Menyingkap Akar Pembengkakan Biaya dalam Proyek Konstruksi Gedung Melalui Tinjauan Literatur Sistematis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

03 Juni 2025, 10.52

pixabay.com

Dalam dunia konstruksi modern, pembengkakan biaya atau cost overruns menjadi momok yang tak kunjung hilang. Masalah ini tidak hanya memengaruhi performa proyek dalam aspek keuangan, namun juga mencerminkan kegagalan manajerial, perencanaan, dan pengawasan yang kompleks. Artikel karya Friedrich Adescanius Suryawinata yang diterbitkan dalam Journal of Sustainable Construction, Vol. 4, No. 1 (Oktober 2024), menyoroti fenomena ini dengan pendekatan sistematik yang jarang ditemukan dalam literatur serupa. Dengan menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR), artikel ini mengidentifikasi faktor-faktor dominan penyebab cost overruns dalam proyek konstruksi gedung serta strategi mitigasinya.

Problematika Cost Overruns dalam Proyek Gedung

Industri konstruksi memegang peranan vital dalam pertumbuhan ekonomi global. Namun, keberhasilan proyek konstruksi sangat bergantung pada tiga indikator utama: mutu, waktu, dan biaya. Sayangnya, pembengkakan biaya menjadi hambatan utama yang sering kali tidak terhindarkan. Dalam konteks proyek gedung, kompleksitas pekerjaan dan banyaknya stakeholder yang terlibat memperbesar kemungkinan terjadinya deviasi anggaran.

Penulis mengutip bahwa di negara-negara berkembang, pembengkakan biaya bisa mencapai 50 hingga 100 persen dari anggaran awal. Bahkan, dari data yang dikumpulkan, sembilan dari sepuluh proyek konstruksi selama 70 tahun terakhir mengalami pembengkakan biaya, dengan rerata global sebesar 28%. Di Jerman, rata-rata mencapai 78%, di Kanada 82%, dan di Afrika Selatan bervariasi antara 5 hingga 94%. Di Zambia, proyek-proyek mengalami pembengkakan biaya sebesar 50%, sementara di Eropa 25,7% dan Amerika Utara 23,6%. Angka-angka ini menunjukkan urgensi untuk mengidentifikasi dan memitigasi akar masalah secara sistematis.

Metode dan Pendekatan: Systematic Literature Review

Keunggulan utama dari artikel ini terletak pada pendekatan metodologis yang digunakan, yakni SLR. Dalam prosesnya, penulis mengidentifikasi dan menelaah 15–20 artikel terakreditasi yang diterbitkan antara tahun 2010 hingga 2024. Kata kunci pencarian seperti “cost overruns”, “building construction”, dan “systematic literature review” menjadi basis kurasi literatur yang digunakan.

Artikel-artikel yang digunakan tidak dibatasi pada satu pendekatan metodologis, melainkan mencakup metode kuantitatif, kualitatif, hingga mixed-method. Penulis kemudian mengelompokkan sumber berdasarkan tahun terbit dan jenis proyek yang dikaji, mulai dari rumah sakit, gedung perkantoran, perumahan, hotel hingga gedung publik.

Tujuh Faktor Utama Penyebab Cost Overruns

Dari hasil analisis literatur, ditemukan tujuh faktor dominan yang menjadi akar pembengkakan biaya dalam proyek konstruksi gedung:

  1. Permasalahan Desain
    Desain yang tidak lengkap, perubahan desain selama pelaksanaan, atau keterlambatan pengiriman gambar teknis menyebabkan pekerjaan ulang yang berakibat langsung pada peningkatan biaya. Studi Patil dan Jasutkar (2023) serta Memon et al. (2012) memperkuat hal ini sebagai salah satu penyebab paling sering.
  2. Force Majeure
    Bencana alam dan cuaca buruk termasuk dalam kategori ini. Studi Kim et al. (2018) dan Osama et al. (2023) mencatat bahwa kejadian tak terduga dapat menunda proyek hingga berbulan-bulan, menyebabkan kontraktor harus menyesuaikan harga material dan biaya tenaga kerja.
  3. Fluktuasi Harga Material
    Inflasi dan volatilitas pasar menyebabkan harga material melonjak. Hal ini diperkuat oleh temuan dari Durdyev et al. (2012), yang menyebut bahwa kenaikan harga semen dan baja menjadi faktor krusial di proyek-proyek besar.
  4. Kesalahan dalam Estimasi Biaya
    Estimasi awal yang tidak akurat sering kali menjadi penyebab langsung. Studi Ikechukwu et al. (2017) menegaskan bahwa perhitungan biaya yang ceroboh berdampak pada keuangan proyek secara keseluruhan.
  5. Pekerjaan Tambahan
    Tambahan pekerjaan karena desain yang berubah atau instruksi tambahan dari klien menyebabkan kontrak berubah dan biaya membengkak. Jangale et al. (2017) menyebutkan bahwa proyek perumahan di India mengalami kenaikan biaya 20–30% akibat perubahan ini.
  6. Pekerjaan Ulang
    Kualitas pekerjaan yang buruk atau ketidaksesuaian spesifikasi menyebabkan pekerjaan harus diulang. Kim et al. (2018) menyebutkan bahwa hingga 15% dari total biaya proyek rumah sakit di Vietnam habis untuk pekerjaan ulang.
  7. Inflasi
    Inflasi berdampak langsung terhadap upah tenaga kerja dan harga bahan bakar. Cunningham (2017) menambahkan bahwa di kawasan dengan volatilitas ekonomi tinggi, inflasi bisa menjadi penyebab utama lonjakan anggaran hingga 30%.

