dari keputusan sadar sejak tahap desain. Dengan menyatukan teori, praktik, dan refleksi etis, Klatte menunjukkan bahwa QbD bukan hanya wacana regulatif, tapi peluang transformasi paradigma dalam ilmu klinik.
📘 Link resmi disertasi:
https://edoc.hu-berlin.de/handle/18452/25690