Studi Kasus: Proyek Gedung di Semarang dan Vietnam

Artikel ini mengangkat studi kasus proyek pembangunan gedung di Semarang (Indonesia) yang menunjukkan bagaimana pekerjaan tambah dan keterlambatan desain meningkatkan total biaya hingga 22% dari anggaran awal. Proyek rumah sakit di Vietnam menjadi contoh lainnya, di mana estimasi yang tidak akurat dan penarikan modal publik yang lambat menghambat jadwal konstruksi dan menambah biaya sebesar 18%.

Selain itu, proyek gedung pemerintah di Ghana mengalami cost overruns hingga 35% akibat manajemen proyek yang buruk dan seringnya terjadi perubahan desain.

Strategi Mitigasi: Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Penulis mengusulkan 16 strategi mitigasi berdasarkan referensi silang dari berbagai studi terdahulu. Di antaranya:

  • Menambah anggaran pengawasan agar pengendalian biaya lebih ketat
  • Mempekerjakan pengawas dari negara maju yang lebih berpengalaman
  • Melibatkan estimator profesional dalam perencanaan awal
  • Melakukan proses tender secara transparan dan terbuka
  • Mengelola arus kas secara dinamis sesuai jadwal proyek
  • Menghindari perselisihan antar pihak dengan membangun komunikasi yang terbuka

Dari pengalaman proyek di Nigeria dan Mesir, disebutkan bahwa proses tender yang tidak transparan dan pemilihan kontraktor yang tidak kompeten menjadi sumber kerugian negara. Di sisi lain, proyek yang mengandalkan manajemen proyek profesional dan perencanaan matang menunjukkan efisiensi biaya yang signifikan.

Kritik dan Implikasi Praktis

Salah satu keunggulan artikel ini adalah cakupan literaturnya yang luas, melintasi negara, jenis proyek, dan pendekatan penelitian. Namun, kekurangan utamanya terletak pada absennya validasi lapangan atau wawancara terhadap pelaku industri secara langsung. Artikel ini murni berbasis literatur, sehingga kurang menggambarkan dinamika terkini di proyek nyata.

Meski demikian, artikel ini memberikan kontribusi besar dalam menawarkan kerangka berpikir sistematik tentang pembengkakan biaya proyek konstruksi. Strategi mitigasi yang dirangkum cukup relevan untuk diterapkan dalam praktik profesional, baik oleh kontraktor, konsultan, maupun manajer proyek di sektor swasta dan publik.

Relevansi dengan Tren Industri Saat Ini

Dalam era pasca-pandemi dan ketidakpastian ekonomi global, perencanaan biaya yang akurat menjadi lebih penting dari sebelumnya. Banyak proyek infrastruktur didanai dari utang publik atau kerjasama internasional yang menuntut akuntabilitas tinggi. Oleh karena itu, pendekatan mitigasi yang diajukan dalam artikel ini sangat relevan, terutama dalam proyek-proyek pembangunan nasional seperti Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang melibatkan anggaran raksasa.

Selain itu, dengan meningkatnya digitalisasi dalam industri konstruksi, penggunaan teknologi seperti Building Information Modeling (BIM) dan manajemen risiko berbasis AI dapat menjadi pelengkap dari strategi-strategi konvensional yang dijelaskan dalam artikel.

Kesimpulan

Artikel ini menyajikan gambaran komprehensif tentang penyebab dan solusi dari pembengkakan biaya dalam proyek konstruksi gedung. Dengan mengidentifikasi tujuh faktor dominan dan mengajukan strategi mitigasi berbasis literatur global, artikel ini tidak hanya menjadi referensi akademis tetapi juga panduan praktis yang bisa diadaptasi oleh profesional konstruksi.

Bagi pengambil kebijakan, kontraktor, maupun konsultan, artikel ini bisa menjadi cermin untuk mengevaluasi kembali sistem manajemen biaya yang diterapkan. Ke depan, pendekatan SLR yang digunakan juga layak dijadikan standar dalam riset-riset sejenis yang berfokus pada pengendalian biaya dan manajemen risiko konstruksi.

Sumber artikel asli (dalam bahasa aslinya):
Suryawinata, Friedrich Adescanius. "Analisis Faktor-Faktor Penyebab Cost Overruns Proyek Konstruksi Gedung: Kajian Literatur Sistematis." Journal of Sustainable Construction, Vol. 4, No. 1, Oktober 2024, hlm. 77–88. Universitas Katolik Parahyangan. DOI: https://doi.org/10.26593/josc.v4i1.8157.